06. Debate With CEO

11.2K 1.4K 133
                                    

PEMBUKAAN

PEMBUKAAN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ⓛⓛⓛ

Aku menelan salivaku asal.

Glek!

"A-apa yang kau lakukan? Cepat bangun. Aku kesulitan bernapas!" sumpah demi Tuhan, aku tidak tahu harus berkata apa. Mungkin hanya itu yang bisa aku ucapkan setelah begelut dengan rangkaian kata yang berantakan dalam otakku.

Kyungsoo kelihatan salah tingkah. Bagaimana tidak? Tubuh kami saling tindih. Yah, meskipun dominan tubuhnya yang menindih tubuhku. Tapi tetap saja. Itu sangat sensual! Apalagi ditambah dengan tonjolan di bawah sana amat kentara memberi sensasi kenyal ke kulitku.

Tak lama dia bangkit, berusaha menormalkan kembali gerak tubuhnya.

Kyungsoo berdeham. "Anu, maaf. Aku hanya refleks."

Enggan aku jawab perkataannya. Bukan karena malas, hanya saja. Jantungku perlu waktu sebentar. Tepatnya, seluruh tubuhku perlu waktu untuk bernapas.

Aku mengangguk kikuk. Niat hati ingin mengiakan permintaan maafnya. Tapi, akal busuk mulai datang tanpa undangan.

"Kau ini! Apa-apaan sih?! Tidak sopan sekali!" hardikku padanya.

Kyungsoo terkesiap. Matanya beberapa kali berkedip tak percaya. "Hey, ayolah. Itu 'kan cuma kecelakaan."

Sekali lagi, pikiranku terhipnotis oleh entah siapa yang berkata bahwa aku harus mengerjainya.

"Tapi tetap saja, itu tidak sopan! Sekarang aku ingin tanya. Di mana etikamu Tuan Do?" ujarku membalikkan perkataannya tadi.

Kyungsoo makin merasa bersalah karena perkataanku. Bisa aku tebak dari air mukanya.

"Tapi aku 'kan sudah bilang maaf!" Bagus.
Kali ini dia malah tak mau kalah.

"Aku mau kau meminta maaf dengan tulus." mengajukan tawaran seperti itu masuk akal bukan? Tapi, perlakuan Kyungsoo sebentar lagi membuatku sinting tujuh keliling.

Dengan secepat kilat dia kembali menghampiriku. Tidak, aku tidak akan terjungkal kali ini, karena tubuhku tertahan oleh mejar kerjanya.

Aku beringsut memberi dua langkah mundur hingga akhirnya bokongku menubruk sisi meja kerja si Mata Bulat itu.

Dan salam sekali gerakan.

"Maafkan, aku. Oke?" katanya," aku hanya tidak ingin kau kenapa-napa, tadi hampir saja kepalamu membentur lantai. Niatku tadi ingin mengambil serangga yang ada di rambutmu, tapi di luar dugaan. Kau malah terkejut hingga akhirnya hampir terjatuh."

Kyungsoo memelukku sambil berkata demikian. Ia melingkarkan tangannya pada leher juga pinggangku. Tangannya yang berada di leher mengusap belakang kepalaku pelan, seolah aku adalah anak kecil yang sedang menangis. Dan dia sedang menenangkan si anak itu.

Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now