02. Ironis

13.1K 1.6K 254
                                    

Aku terbangun saat menyadari tubuhku berada di tempat yang berbeda. Kamar.

"Pukul berapa sekarang?" tanyaku pada diri sendiri. Kulirik pada jam baru menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat. Sebagai penjelas, kami belum pindah rumah. Jadi otomatis aku tidur di kamar Kyungsoo sekarang.

Kulihat ke sisi kanan, tidak ada Kyungsoo. Di sofa juga tidak ada.

Prang!!

"Aishh! Kenapa susah sekali menghangatkan bibimbap?" ada seseorang yang merutuk dari dapur. Penasaran, aku segera memeriksa ke arah sumber suara.

Aku mengintip dari celah pintu kamar. Ternyata Kyungsoo.

Sedang apa dia?

Kulihat Kyungsoo memegang mangkuk berisi bibimbap yang aku buatkan tadi. Aku sengaja tidak memakai telur, jadi bisa dimakan nanti.

"Beginikah?" tanya Kyungsoo sambil memutar-mutar mangkuk berisi bibimbap yang tadi aku buat.

Aku semakin penasaran pada apa yang Kyungsoo lakukan di dapur.

"Kyungsoo, kau sedang apa?"

Sang pemilik nama tersentak. Ia seperti tertangkap basah sekarang.

"Apa? Oh tidak, aku hanya iseng saja."

"Bukannya itu makanan yang aku buat?" tanyaku sambil menghampiri dirinya.

Kyungsoo mengangguk.

"Kau lapar? Biar aku buatkan lagi."

Ia menggeleng, "Tidak, tidak usah. Kau pasti mengantuk. Biar aku makan yang ini saja."

"Tapi itu sudah dingin."

"Aniya, tidak apa-apa," tolaknya halus.

Kyungsoo tersenyum. "Mau nonton film?"

Aku diam. Perkataanya tadi seperti bahasa alien, sulit untuk aku cerna.

Aku menolak, "Tidak."

Ia mengambil segelas air, lalu bertanya. "Kenapa?"

"Entahlah, aku tidak mau terlalu berharap. Penting bagiku untuk tahu diri bahwa pernikahan ini bukan karena cinta. Lebih karena terpaksa," tuturku padanya.

Kyungsoo mulai mengalihkan pembicaraan, "Nonton film tidak ada salahnya kan?"

"Memang tidak salah. Tapi yang salah itu jika ajakanmu nanti berbekas manis di hatiku. Ya sudah, aku tidur dulu." ucapku padanya.

"Aku hanya mau minta maaf karena tadi membentakmu." jelasnya sambil memasang wajah murung seraya garuk kepala tak gatal.

"Jika hanya meminta maaf, bersikap sewajarnya saja. Jangan buat aku berharap."

"Nanti lagi jangan tidur di sofa, tubuhmu berat. Aku kesulitan saat menggendongmu." ucapnya tepat saat aku berbalik untuk memasuki kamar.

Sial! kumohon. Jangan baik padaku ....

Meski hatiku menolak, tapi tubuhku malah menurunkan perintah untuk tersenyum.

Dan alhasil aku menyunggingkan senyum tipis sambil membelakanginya.

Jadi dia yang memindahkanku ke kamar?

"Jangan tersenyum." celetuk Kyungsoo.

Mati aku.

ⓛⓛⓛ

Kami sedang membersihkan rumah yang akan kami tempati sekarang, setelah sebelumnya semua barang-barang yang berada di rumah lama kami rapikan sebisa mungkin. Aneh, dia orang kaya. Tapi tidak pernah sekalipun menyewa jasa tenaga, seperti contoh. Di rumah saja aku banting tulang melaksanakan tugasku sebagai istri, tanpa adanya seorang pendamping. Maksudku pembantu.

Mr. Cold is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang