Part 4

116K 6.6K 250
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya
Happy Reading

Hari ini adalah hari pertama Naya masuk sekolah SMA Tunas Bangsa dengan seragam lengkap putih abu-abunya. Naya terlihat sangat antusias, ini sudah yang ketiga kalinya Naya mengecek penampilannya di cermin. Setelah semuanya selesai ia pun merapikan bukunya dan memasukan buku itu ke dalam tas ranselnya.

Naya pun turun menginjaki anak tangga dan menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada Satria dan Rian ayahnya.

"Pagi Ayah, pagi Abang" ucap Naya mengecup pipi Rian dan Satria bergantian.

"Pagi sayang" ucap Rian tersenyum menatap Naya yang terlihat begitu senang hari ini. Rian tidak menyangka putri kecilnya yang selalu ada di gendongannya itu sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, ya walaupun sifat Naya yang kekanakan, polos dan sangat manja.

"Pagi bawel" ucap Satria yang sedang mengoleskan selai coklat di atas rotinya.

"Naya nggak bawel kok" ucap Naya menatap sinis ke arah Satria.

"Iyain aja biar fast" ucap Satria lalu mencomot rotinya. Naya tidak menghiraukan perkataan Satria barusan, ia lebih memilih mengambil rotinya dan mengoles roti itu dengan selai coklatnya.

"Ayah, nanti temenin Naya ke makam Bunda ya" ucap Naya memecah keheningan yang melanda mereka beberapa menit yang lalu. Rian menghentikan aktivitas sarapan paginya dan menatap Naya.

"Naya cuma kangen aja sama Bunda, Naya pengen cerita banyak sama Bunda" ucap Naya dengan mata yang sudah berkaca-kaca, keceriaannya tadi bagai di telan bumi dan hilang entah kemana. Satria yang mengetahui itu mengulurkan tangannya mengelus punggung tangan Naya.

"Biar Abang aja yang temenin kamu, Ayah kan lagi sibuk" ucap Satria memberi pengertian pada Naya.

"Tapi Naya juga pengen Ayah ikut Bang" ucap Naya yang sudah menitikkan air matanya. Cukup sudah, Rian tidak sanggup melihat Naya menangis seperti ini.

Semenjak meninggalnya Clara, Rian sangat jarang datang ke makam istrinya itu, bukan karena Rian sudah melupakannya, tetapi ia benar-benar tidak sanggup menatap makam istrinya, hal itu selalu mengingatkannya dengan semua kenangannya bersama Clara dan itu sungguh membuat Rian tersiksa.

"Ayah akan nemenin kamu ke makam Bunda" ucap Rian. Satria yang mendengar perkataan dari Rian pun mengernyitkan dahinya, pasalnya selama ini Satria tau alasan Rian tidak ingin datang ke makan Bundanya.

"Ayah ka-" ucapan Satria terpotong dengan perkataan Rian.

"Ayah nggak papa kok" ucap Rian tersenyum membuat Satria bisa bernafas lega dan membuat Naya merasa senang mendengar perkataan Ayahnya barusan.

"Makasih Ayah" ucap Naya tersenyum hangat.

"Apa pun buat kamu sayang" ucap Rian tersenyum dengan tangan yang terulur mengelus puncak kepala Naya dengan lembut.

📑📑📑

"Ran, gimana?" tanya Dhio yang baru saja datang.

"Pulang sekolah" ucap Aran yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Namun aktivitasnya terganggu dengan keributan Fino dan Genta.

"Eh ada cecan" ucap Fino dengan mengedipkan sebelah matanya menatap seorang gadis yang baru saja lewat di depan mereka, gadis itu bergidik ngeri melihat tingkah Fino, namun tak menyangkal bahwa gadis itu sedikit baper dengan tingkah Fino.

Sekedar info, bukan hanya Aran saja yang memiliki wajah tampan, tetapi keempat sahabatnya pun sama, walaupun yang lebih unggul di sini adalah Aran.

"Cewek mulu kerjaan lo" ucap Genta sambil menoyor kepala Fino.

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now