Part 32

63.3K 2.9K 82
                                    

Bel istirahat yang sedari tadi di tunggu pun akhirnya berbunyi. Naya, gadis itu tidak ingin ke kantin, namun Azila dan Tanisa selalu memaksanya untuk mengikuti mereka, kata mereka Naya harus banyak makan, karena tubuh gadis itu terlihat kurus. Padahal Naya merasa berat badannya tidak turun sama sekali. Entah lah, mungkin itu hanya alibi Azila dan Tanisa.

Dan sekarang Azila dan Tanisa sudah pergi ke kantin. Sedangkan Naya memilih pergi ke taman belakang sekolah dengan sebuah novel yang berada di genggamannya. Sepanjang koridor banyak yang menatap sinis dan tak suka pada Naya, namun gadis itu tak memperdulikannya, ia kembali melangkahkan kakinya dengan cepat agar sampai di tujuan.

Naya pun akhirnya sampai di taman belakang sekolah, gadis itu mendaratkan bokongnya duduk di bangku yang tersedia di sana. Naya mulai melanjutkan membaca novelnya yang tertunda semalam.

Berbagai ekspresi yang dikeluarkan gadis itu, mulai dari baper, sedih dan kesal sekaligus. Sampai aktivitasnya terhenti ketika ada seseorang yang menepuk bahunya, Naya menyimpan novelnya dan mendongakkan kepalanya menatap orang itu. Gadis itu terkejut saat melihat Amel yang berdiri tepat di hadapannya.

"Kak Amel ng..ngapain di sini?" tanya Naya sambil menatap Amel takut-takut.

"Kenapa? Suka-suka gue dong mau di sini kek, mau di kantin kek, nggak ada urusannya sama lo" ucap Amel sedikit ngegas membuat Naya terdiam di tempatnya.

"Ma..maaf kak" ucap Naya sambil menundukkan kepalanya.

"Gue cuma mau ngasih peringatan sama lo" ucap Amel melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap gadis di depannya dengan pandangan tak sukanya.

"Lo harus jauhi Aran" ucap Amel penuh penekanan, membuat Naya kembali mendongakkan kepalanya menatap Amel.

"Kenapa Naya harus jauhi kak Aran?" tanya Naya dengan wajah polosnya.

"Aran itu pacar gue, gara-gara lo Aran semakin jauh dari gue" ucap Amel meninggikan suaranya membuat Naya tersentak kaget mendengarnya. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, Naya terkejut saat mendengar perkataan Amel yang ternyata Amel adalah pacar Aran. Entah kenapa Naya tidak bisa membohongi perasaannya bahwa hatinya terasa sakit saat mendengar perkataan Amel barusan.

"Ngerti lo?" bentak Amel dan lagi-lagi membuat Naya tersentak kaget dan dengan cepat ia menganggukkan kepalanya. Sedangkan Amel tersenyum licik melihat itu, tangannya terulur menyirami rambut Naya dengan es jeruk yang sedari tadi ia bawa. Sedangkan Naya terkejut ketika merasakan sesuatu yang dingin membasahi rambut dan seragamnya.

"Bye bitch" ucap Amel dengan seringaian yang keluar dari bibirnya dan setelah itu Amel pergi meninggalkan Naya yang sudah menangis di sana.

"Hikss jahat" gumam Naya yang terus-terusan menangis di sana sambil memeluk tubuhnya sendiri yang terasa dingin, dengan tubuh gemetar Naya mengambil ponselnya, gadis itu akan menghubungi Satria, dan tanpa melihat namanya Naya langsung memencet tombol panggil dan terangkat.

"Kesini, Naya sekarang di taman belakang sekolah Bang hikss" ucap Naya dengan suara yang bergetar lalu dengan sepihak mematikan panggilannya. Gadis itu kembali menatap bajunya yang juga ikut basah akibat ulah Amel tadi.

Naya kembali memeluk tubuhnya sendiri, gadis itu merasa kedinginan sekarang. Namun seketika Naya terkejut ketika ada seseorang yang memakaikan dirinya jaket dari belakang. Naya berbalik dan langsung memeluk orang itu tanpa melihat siapa yang memakaikan jaket padanya tadi.

"Hikss dia jahat Bang, padahal Naya nggak salah apa-apa hikss, dia nyiram Naya pake es jeruk, terus katanya Naya harus jauhin kak Aran, Bang hikss. Naya janji bakal jauhin kak Aran, Na..naya takut pacar kak Aran marah-marah lagi sama Naya" ucap Naya yang sudah memecahkan tangisnya di pelukan orang itu. Sedangkan orang itu terdiam saat mendengar ucapan dari Naya. Namun tangannya tetap terulur mengelus lembut punggung gadis itu.

Naya mengernyitkan dahinya saat menyadari bau parfum Satria. Wangi, Naya menyukainya. Namun parfum itu membuatnya teringat pada Aran.

"Abang pake parfumnya kak Aran ya?" Tanya Naya sambil menggesek-gesekan wajahnya di seragam orang itu agar air matanya terhapus. Sedangkan orang itu hanya diam saja. Namun, ada gelenyar aneh yang ia rasakan saat Naya melakukan itu. Biar bagaimana pun ia juga cowok normal.

"Ih Abang jawab" ucap Naya sambil melepas pelukannya dan menatap orang itu. Naya membelalakkan matanya saat melihat orang itu, ternyata orang itu adalah Aran. Naya menundukkan kepalanya menyembunyikan semburat merah yang perlahan muncul di pipinya.

Malu, itulah yang Naya rasakan sekarang. Bagaimana bisa Aran datang ke sini? Padahal yang ia hubungi tadi adalah Satria. Dengan cepat Naya mengambil ponselnya, gadis itu kembali membelalakkan matanya saat melihat ternyata Aran lah yang tadi ia hubungi.

Naya merutuki kebodohannya yang tidak melihat nama kontak terlebih dahulu, kalau seperti ini kan jadi Naya sendiri yang repot.

Naya menepuk jidatnya pelan saat mengingat perkataannya pada Aran barusan, perkataan yang seharusnya ia katakan pada Satria.

"Udah?" Ucap Aran dengan tatapan datar dan terkesan dingin, membuat Naya diam-diam melirik cowok itu.

"Ma..maaf" hanya itu lah yang mampu Naya ucapkan sekarang, gadis itu kembali menundukkan kepalanya, malu.

"Ck, jaketnya nggak usah dilepas, pake aja sampe pulang" ucap Aran yang di balas anggukkan kepala dari Naya.

Bel masuk pun berbunyi membuat Naya terkejut dan refleks menatap Aran yang masih berdiri di depannya.

"Na..naya mau masuk dulu kak" ucap Naya sedikit gugup, gadis itu melangkahkan kakinya menjauhi Aran, namun belum sampai tiga langkah Aran sudah menahan lengannya dan membuat Naya refleks berbalik dan kembali menatap Aran.

"Kenapa kak?" Tanya Naya.

"Gue anter" ucap Aran. Singkat, padat dan jelas lalu menggenggam tangan Naya dengan lembut, Naya memperhatikan tangannya yang sedang di genggam Aran, gadis itu tersenyum tipis melihat itu. Namun dengan cepat Naya menggelengkan kepalanya, pikirannya kembali jatuh pada saat Amel memperingati dirinya tadi dan refleks membuat Naya menepis tangannya. Tidak kasar, namun terlepas dari genggaman Aran.

Aran berbalik dan menatap tajam Naya dan seketika membuat nyali Naya semakin ciut, gadis itu menelan salivanya dengan susah payah dan menyengir sambil memberikan tangannya lagi pada Aran untuk di genggam. Sedangkan Aran memutar bola matanya malas melihat tingkah gadis itu dan kembali menggenggam tangan Naya sampai di depan kelasnya.

"Ma..makasih kak" ucap Naya yang sedikit canggung.

"Nggak usah dengerin apa kata orang, yang mereka bilang belum tentu benar" ucap Aran pada Naya membuat gadis itu terdiam. Dan selang beberapa detik Aran pun pergi dari sana meninggalkan Naya yang masih terdiam di depan kelasnya.

"DOR"

"EH COPOT" kaget Naya sambil memegang dadanya, gadis itu berbalik dan melihat siapa yang tadi mengagetkan dirinya. Sedangkan orang itu sudah siap-siap menutup telinganya dengan kedua tangannya.

"AKBAAARR"

📑📑📑

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now