32. Tamparan Keras

8.3K 1.1K 255
                                    

Pada akhirnya kau hanya akan memiliki kekuatan untuk satu kata. Kata tersebut mesti tepat karena jika tidak, kau akan kehilangan segalanya.

- Rick Riordan _ The Blood of Olympus

ⓛⓛⓛ

"Untuk skala terbesar, mungkin kita bisa mencapai pasar Eropa dengan kemungkinan keberhasilan sebesar 78%." Aku berkata sambil berjalan mondar-mandir. "Itu semua tergantung dari seberapa besar minat German dan Belanda kita kendalikan. Jika mungkin, Spanyol juga bisa menjadi destinasi yang baik untuk menambah minat pasar mereka."

Lay angkat tangan. "Boleh aku bertanya?"

"Ya, silakan Pak." Aku mempersilakan.

"Bagaimana dengan keuntungan jika memang benar semua yang kau sebutkan tadi akan diedarkan ke Eropa?" Sekarang, auranya berubah total. Dan memang semuanya begitu, mereka sangat berbeda dari sebelumnya.

Mereka sangat profesional dalam urusan pekerjaan, baik Lay, Leyo, Kyungsoo dan Byan. Semua seperti berganti kepribadian jika menyangkut pekerjaan, itu wajar. Mengingat, nominal yang dipertaruhkan dalam pekerjaan ini tidaklah sedikit, dan lagi. Mereka mungkin selalu seperti ini dalam urusan bisnis. Ganas.

"Tolong tunjukkan rincian APP kita dalam 5 tahun terakhir." Kyungsoo berkata dengan suara berat. "Itu akan menjawab pertanyaan Lay."

Layar segera berganti slide. Dan aku kembali menjelaskan.

ⓛⓛⓛ

Aku meneguk air mineral kemasan botol dengan rakus. Berkali-kali aku mengeluarkan semua sumpah serapah yang aku punya tepat ketika aku keluar ruangan.

Dasar sial! Kyungsoo tidak bicara tentang ini sebelumnya, jangankan bicara. Menyinggungnya saja tidak.

Hampir saja aku mati kutu saat Kyungsoo memerintahkan aku untuk mempresentasikan segala yang ada di Jeju kemarin, beruntung aku menyimak dan mencatatnya dan membaca ulang tadi malam.

Inilah keuntungan membaca, kalian akan hapal dan siap dalam keadaan tak terduga seperti ini, baca apa saja yang menurut kalian baik. Sejatinya, tidak ada yang salah dengan melakukan kegiatan positif.

"Kau boleh pulang, kita sudah selesai musyawarah," ucap Kyungsoo di hadapanku tiba-tiba. "Ini kunci rumahnya."

Aku yang masih terdiam berusaha mencerna apa yang Kyungsoo katakan.

"Tidak," tolakku padanya. "Aku pulang ke rumah Byan saja."

Mata Kyungsoo menyala saat itu juga. Namun ia sembunyikan datar wajahnya. "Pulang saja ke rumah."

"Aku tidak mau kepergok oleh Hye Ri di rumah sendiri," kataku padanya.

"Hye Ri sedang tidak ada," elak Kyungsoo.

"Lalu kalau ada?" aku bertanya yang membuat Kyungsoo diam saat itu juga.

"Tidur saja di kamar belakang." Kyungsoo berkata datar.

Keterlaluan.

"Makasih, tapi," ucapku. "Aku tidur di rumah Byan saja."

Aku segera pergi dari hadapannya. Dengan seribu rasa yang ada, semua runtuh ketika tangannya menarik tanganku dari belakang.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now