22. Is Hurt to Love You?

8.5K 1.2K 150
                                    

Aku tahu ini mungkin sederhana, tapi percaya padaku, semua tidak semudah hati menerima. Bibir berucap hingga akal yang berasumsi.

- Luna

ⓛⓛⓛ

"Aku tidak ingin kau terluka sendirian."

Oke, ini sedikit gila. Alih-alih tersipu malu, aku malah merendah diri sekaligus emosi mendengarnya.

"Berkaca sebelum berkata itu penting pak," kataku sarkas. Dengan setengah berbisik tentunya.

Kyungsoo hanya menoleh sebentar dengan tatapan yang masih sukar aku terjemahkan, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada pisau. Sempat aku menduga dia akan menusukku dengan pisau itu, tapi sesinting-sintingnya Kyungsoo. Itu tidak akan terjadi.

"Luna," panggil Hye Ri. "Sudah selesai?"

Aku tersentak. "Ah, belum, maaf. Tanganku agak kesakitan."

"Kau duduk saja, biar aku yang memotong tomatnya," ujar Leyo yang entah sejak kapan sudah ada di samping kananku. "Sepertinya kau kehilangan fokus karena seseorang."

Tertohok batinku mendengarnya, benar juga, aku bahkan sempat lupa bagaimana menormalkan kembali deru napas saat Kyungsoo berkata seperti tadi.

"Terima kasih," ucapku lalu beranjak pegi ke sofa.

Sekarang, mau tidak mau, aku merasakan atmosfer tidak mengenakan hati saat Leyo mulai masuk di antara Hye Ri dan Kyungsoo. Seakan ada sesuatu yang tersirat dalam makna yang tersirat.

Benar juga, perkumpulan orang kaya memang mempunyai aura yang beda.

Aku pun membetulkan posisi pantatku di empuk dari nikmatnya sofa milik Hotel ini. Dan tak berselang lama, makanan sudah siap. Entah siapa yang mendominasi, aku tidak peduli, satu hal. Ingin segera aku pergi dari sini. Sungguh.

"Jadi," kata Hye Ri saat kami sudah semua sudah duduk di meja makan. "Sejak kapan kalian pacaran?"

"Mereka tidak pacaran," sela Kyungsoo.

"Ah," Hye Ri tampak belum puas. "Kalau begitu, sejak kapan kalian dekat?"

"Meraka tidak dekat," tukas Kyungsoo. Matanya masih tertumbuk pada piring, sedang mulutnya sibuk berkomat-kamit, um, menggerutu mungkin.

Hye Ri memandangi Kyungsoo dengan tatapan aneh. Sedang Kyungsoo menjejali mulutnya dengan makanan di sendok sambil buang muka.

"Kami belum begitu dekat, tapi mungkin menuju ke sana." Leyo tiba-tiba meraih tanganku, lalu meremas dengan halus. "Pertemuan kami sangat lucu."

Menyadari perlakuan Leyo, aku hanya diam tanpa suara, berusaha menahan degup jantung yang sudah tak berirama.

Mataku kembali dengan tidak sopan melihat Kyungsoo yang menatap kami sinis. Seolah tidak suka, atau mungkin memang tidak suka.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mr. Cold is My Husband Where stories live. Discover now