Part 42

48.7K 2.1K 50
                                    

Aran memasuki area parkir sekolah dan memarkirkan mobilnya di sana. Setelah selesai, mereka pun keluar dari mobil.

Naya tersenyum menatap Aran, cowok itu meraih tangan mungil Naya untuk ia genggam, dan hal itu tak luput dari pandangan gadis-gadis di sana. Berbagai ekspresi yang mereka keluarkan, ada yang merasa iri, ada yang tidak suka, ada yang kagum dengan ketampanan Aran dan ada juga yang kagum dengan kecantikan Naya.

"Gila, itu adek kelas cantik banget"

"Keganjenan banget sih"

"Ya ampun, kak Aran gantengnya ngalahin Manu Rios"

"Ya elah, cantikan juga gue"

Begitulah pekikan-pekikan yang terdengar di indra pendengaran Naya, sungguh gadis itu benar-benar merasa tidak nyaman dan dengan perlahan melepaskan tautan tangannya dengan Aran.

Aran menatap Naya yang sedari tadi menunduk. Aran yang paham pun menatap tajam ke arah orang-orang yang menatap mereka dengan berbagai ekspresi. Mereka yang di tatap seperti itu langsung ciut dan memilih pergi dari sana.

Setelah itu, Aran merangkul pundak Naya dan mengantar gadis itu ke kelas. Diperjalanan ke kelas Naya hanya diam saja dan tak terasa mereka sudah sampai di depan kelas Naya.

"Ma..makasih kak" ucap Naya dengan menundukkan kepalanya.

"Hmm" dehem Aran dengan tangan yang terulur mengacak gemas rambut Naya dan setelah itu pergi meninggalkan Naya yang mematung di depan kelasnya.

Naya pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelasnya dan di sambut hangat oleh Kevin yang sudah duduk manis di bangku Naya dengan senyum yang tak pernah luntur di bibirnya.

Naya yang melihat itu bergidik ngeri dan menatap Kevin dengan tatapan datarnya.

"Awas, Naya mau duduk" ucap Naya yang ogah-ogahan dengan tingkah Kevin.

"Yaelah Nay, pagi-pagi itu harus ceria, kok dateng-dateng mukanya udah ditekuk gitu?" tanya Kevin membuat Naya memutar bola matanya malas.

"Ih Kevin, Naya mau duduk di situ, sana pindah ke tempat Kevin aja" ucap Naya dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

Kevin pun menghembuskan nafasnya dengan kasar dan memilih pindah ke tempat duduknya.

"Nih udah, puas?" ucap Kevin yang tidak bisa di bilang santai.

"Puas dong, wleee" ucap Naya lalu menjulurkan lidahnya pada Kevin dan setelah itu tertawa.

"Awas aja kal-" ucapan Kevin terpotong dengan Azila yang baru saja datang dan duduk di samping Naya.

"NAYA" teriak Azila sambil menatap Naya yang terlihat mengelus dada karena kaget dengan teriakan Azila.

"Zila ih, Naya nggak budek tau, nggak usah teriak-teriak juga" ucap Naya dengan mengerucutkan bibirnya kesal.

"Nggak mau tau lo utang penjelasan sama gue" ucap Azila sambil melipat kedua tangannya di dada dan menatap tajam kearah Naya.

"Utang penjelasan? Tapi Nay-"

"Tapi apa? Lo pacaran kan sama kak Aran? Hayoo ngaku lo" ucap Azila menyipitkan matanya sambil menunjuk kearah Naya. Sedangkan Naya yang mendengar perkataan Azila langsung menunduk dan merona karena malu.

"Tuh tuh tuh kan, feeling gue nggak pernah salah emang" ucap Azila yang sudah senyum-senyum sendiri melihat Naya yang merona karena malu.

"Ada apa sih ini?" tanya Tanisa yang baru saja datang dan duduk di samping Kevin, sedangkan Kevin hanya sibuk dengan gamenya.

"Ini nih si Naya nggak bilang-bilang kalo udah pacaran sama kak Aran" ucap Azila membuat Tanisa dan Kevin melotot seketika.

"Apa? Gue nggak salah denger kan?" ucap Kevin lalu meletakkan ponselnya diatas meja dan fokus melihat kearah Naya.

"Ck, makanya jangan cuma main game terus kerjaan lo" ucap Azila dengan santainya menabok kepala Kevin membuat sang empu meringis kesakitan.

"Sakit ogeb"ucap Kevin sambil mengelus kepalanya yang barusan ditabok oleh Azila.

Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu menatap satu persatu sahabatnya.

"Iya kemarin Naya udah jadian sama kak Aran"ucap Naya pada Azila, Tanisa dan Kevin.

"Gila lo, akhirnya lo bisa juga cairin es di diri kak Aran"ucap Azila yang ikut senang dengan kabar baik ini.

"Gue dukung kok apapun itu yang bikin lo seneng"ucap Kevin yang kembali fokus ke gamenya.

"Makasih ya kalian udah mau dukung Naya"ucap Naya tersenyum menatap ketiga sahabatnya.

"Ya emang harus gitu Nay, kita kan sahabat lo jadi kita bakal dukung apapun itu yang bikin lo seneng"ucap Tanisa dengan senyum manisnya dan dibalas anggukan kepala oleh Naya dan senyuman yang tak kalah manisnya.

📑📑📑

Bel istirahat yang sedari tadi ditunggu oleh para murid pun akhirnya berbunyi, Naya yang mendengar itu langsung merapikan buku bukunya dan memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya.

"Tani, Zila, Kevin ke kantin yuk, Naya udah laper banget" ucap Naya sambil mengelus perutnya yang sedari tadi berbunyi minta diisi.

"Nay ada kak Aran tuh diluar, samperin gih" ucap Ilham pada Naya membuat gadis itu tersenyum dan tak menunggu waktu lama Naya pun berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Aran yang sedang berdiri di depan kelasnya.

"Emm h..hai kak"ucap Naya sedikit gugup, gadis itu merutuki dirinya yang terlihat gugup didepan Aran.

Sedangkan Aran terus saja menatap Naya membuat gadis itu sedikit menundukkan kepalanya karena takut dengan tatapan tajam cowok itu. Tidak berubah, Aran tetaplah Aran, cowok itu mempunyai aura yang kuat dan mengintimidasi dan Naya membenci itu, bukan karena apa, tetapi Naya sangat takut jika sudah ditatap seperti itu oleh Aran yang terkenal sebagai cowok yang paling ditakuti di sekolah dan di luaran sana.

Keringat dingin sudah bercucuran di dahi gadis itu yang bertanda bahwa sekarang ia sangat ketakutan dan sedikit bingung pasalnya Aran bukannya menjelaskan tujuannya ke kelasnya tetapi malah berdiri dan terus menatapnya dalam diam.

"Emm, k..kak" ucapan Naya terhenti dan tak tau harus berkata apa lagi.

Sedangkan Aran hanya tersenyum tipis menatap kekasihnya itu, sangat tipis sehingga hanya dirinya saja yang mengetahuinya. Entah kenapa ia sangat menyukai Naya ketika sedang ketakutan seperti ini.

"Kantin" ucap Aran membuat Naya mendongakkan kepalanya menatap mata elang cowok itu dan detik selanjutnya membuat Naya mematung di tempat saat cowok itu meraih tangan Naya dan menggenggamnya dengan lembut.

Mereka pun berjalan menuju arah kantin, sedangkan Naya sedari tadi tidak fokus karena terus saja menatap tangannya yang digenggam Aran, gadis itu sedari tadi hanya senyum-senyum sendiri sampai hal tak terduga pun akhirnya terjadi.

Aran berhenti tiba-tiba membuat Naya menabrak keras punggung cowok itu dan hampir membuat gadis itu terjatuh jika tangannya tidak digenggam Aran. Aran yang kaget pun langsung membalikkan badannya menatap gadis itu, tangannya refleks terulur mengusap pelan puncak kepala Naya.

"Sakit?"tanya Aran dengan nada yang sedikit khawatir membuat Naya mendongakkan kepalanya menatap cowok itu.

"Ng..nggak kok kak, nggak sakit hehe"ucap Naya dengan cengiran khasnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Woy sini Lo berdua"teriak Satria yang sudah duduk di meja kebesaran mereka, di sana sudah ada Satria, Dhio, Fino dan Genta anggota inti Black Wolf.

Hal itu mengalihkan perhatian Aran dan Naya, gadis itu mengambil ancang-ancang untuk lari namun langsung dicegah Aran dengan menarik lengan gadis itu dengan pelan.

"Jangan lari, entar jatoh"ucap Aran dan berjalan meninggalkan Naya yang masih mematung di tempatnya.

📑📑📑

Huaaaa akhirnya up jugaa yeyy, maaf ya kalo author tiba-tiba menghilang hehe, soalnya lagi sibuk sama urusan kampus😅

Gimana sama part ini?
Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now