Part 23

74.7K 3.5K 45
                                    

Jangan lupa komen dan vote😊
Happy reading💞

📑📑📑

Aran memasuki pekarangan rumahnya dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah dan tanpa menunggu lama lagi Naya langsung keluar dari mobil itu, tetapi pergerakannya terhenti ketika Aran mencekal pergelangan tangannya dan membuat Naya refleks berbalik menatap Aran.

"Kenapa?" tanya Aran membuat Naya mengernyitkan dahinya, bingung dengan pertanyaan Aran.

"Ke..kenapa apanya ya kak?" tanya Naya yang terlihat begitu canggung.

"Kenapa nangis?" tanya Aran sekali lagi, membuat Naya terdiam di tempatnya.

"Naya nangis karena kak Aran sama kak Nathan" batin Naya. Mana sanggup ia berbicara seperti itu pada Aran, gadis itu selalu menyimpannya dalam hati.

"Ta..tadi Naya kelilipan kak" ucap Naya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Jujur" ucap Aran, pasalnya Aran tau apa yang terjadi pada Naya. Gadis itu pasti merasa sedih karena murid-murid di sekolahnya malah menyalahkan Naya saat perkelahian itu. Ya walaupun benar adanya mereka berkelahi karena Naya, tetapi Naya sama sekali tidak tau alasan di balik perkelahian kedua cowok itu.

Entah kenapa Aran terlihat begitu emosi saat memikirkan kembali perlakuan Nathan pada Naya waktu itu, dengan segala usaha Aran mencari Nathan dan membawanya ke tengah lapangan, setelah itu memukul cowok itu sampai babak belur.

Naya terdiam di tempatnya, tak tau harus menjawab apa, hatinya kembali sakit saat mengingat kejadian itu. Mata gadis itu sudah kembali berkaca-kaca. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dari Aran, agar cowok itu tidak mengetahui bahwa ia sedang menangis.

Sedangkan Aran berdecak di tempatnya dan menarik dagu Naya agar bisa menatapnya. Dan betapa terkejutnya Aran melihat Naya yang menangis.

"Kenapa? Nathan lagi?" ucap Aran yang sama skali tidak dihiraukan oleh Naya.

"Jawab" ucap Aran dengan wajah datarnya, namun sama sekali tidak ada respon dari Naya, dan itu membuat Aran semakin kesal dibuatnya.

"Jawab" ucap Aran sedikit meninggikan suaranya membuat Naya tersentak kaget.

"Naya kayak gini karena kak Aran. Puas?" ucap Naya yang juga ikut meninggikan suaranya. Setelah itu Naya langsung keluar dari mobi milik Aran. Sedangkan Aran nasih terdiam di tempatnya, mencerna apa yang barusan di katakan Naya. Aran mengacak rambutnya frustasi dan setelah itu keluar dari mobilnya dan memasuki rumahnya.

Sedangkan Naya, setelah memasuki rumah ia langsung membaringkan dirinya di atas ranjang empuknya, dan menumpahkan tangisnya di sana.

"Hikss, kenapa? Kenapa semua orang jahat sama Naya? Kak Aran sama kak Nathan sama aja hikss" ucap Naya menangis sesenggukan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Naya terdiam. Namun tetap tak beranjak dari ranjangnya, sekarang Naya hanya ingin sendiri dan tak mau di ganggu.

"Naya, buka pintunya sayang" ucap Divia dari luar kamar Naya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu terlihat khawatir saat melihat Naya yang pulang dengan keadaan kacau dan air mata yang masih mengalir membasahi pipi gadis itu.

"Naya mau sendiri Mi" ucap Naya dengan suara seraknya sambil sesekali menghapus air matanya.

"Kalo ada apa-apa cerita sama Mami, jangan di pendem sendiri" ucap Divia yang sama sekali tidak di respon oleh Naya. Divia menghembuskan nafasnya dan pergi meninggalkan kamar Naya. Mungkin gadis itu sedang butuh waktu untuk sendiri.

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now