Part 25

74.9K 3.2K 49
                                    

Jangan lupa komen dan vote😊
Happy reading💞

📑📑📑

Sesudah bel pulang berbunyi tadi Aran langsung membawa Naya pulang ke rumahnya dan setelah itu itu Aran langsung pergi ke basecamp dan menenangkan pikirannya di sana.

Pikiran Aran sekarang sedang kacau, belum lagi saat memikirkan Naya yang habis di bully tadi pagi dan sekarang dipusingkan dengan anggota Ravloska yang kembali mengajak dirinya balapan, dan sialnya ancaman Marco tadi benar-benar membuatnya terdiam.

Bagaimana bisa Marco akan melibatkan orang-orang terdekat Aran jika cowok itu menolak tawarannya. Tentu saja Aran menerimanya, karena ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya mendapat bahaya hanya karena dirinya.

"Gila aja, dia nggak kapok-kapok ngajak kita balapan" ucap Fino memecah keheningan.

"Urat malunya bener-bener udah putus" ucap Dhio yang sedang fokus dengan game nya.

"Seharusnya lo nggak usah terima Ran, kan kemarin sepakatnya kalo Ravloska kalah mereka nggak bakal ganggu kita lagi" ucap Genta yang di setujui oleh Fino dan Dhio.

"Bener tuh, tapi kalo ancamannya kayak gitu mending di iyain aja dari pada orang terdekat taruhannya" ucap Fino.

"Iya juga sih, jadi serba salah kitanya"

"Ran, emang si Marco tau orang-orang terdekat lo?" Tanya Dhio.

"Kayaknya sih nggak, tapi nggak tertutup kemungkinan buat si Marco tau, bisa aja kan dia nyewa orang buat cari tau orang-orang terdekatnya si Aran" jawab Genta.

"Iyaa sih" ucap Fino membenarkan ucapan Genta.

"Ck, gue tanya si bos, bukan lo" ucap Dhio menatap sinis Genta.

"Yaelah, tanya aja sama si bos paling juga nggak di jawab" ucap Genta membuat Dhio mengerucutkan bibirnya kesal.

"Jangan gitu, gue jijik liatnya" ucap Fino yang bergidik ngeri melihat Dhio yang seperti itu.

"Jijik tapi sayang kan lo?" Ucap Dhio tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya menatap Genta dan Fino yang justru membuat Genta dan Fino semakin kesal dibuatnya.

"Najis gue sama lo" ucap Fino dan Genta bersamaan. Sedangkan Aran hanya berdiam diri sedari tadi di pojokan dan tak menghiraukan kelakuan sahabat-sahabatnya itu.

Aran mengambil kunci mobilnya di atas meja dan berjalan keluar dari basecamp.

"Mau ke mana Ran?" Tanya Dhio.

"Balik" ucap Aran lalu keluar dan memasuki mobilnya, cowok itu melajukan mobilnya membelah jalanan padat ibukota Jakarta. Aran membawa mobilnya di atas rata-rata, namun saat lampu merah, pandangannya tak sengaja menatap seseorang yang ada di sana.

Di sana Aran melihat Nathan bersama dengan seorang gadis yang tadi pagi mem-bully Naya, mereka terlihat begitu dekat dan sesekali Nathan melempar candaan yang membuat gadis itu tertawa.

Aran menyeringai melihat itu, lampu merah pun sudah berganti dengan lampu hijau, cowok itu kembali melajukan mobilnya.

Tak terasa Aran pun sudah sampai di pekarangan rumahnya, cowok itu mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah mobil yang sudah terparkir di halaman rumahnya. Aran pun memarkirkan mobilnya di samping mobil itu dan keluar dari mobilnya lalu berjalan memasuki rumahnya.

"Assalamualaikum" ucap Aran yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Waalaikumsalam" ucap Naya, Divia, Davino, Zoya, Raka, Lisa dan Risa. Rumah yang biasanya sepi terlihat ramai dengan kedatangan mereka.

"Aran, dari mana kamu?" Tanya Davino menatap Aran dengan tatapan tajamnya.

"Aran tadi dari basecamp sama temen-temen" ucap Aran dan di balas anggukkan kepala dari Davino.

"Aran ke kamar dulu" ucap Aran lalu pergi meninggalkan mereka semua.

"Udah lama banget kita nggak ketemu" ucap Lisa tersenyum manis.

"Iya, Naya kangen tau sama tante Lisa sama om Raka juga" ucap Naya dengan senyuman manisnya yang memperlihatkan lesung pipinya.

"Tante juga kangen banget sama kamu" ucap Lisa sambil mengelus puncak kepala Naya.

"Tante, Naya boleh ngajak kak Risa ke kamar nggak?" Tanya Naya dengan puppy eyes nya.

"Boleh dong sayang" ucap Lisa membuat Naya merasa senang.

"Makasih tante Lisa cantik" ucap Naya dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibir gadis itu.

Tak menunggu lama, Naya langsung menarik Risa dan Zoya masuk ke dalam kamarnya.

"Ya ampun kak Risa, Naya kangen banget tau" ucap Naya sambil memeluk Risa.

"Ih Joy juga kangen sama kak Risa" ucap Zoya dan juga ikut memeluk Risa.

"Gue juga kangen sama kalian berdua" ucap Risa. Memang selama ini Naya jarang melihat Risa di sekolah, mungkin karena gadis itu terlalu sibuk dengan urusannya.

"Nay, maaf ya selama di sekolah gue nggak bisa bantuin lo, gue sibuk belajar untuk olimpiade" ucap Risa dengan lesunya dan melepaskan pelukan mereka.

"Nggak papa kok kak santai aja" ucap Naya tersenyum.

"Joy gimana sekolah kamu?" Tanya Risa, membuat Zoya menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Joy harus ikut les, biar nilai Joy nggak anjlok saat ujian nanti" ucap Zoya dengan lesunya.

"Nggak papa, belajar yang rajin aja biar bisa sekolah bareng kita-kita" ucap Risa dan di balas anggukan kepala dari Zoya.

"Siap kak" ucap Zoya tersenyum. Sedangkan Risa juga ikut tersenyum menatap kedua gadis di depannya, Risa memang sudah menganggap Zoya dan Naya itu sebagai adiknya sendiri, terlebih pada Naya, terkadang Risa merasa kasihan melihat Naya yang tak mendapat kasih sayang dari Bunda nya lagi. Oleh karena itu, Risa sangat menyayangi Naya dan menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

"Abang kamu kapan pulang Nay?" Tanya Risa membuat Naya mengernyitkan dahinya.

"Emangnya Abang nggak ngasih kabar gitu sama kak Risa?" Tanya Naya membuat Risa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue hilang kontak sama dia, soalnya belum lama ini hp gue jatuh terus rusak deh" ucap Risa dengan lesunya.

"Emm gitu, kayaknya sebulan lagi kak. Kenapa? Kak Risa udah kangen ya sama Abang?" tanya Naya yang tersenyum jahil menatap Risa. Sedangkan Risa sudah merona malu saat Naya bertanya seperti itu.

"Ih kak Risa pipinya merah, berarti bener kak Risa udah kangen banget sama Bang Satria" ucap Zoya dan terkekeh di akhir kalimatnya.

"Apaan sih kalian, nggak kok" ucap Risa sambil memegang kedua pipinya yang terasa panas.

"Hahaha kak Risa lucu kalo pipinya merah kayak gitu" ucap Naya yang sudah tertawa melihat tingkah lucu Risa. Masalah yang Naya hadapi beberapa hari ini seakan hilang saat melihat tingkah lucu Risa.

"Iya kayak badut hahaha" ucap Zoya yang sudah tertawa dan memegang perutnya.

"Kalian kok jahat banget sih?" ucap Risa yang sudah mengerucutkan bibirnya kesal, membuat tawa Naya dan Zoya terhenti.

"Hehe maaf kak, abisnya kak Risa lucu sih" ucap Zoya dengan kekehannya.

"Nggak lucu tau" ucap Risa sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan mengalihkan pandangannya dari Naya dan Zoya.

"Ada yang ngambek nih" ucap Naya sambil menahan tawanya, takut kelepasan lagi.

Naya menatap Zoya seakan memberi kode pada gadis itu. Zoya yang mengerti pun menganggukkan kepalanya.

"Satu, dua, tiga" ucap Naya lalu menggelitik perut Risa dan di ikuti Zoya.

"Hahaha ampun, udaahh hahah" ucap Risa yang sudah tertawa terpingkal-pingkal akibat gelitikan dari Naya dan Zoya.

Naya dan Zoya memberhentikan aktivitasnya dengan nafas ngos-ngosan, lalu beberapa detik kemudian mereka bertiga saling tatap dan tertawa tanpa beban.

📑📑📑

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now