Part 53

26.4K 807 0
                                    

Hari itu, bel pulang sekolah telah berbunyi, dan Satria, Dhio, Genta, Fino, Azila, serta Tanisa berkumpul untuk menjenguk Aran dan Naya di rumah sakit. Mereka telah menjalani rutinitas ini sejak Aran dan Naya mengalami kecelakaan tragis, dan setiap kunjungan mereka penuh dengan harapan untuk kesembuah dua sejoli itu.

Mereka tiba di rumah sakit, Azila dan Tanisa memilih untuk menjenguk Naya terlebih dahulu.

"Eh gue sama Tanisa mau ke kamar Naya dulu" ucap Azila pada Fino.

"Sama-sama aja, kita juga kemarin udah jenguk Aran sih, sekarang mau jenguk Naya lagi" ucap Fino membuat Azila menganggukkan kepalanya. Ketika mereka masuk ke kamar Naya, suasana menjadi hening. Naya yang masih dalam kondisi koma terlihat damai dengan beberapa alat medis yang terpasang pada tubuhnya. Disana sudah ada Rian yang selalu menemani Naya.

Satria, yang sebelumnya menunjukkan sikap yang dingin, kini tampak lembut saat dia mendekati Naya. Dia memegang tangan adik perempuannya dan berbicara dengan suara lembut.

"Nay, lo harus tau temen-temen lain udah kangen banget sama lo" ucap Satria sambil mengecup punggung tangan Naya.

Azila, yang selalu ceria, membawa buket bunga warna-warni untuk Naya. Dia meletakkannya di atas meja di samping tempat tidur Naya.

"Ini buat lo Nay. Lo kan suka banget sama bunga jadi gue bawain buat lo. Cepet sembuh ya Nay" ucap Azila dengan senyum tulusnya. Tanisa, mengambil tempat duduk di samping Naya. Dia meletakkan tangannya di bahu Naya, memberinya dukungan.

"Kita akan selalu ada buat lo Nay, gue harap lo bisa cepet sembuh dan bisa main sama kita lagi" ucap Tanisa sambil mengelus bahu Naya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Tanisa mengambil tempat duduk disofa, tanpa ia sadari Genta selalu memperhatikan dirinya.

"Sstt, tukaran dong" ucap Genta sedikit berbisik.

"Apaan sih?" Ucap Dhio yang masih belum mengerti apa yang dimaksud Genta.

"Gue mau duduk samping Tanisa, gitu aja gak ngerti lo" ucap Genta sambil menoyor kepala Dhio.

"Asyuuu ya lo" ucap Dhio yang sudah berdiri bertukar tempat. Sekarang Genta sudah duduk disamping Tanisa, sedangkan gadis itu terus melamun sambil menatap Naya diatas tempat tidurnya.

"Udah, gak usah dipikirin, Naya pasti sembuh kok" ucap Genta, tangannya terulur menggenggam tangan Tanisa, membuat lamunan gadis itu menjadi buyar. Gadis itu sedikit mematung atas perlakuan Genta padanya, namun sedetik kemudian ia menatap Genta dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Genta yang melihat itu menggelengkan kepalanya sambil menghapus air mata Tanisa yang lolos terjun membasahi pipi gadis itu.

"Na..Naya, Gen" ucap Tanisa dengan tangis pilunya.

"Gue ngerti perasaan lo Sa, please jangan nangis lagi, gue gak suka liat lo nangis kayak gini" ucap Genta sambil menghapus air mata Tanisa. Gadis itu tidak bisa berkata-kata lagi, hatinya hancur saat melihat Naya terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit.

Begitupun dengan Azila, sedari tadi gadis itu hanya berdiri disamping tempat tidur Naya tanpa ada niat untuk duduk, gadis itu juga menitikan air matanya, tidak menyangka Naya akan seperti ini.

"Tiket ke marsnya buk pak" ucap Fino membuat Genta memicingkan matanya menatap lelaki itu. Sedangkan Satria dan Dhio hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Fino.

✨✨✨

Dalam mimpinya, seorang gadis cantik merasa seakan-akan dia terbang melintasi awan-awan putih. Dia merasa berada di tempat yang indah dan membuatnya tenang. Di kejauhan, dia melihat sosok dua orang yang berdiri di bawah cahaya yang terang. Mereka adalah bundanya, Clara, dan kekasihnya, Aran. Keduanya mengenakan pakaian serba putih yang bersinar terang.

Naya merasa hatinya penuh kebahagiaan dan damai saat melihat mereka. Bunda Clara tersenyum lembut kepadanya, dan Aran dengan lembut menggenggam tangannya. Ekspresi mereka penuh dengan kebahagiaan.

"Sayang, gimana kabar kamu?" Ucap Bunda Clara dan tersenyum manis menatap putrinya.

"Baik bun, Naya kangen bunda, akhirnya Naya bisa ketemu bunda lagi disini, Naya mohon jangan tinggalin Naya lagi bun" ucap Naya sambil memeluk Bundanya. Tangan Clara terulur mengelus puncak kepala putrinya.

"Bunda akan selalu ada disini" ucap Bunda Clara sambil menyentuh bagian dada putrinya dan tersenyum manis.

"Kamu jangan bandel ya, dengerin apa kata ayah sama abang kamu. Naya harus jadi anak yang baik" ucap Bunda Clara yang diangguki oleh Naya. Gadis itu melepas pelukannya, dan menatap Aran yang juga sedang menatapnya dalam diam.

"Kak" Ucap Naya tersenyum menatap Aran. "Janji ya gak bakal ninggalin Naya" ucap Naya sambil menundukkan kepalanya.

"Aku gak akan ninggalin kamu sayang, kamu akan selalu ada dihati aku" ucap Aran sambil memegang dadanya membuat Naya tersenyum manis dan percaya dengan apa yang Aran katakan padanya. Naya merasa hangat dan aman di antara mereka, bersama orang yang sangat disayanginya yaitu bundanya dan Aran.

Dalam sekejap, saat yang indah dalam mimpinya terputus. Bunda Clara dan Aran tiba-tiba menjauh darinya, dan cahaya yang terang memudar. Naya merasa seakan-akan dia ditarik kembali ke realita yang keras.

Mata Naya perlahan-lahan terbuka, dan dia mendapati dirinya berada di kamar rumah sakit yang tenang. Dia merasa bingung dan terkejut. Pikirannya masih dipenuhi oleh keindahan mimpinya bersama Bundanya dan Aran. Tapi sekarang, dia sadar bahwa dia kembali ke dunia nyata.

Napasnya berdesir perlahan, menyesuaikan diri dengan aliran energi baru yang mengisi tubuhnya yang lemah. Dia merasakan kebingungan menyelinap perlahan, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Namun, rasa sakit di sekujur tubuhnya dan dinding putih di sekelilingnya memberinya petunjuk tentang perjuangan yang baru saja dia alami.

Naya menatap sekitarnya dengan mata lelah, mencoba untuk memproses perasaannya. Dia merasa sedikit kecewa karena mimpinya yang indah harus berakhir begitu tiba-tiba. Namun, dia juga merasa bersyukur karena kembali ke dunia nyata dan masih memiliki orang-orang yang peduli padanya di sini.

Sedangkan Satria terlonjak kaget saat merasakan pergerakan tangan pada jari Naya.

"Ayah, Naya udah sadar" ucap Satria yang langsung berdiri dari duduknya.

"Ayah panggil dokter" ucap Rian lalu berlari untuk memanggil dokter jaga.

"Dek Alhamdulillah kamu udah sadar" ucap Satria. Dokter sudah berada diruangan dan memeriksa keadaan Naya. Sedangkan Satria dan Rian tengah menunggu diluar menunggu dokter.

Selang beberapa menit dokter pun keluar dari ruangan yang ditempati Naya "Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Rian dengan wajah tegangnya.

"Tenang saja pak, anak bapak sudah melewati masa kritisnya" ucap dokter membuat Rian dan Satria dapat menghembuskan nafas lega.

"Alhamdulillah, gak sia-sia Satria berdoa buat kesembuhan Naya" ucap Satria dan langsung masuk menuju kamar adiknya.

"Nay, abang seneng banget kamu udah ngelewatin masa kritis kamu" ucap Satria sambil mengecup punggung tangan gadis itu. Sedangkan Rian tidak hentinya mengucap syukur, akhirnya putrinya bisa melewati masa kritisnya.

🧚🏼‍♀️🧚🏼‍♀️🧚🏼‍♀️

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now