Part 55

64.7K 1.3K 407
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak
Happy reading

Satria berlari masuk ke ruangan Naya membuat gadis itu terkejut dan terbangun dari tidurnya. "Kenapa Bang?" Tanya Naya mengerucutkan alisnya menatap Satria.

"Aran udah sadar" ucap Satria mengatur nafasnya saat berbicara pada Naya. Sedangkan gadis itu langsung duduk diatas brangkarnya "Naya mau ketemu Kak Aran" ucap Naya yang dibalas anggukan oleh Satria.

Satria membantu Naya berjalan ke ruangan Aran, setiba diruangan Naya melihat ada Divia, Davino, Zoya dan tentunya Aran disana yang menatap Naya dengan senyuman manisnya, Aran memberikan senyuman termanisnya pada Naya membuat gadis itu tak kuasa menahan tangis dan berlari mendekati Aran dan memeluk tubuh kekasihnya itu.

Divia dan Davino mengerti akan situasi ini, mereka memilih keluar membiarkan Naya berdua dengan Aran diruangan itu.

"Kak hikss, Naya takut Kakak kenapa-napa" ucap Naya yang sudah menumpahkan tangisnya didada Aran. Sedangkan lelaki itu dengan perlahan mengangkat tangannya mengelus punggung Naya yang begetar. Tubuh lelaki itu terasa sakit, namun ia butuh Naya, setidaknya ia bisa merasakan pelukan Naya kembali.

"Naik sini" ucap Aran yang bergeser pelan agar Naya bisa naik ke atas brangkarnya, Naya pun dengan perlahan naik ke atas brangkar dan berbaring disamping Aran. Lelaki itu tersenyum menatap Naya, tanpa ia sadari air mata juga keluar dari sudut mata Aran, wajah Aran nampak pucat dan sedari tadi menahan rasa sakit.

"Jangan nakal ya" ucap Aran membuat Naya menganggkkan kepalanya dipelukan lelaki itu.

"Dengerin apa kata Abang kamu"

"Jangan makan yang pedas lagi"

"Setelah ini janji sama aku, kamu harus kuat ya" ucap Aran yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Naya yang masih terus menangis dipelukan Aran.

"Na..Naya janji gak kayak gitu lagi, tapi Kakak harus se..sembuh, Naya gak mau ngerepotin Kakak lagi, Naya janji Kak" ucap Naya terbata-bata masih dengan isak tangis gadis itu.

"Aku sa..sayang kamu, Nay. Ma..maaf ak-" ucapan Aran terpotong dengan tangan sebelah yang sudah terlepas dari punggung Naya. Terdengar bunyi nyaring dari monitor yang Naya tidak mengerti apapun itu, gadis itu bangun menatap mata Aran yang sudah tertutup rapat.

"KAK" teriak Naya mengguncang tubuh Aran yang sama sekali tidak merespon.

"DOKTER TOLONG KAK ARAN" teriak Naya berlari keluar memanggil dokter, setelah itu dokter pun masuk dan menyuruh seluruh keluarga menunggu diluar.

Naya menangis histeris dipelukan Satria, begitupun Divia dan Zoya yang tiba-tiba ambruk dan menangis histeris, pecah sudah tangis mereka diluar ruangan, namun Davino tetap tegar walaupun air matanya mengalir deras, ia masih punya istri dan anak yang harus ia tenangkan, ia harus tetap tegar.

"Abang, Kak Aran Hiksss"

"Kak Aran gak akan kemana-mana lagi kan? Kak Aran gak bakal tinggalin Naya lagi kan?" Satria memeluk Naya erat agar Adiknya bisa melampiaskan semuanya pada dirinya.

Naya menggigit bibir bawahnya keras, jantungnya berdegup sangat kencang, dalam hati Naya tidak henti-hatinya melafalkan doa agar Aran selamat dan semuanya bisa kembali semula. Air mata Naya terus mengalir deras, sekarang ia sedang berdiri didepan ruangan Aran, tempat kekasihnya itu berusaha bertahan. Naya percaya Aran kuat.

Klik

"Gimana keadaan anak saya, dok?" Ucap Divia yang sudah berdiri dibantu Davino dan Zoya.

"Mohon maaf Bu, sayangnya takdir berkata lain dan membuat kami gagal menyelamatkan anak anda"

Runtuh sudah pertahanan Naya, gadis itu berlari masuk ke dalam ruangan Aran dan mengguncang tubuh kekasihnya dan berharap ada sedikit keajaiban untuk Aran bangun.

"BANGUN KAK, GAK MUNGKIN"

"DOKTER TOLONG PERIKSA KAK ARAN LAGI, KAK ARAN PASTI CUMA TIDUR, JANGAN DICABUT ALAT-ALATNYA DOK" teriak Naya histeris sambil mengguncang tubuh Aran yang sudah tak merespon sama sekali. Rian mendekat dan memeluk putrinya itu dengan air mata yang mengalir disudut matanya.

"Sayang, kamu gak boleh kayak gini, nanti Aran sedih kalo liat kamu kayak gini, kamu yang kuat ya. Kamu harus belajar ikhlasin Aran" ucap Rian setegar mungkin sedangkan Naya menggelengkan kepalanya didada Ayahnya, tanda bahwa ia tidak kuat dengan cobaan ini.

"Please, Naya udah janji sama Kakak tapi kenapa Kakak ninggalin Naya, hiksss" ucap Naya yang sudah jatuh ke lantai.

"Abang bangun hikss, gak mungkin Abang meninggal, pasti dokter bercanda kan? Abang bangun hiksss" ucap Zoya dengan tangisnya sambil terus mengguncang tubuh Aran, Abangnya.

Satria mendekati Naya dan menarik gadis itu dipelukannya, Naya terduduk dilantai, tubuhnya gemetar. Hancur, itulah yang dirasakan Naya dan orang-orang yang berada disana. Gadis itu melepaskan pelukan Satria dan pelahan berdiri disamping Aran dengan bantuan Satria. Seketika gadis itu mengingat kata-kata terakir dari Aran. Gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa itu adalah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut lelaki itu.

"Jangan nakal ya"

"Dengerin apa kata Abang kamu"

"Jangan makan yang pedas lagi"

"Setelah ini janji sama aku, kamu harus kuat ya"

"Aku sa..sayang kamu, Nay"

Naya kembali menangis saat mengingatnya, gadis itu meraih tangan Aran yang terasa semakin dingin, menciumnya dengan lembut seakan mencari kehangatan yang telah hilang. Air mata tak terbendung membanjiri pipinya hingga bajunya, menciptakan sungai yang tak berujung disana.

Seketika, ruang perawatan terasa sunyi, terhanyut dalam duka. Naya merasa seperti kehilangan bagian dari dirinya sendiri, seolah dunianya runtuh di hadapannya. Naya sangat mencintai Aran, namun tuhan ternyata lebih mencintai Arannya.

Sudah tidak ada lagi Aran yang cuek
Sudah tidak ada lagi Aran yang perhatian padanya
Sudah tidak ada lagi Aran yang selalu melarangnya makan makanan yang pedas
Sudah tidak ada lagi Aran yang menyuruhnya belajar dengan giat.

Orang yang sangat Naya sayangi sudah tidak merasakan sakit lagi, dengan menghadapi kenyataan yang pahit, Naya harus menerima kenyataan bahwa Aran sudah tidak ada didunia ini. Meskipun cahaya Aran telah padam, dia menyadari bahwa cintanya akan selalu memandu langkahnya di hari-hari selanjutnya, membawa Aran dan kenangan mereka.

Dan akhirnya disetiap pertemuan pasti ada perpisahan, selalu ada akhir disebuah kisah, kini kisahnya bersama Aran sudah berakhir, tapi tidak dengan rasa cinta dan rindu yang gadis itu rasakan, rindu tanpa pertemuan yang terasa sangat menyakitkan.

Terima kasih telah hadir dan banyak membawa cerita walau akhirnya semuanya berujung duka. Menyimpan banyak kenangan yang akan selalu Naya simpan dalam hatinya.

Sanaya Putri Mahesa akan terus mencintai Aldebaran Reynaldi Algara, sosok yang tidak akan pernah terganti dalam hidupnya. Naya tidak berhentinya berharap agar Aran kembali walau hanya sebatas mimpi, walau sebatas bayangan, ia sangat merindukan sosok lelaki itu.

Bohong jika Naya bilang ia sudah mengikhlaskan lelaki itu, tidak ada yang namanya mengikhlaskan, yang ada hanya terpaksa melepaskan dan akhirnya terbiasa sendirian.

Naya yakin ia dan Aran akan tetap bersama suatu hari nanti, walau tak tau kapan dan mungkin dikehidupan selanjutnya, bertemu kembali dan melanjutkan kisah mereka yang terhalang oleh jarak dan waktu. Naya akan selalu berharap untuk pertemuan tersebut. Jadi, selamat bertemu kembali dikehidupan selanjutnya Aldebaran Reynaldi Algara.

"Naya akan selalu sayang sama Kak Aran"

END

Akhirnya end juga, sejauh ini gimana cerita Aranaya? Suka gak?

Satu kata untuk Naya.
Satu kata untuk Aran.

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now