Part 47

31.9K 1K 5
                                    

Dalam pencarian yang berlangsung selama beberapa minggu, Aran dan teman-temannya terus menyusuri jejak yang bisa mengarah pada keberadaan Naya. Setiap hari setelah sekolah, mereka melakukan penyelidikan dengan tekun.

Suatu hari, Satria menemukan petunjuk penting dari sang Ayah. Dia menemukan lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat berkumpulnya geng Ravloska selain markas. Tanpa ragu, mereka memutuskan untuk menyelidiki tempat itu. Malam itu, ketika kota sudah gelap, Aran, Dhio, Fino, Genta, dan Satria pergi ke lokasi tersebut.

Mereka tiba di sebuah gedung tua yang kelihatannya terbengkalai. Dengan hati-hati, mereka masuk dan mulai mencari tanda-tanda keberadaan Naya. Sesekali, mereka mendengar suara yang mencurigakan, dan ketegangan pun semakin terasa.

Akhirnya, mereka menemukan Naya yang tergeletak lemah di salah satu ruangan. Wajahnya pucat, dan tubuhnya tampak lebam dan lelah. Naya telah disiksa oleh geng Ravloska. Aran langsung berlari mendekatinya, memeriksa kondisinya, dan mencoba membangunkannya.

"Naya, bangun!" seru Aran dengan penuh kekhawatiran sambil menepuk pipi Naya pelan agar gadis itu bangun, namun nihil Naya tidak sadarkan diri.

Satria, yang sebelumnya tampaknya tidak peduli, sekarang berlutut di samping Naya dengan mata berkaca-kaca. "Maafin gue, Nay. Gue gak becus jadi Abang yang baik buat lo" ucapnya sambil menahan tangis tak kuasa melihat sang Adik terbaring lemah.

Sementara itu, di koridor gedung tua tersebut, suara langkah berat mendekat. Itu adalah Marco, ketua geng Ravloska, bersama anggotanya yang tersisa. Mereka merasa terkejut dan marah melihat Aran dan teman-temannya di sana.

"Apa yang lo lakuin disini?!" teriak Marco dengan marah.

Aran bangkit berdiri dengan mata berbinar kemarahan. "Lo akan membayar atas semua yang lo lakuin sama Naya!" Ucap Aran lalu berdiri mendekati ketua geng Ravloska dan tanpa basa basi langsung memberikan bogeman mentah pada Marco.

Tanpa kata-kata lagi, pertarungan sengit pecah di antara dua geng tersebut. Pukulan dan tendangan saling terhambur, dan ruangan itu bergetar akibat benturan mereka. Marco, yang merupakan petarung berpengalaman, membuktikan dirinya sebagai lawan yang tangguh.

Namun, Aran juga adalah pemimpin geng Black Wolf yang tidak pernah menghindari pertarungan. Kekuatan dan tekadnya mendorongnya untuk terus berjuang, meskipun dia mulai babak belur akibat pertarungan ini.

Satria, Dhio, Fino, dan Genta juga berjuang dengan segenap tenaga mereka melawan anggota Ravloska yang tersisa. Pertarungan berlanjut dengan sengit, dan akhirnya, Marco dan anggota Ravloska yang tersisa menyerah. Marco sendiri tidak sadarkan diri karena luka-lukanya yang serius.

Dengan wajah yang babak belur, Aran dengan langkah tertatih-tatih menghampiri Naya, dengan mata yang dipenuhi kekhawatiran, dia memeluk gadis itu erat-erat, seolah-olah mencoba untuk mengalihkan rasa sakit dan ketakutan yang mungkin dirasakan oleh gadis itu. Aran berbisik dengan suara lembut  "It's Okay, aku di sini, Nay"

Tanpa ragu, Aran menggendong tubuh Naya ala bridal style, memastikan bahwa dia merasa aman dan terlindungi dalam pelukannya. Langkahnya mantap dan berhati-hati saat dia bergerak menuju mobilnya dan diikuti Satria, Dhio, Genta dan Fino. Untuk saat ini Satria yang menyetir mobil Aran, sedangkan Aran duduk dibangku kedua dan membaringkan kepala gadis itu dipangkuannya.

"Sakit kak" Ucap Naya lirih sambil memegang perutnya, membuat Aran menatap gadis itu dan mengelus puncak kepala Naya.

"Sabar sayang, gak lama lagi sampe kok" ucap Aran dengan nada kekhawatirannya, sambil mengecup puncak kepala Naya.

Sesampai di rumah sakit, lampu-lampu sorot di pintu masuk bersinar terang, menyoroti perasaan cemas yang terpancar di wajah Aran. Rian, Ayah dari Naya, sudah menunggu di lobi rumah sakit. Dia terlihat seperti pria yang telah melewati malam-malam yang tidak tidur dan berharap untuk melihat putrinya dengan selamat.

Aran dengan lembut meletakkan Naya di ranjang rumah sakit, tetapi dia tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari gadis itu. Rian, dengan mata yang penuh cemas, mendekati putrinya yang terbaring lemah. Dia meraih tangan Naya dengan lembut, mencoba memberikan kekuatan untuk anak bungsunya.

Dokter jaga yang telah mengevaluasi Naya. Dengan tindakan hati-hati, dia menjelaskan hasil pemeriksaannya kepada Rian dan Aran.

"Fisik Naya dalam keadaan baik, tidak ada cedera fisik yang signifikan. Namun, dia mengalami syok dan trauma berat akibat pengalaman yang dialaminya selama penculikan. Kami akan memberikan perawatan medis dan dukungan psikologis yang diperlukan untuk membantu pemulihannya."

Aran merasa lega saat mendengar apa yang dokter katakan, ia sangat bersyukur karena Naya tidak memiliki penyakit fisik yang serius, tetapi rasa bersalah dan kekhawatiran tetap melandanya. Rian, dengan mata berkaca-kaca, mengamati putrinya yang terbaring di tempat tidur rumah sakit, berjanji dalam hatinya bahwa dia akan melakukan segala yang bisa dia lakukan untuk membantu Naya pulih dari luka trauma yang mendalam.

Sementara itu, Satria, Dhio, Fino, dan Genta, juga berada di sana, memberikan dukungan kepada Naya dan selalu menemani Aran yang merasa terpukul atas kejadian ini.

✨✨✨

Next?
Mau sad ending atau happy ending nih?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now