09. Between Us

11.4K 1.4K 202
                                    

Bicara jadi mahal di antara kami, dia bermain di belakang sementara aku dikekang.
Lucu.

ⓛⓛⓛ

Perang dingin masih berlaku di antara kami, baik aku atau si Mata Bulat itu tidak ada yang mau buka suara lebih dulu, padahal, jika dipikir. Aku memang salah, tapi justru kesalahan fatal bersarang pada Kyungsoo.

Kami bersiap pergi ke Jeju sekarang, pertemuan dengan Vexa Group akan berlangsung hari ini.

"Bersiap sebentar lagi," kata Kyungsoo. Dia baru selesai mandi. "Pakai pakaian yang sopan."

"Jangan mendikteku," sahutku tak suka. "Aku tahu mana yang masih wajar."

"Jangan berpakain minim." Perkataan Kyungsoo terlontar begitu saja dari bibir tebalnya. "Aku tidak mau kau dilecehkan."

"Berisik, makan saja sana. Aku sudah masak sup tadi." Aku segera beranjak untuk mandi, karena tadi aku sempat memeriksa beberapa dokumen di ruang tengah.

"Ya." Hanya itu yang Kyungsoo katakan.

Selesai mandi, aku lantas mengeringkan rambut. Mengusapkan beberapa vitamin rambut yang akan memperindah rambutku yang lebat. Tebal dan mengkilap, lalu tak lama aku pakaikan beberapa krim siang di area sekitar wajahku.

Sambil menunggu Kyungsoo selesai makan, aku sempatkan untuk mengolesi tangan juga kakiku dengan lotion, aku tidak mau sepulangnya aku dari Jeju tubuhku malah nampak seperti siang-malam. Belang.

Selesai mengolesi tubuhku dengan lotion, dan kebetulan krim siang sudah kering. Masker herbal menjadi langkah terakhir untuk skin care pagi ini.

"Luna," panggil Kyungsoo. "Kau sudah selesai?"

Aku tidak bergeming, kuacuhkan panggilannya. Jujur, aku masih marah atas kejadian kemarin.

"Luna." Suara Kyungsoo nyaring terdengar di depan pintu kamarku.

Kriet ....

"Luna? Kau sudah selesai?" tanya Kyungsoo lirih.

"Kelihatannya?" kataku ketus. "Aku rasa kau bisa menyimpulkan."

"Oh, baiklah." Pintu tertutup. Dan Kyungsoo sudah hilang entah ke mana.

Sekitar 1 jam aku berdiam diri di kamar, dan akhirnya ritual perawatan ala 'perawan' selesai. Kini, malah organ pencernaanku yang meraung-raung ingin diberi perawatan.

Dengan enggan aku keluar kamar, kami memang berangkat 3 jam lagi, itu artinya aku masih mempunyai banyak waktu. Itulah kenapa aku enggan keluar kamar jika tidak mau, hanya saja, aku lapar. Ditambah aku sempat ketiduran tadi.

Aku mendapat Kyungsoo duduk bersedekap dada di ujung meja makan.

"Kau belum makan?" aku memang tidak mau bicara dengannya. Tapi, jika Kyungsoo tidak makan itu urusan lain, telingaku akan pengang jika orang tuaku tahu Kyungsoo bisa sampai tidak makan. Tidak, i'm not on good mood to expect that moment.

"Duduk," titah Kyungsoo.

Aku mengedikkan bahu. "Tidak mau, lagipula ada apa?"

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now