Part 38

60.7K 2.8K 46
                                    

Semenjak hari di mana Aran menyatakan perasaannya pada Naya, mereka menjadi semakin dekat. Naya tak ragu-ragu lagi menyapa Aran atau sekedar mengganggu aktivitas cowok itu, Aran pun tidak keberatan selagi Naya senang melakukannya. Ya, apapun untuk Naya akan Aran lakukan demi melihat kebahagiaan gadis itu.

Aran dan Naya sekarang tengah berada di taman belakang sekolah, Naya terus saja mengganggu Aran yang sedang membaca buku pelajarannya.

Naya membaringkan kepalanya di atas paha Aran dan membuat cowok itu terkejut. Naya mengerucutkan bibirnya kesal karena Aran tidak menggubrisnya sama sekali. Aran menahan senyumnya melihat itu. Biarkan saja, paling gadis itu akan capek sendiri.

"Kak Aran kok nyuekin Naya sih?" ucap Naya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gue lagi belajar, sana belajar biar pinter" ucap Aran membuat Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan kembali duduk di samping Aran.

"Ya udah, mending Naya ke kelas aja, main sama Kevin" ucap Naya lalu berdiri dari tempat duduknya dan mengambil ancang-ancang untuk pergi. Namun belum beberapa langkah Aran sudah menarik lengan Naya dan membuat gadis itu kembali duduk di tempatnya. Aran menatap Naya dengan tatapan tajamnya, yang membuat nyali Naya semakin ciut melihatnya.

"Duduk, jangan kemana-mana" ucap Aran tak terbantahkan, membuat Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar dan mau tak mau harus tetap menuruti keinginan cowok itu.

Selama beberapa menit hanya keheningan yang melanda mereka berdua hingga Aran meletakkan bukunya dan menatap Naya yang masih cemberut. Cowok itu berdiri dan menarik lengan Naya mengikutinya.

"Mau kemana sih kak?" tanya Naya yang sama sekali tidak di gubris oleh Aran. Sedangkan Naya sudah kesal setengah mati pada Aran dan memilih diam. Sampai tak terasa mereka sudah sampai di kantin.

Aran mendudukkan gadis itu di meja yang biasa anggota Black Wolf tempati, lalu cowok itu pergi lagi entah kemana. Sedangkan Naya sudah menekuk wajahnya karena di tinggal sendiri. Namun, selang beberapa menit Aran pun kembali dengan membawa es krim coklat kesukaan Naya dan meletakan es krim itu tepat di pipi Naya, sehingga membuat gadis itu terkejut dan refleks memandang Aran.

Mata Naya berbinar saat melihat es krim yang masih di genggaman Aran dan dengan cepat Naya mengambil es krim itu dan memakannya. Aran duduk di samping Naya dan menatap gadis itu dengan senyum tipisnya.

"Jangan ngambek" ucap Aran yang sudah memalingkan wajahnya dari Naya. Sedangkan Naya sudah tersenyum jahil menatap Aran, rupanya ini adalah cara Aran untuk membujuk Naya agar tidak ngambek lagi.

"Kak Aran sweet banget" batin Naya tersenyum senang.

"Woy, ke kantin kok nggak bilang-bilang sih?" ucap Genta yang baru saja datang di meja Aran.

"Tau nih, malah ngebucin" ucap Fino yang mendapat tatapan maut dari Aran.

"Hehe, becanda bos" ucap Fino sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sehingga membentuk huruf V.

"Nay, pejenya mana?" tanya Dhio pada Naya, membuat gadis itu mengernyitkan dahinya.

"Peje apaan kak? Naya sama kak Aran nggak pacaran kok" ucap Naya membuat Fino, Genta dan Dhio tertawa mendengar itu.

"Kirain lo berdua udah taken" ucap Dhio terkekeh pelan. Sedangkan Aran sudah menatap ketiga sahabatnya itu dengan tatapan tajamnya. Satria? Sekarang cowok itu sedang berada di rooftop bersama Risa, menghabiskan waktu berdua di sana.

"Nggak, kalian salah pa-" ucapan Naya terpotong dengan perkataan Aran.

"Makan yang bener" ucap Aran sambil membersihkan sisa-sisa es krim di sudut bibir Naya menggunakan jarinya dan membuat Naya mematung di perlakukan seperti ini oleh Aran. Setelah selesai membersihkan sisa-sisa es krim, Aran kembali membuka suara.

"Nggak usah ladenin mereka" ucap Aran dengan nada yang terkesan dingin membuat nyali Naya seketika ciut saat mendengarnya dan lebih memilih diam, takut jika Aran akan marah padanya.

"Ck, panas woy" ucap Genta sambil mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Dunia emang serasa milik berdua, yang lainnya ngontrak" sambung Dhio.

"Ck, mending gue ngapel sama bebep Zila" ucap Fino lalu pergi meninggalkan meja Aran dan berjalan ke meja yang di tempati Azila, Tanisa dan Kevin. Sedangkan Naya sudah selesai dengan es krimnya, gadis itu kembali menatap wajah Aran.

"Kak, Naya ke toilet bentar ya" ucap Naya yang di balas anggukan kepala dari Aran. Gadis itu pergi meninggalkan kantin dan berjalan menuju toilet, sesampai di sana Naya langsung masuk ke salah satu bilik toilet. Setelah selesai dengan panggilan alamnya, Naya keluar dari bilik toilet itu, namun pergerakannya terhenti ketika pintu toilet di sana tidak bisa terbuka.

Naya kembali mencoba membukanya tetapi tidak bisa, sepertinya ada yang mengunci dirinya dari luar, dan selang beberapa detik dari situ Naya mendengar tawa dari seorang gadis.

"Kak Amel?" gumam Naya saat mendengar suara gadis itu.

"Siapapun diluar sana, tolong bukain pintunya" ucap Naya sedikit berteriak sambil memukul-mukul pintu itu menggunakan tangannya.

"Rasain lo, ini akibatnya lo main-main sama gue" ucap Amel lalu menyiram Naya dari luar menggunakan air comberan. Naya terkejut atas tindakan Amel, ia melihat bajunya yang sudah basah kuyup akibat ulah Amel.

Naya terduduk di lantai sambil memeluk dirinya sendiri, gadis itu merasa kedinginan. Apalagi bel sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, yang berarti semua murid akan masuk kelas dan tak ada lagi yang bisa menolongnya. Naya mengambil ponselnya di saku roknya. Gadis itu kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika melihat ponselnya yang sudah mati.

Tak ada pilihan lain, Naya harus menunggu seseorang datang dan membukakan pintu untuknya.

Di sisi lain, Aran terlihat begitu gelisah, pasalnya saat kepergian Naya tadi, gadis itu tidak kembali lagi ke kantin. Aran juga sudah menghubungi gadis itu namun ponselnya tidak aktif.

"Kenapa lo?" tanya Genta saat melihat gerak-gerik Aran yang terlihat gelisah.

"Gue duluan" ucap Aran lalu pergi meninggalkan kantin, ia sudah tidak peduli dengan bel masuk yang, ia harus menemukan Naya, Aran melangkahkan kakinya ke kelas Naya dan beruntung mereka belum masuk, Aran bertanya pada salah satu siswi di sana.

"Naya nya ada?" tanya Aran dengan wajah datarnya.

"Naya nggak ada di kelas kak" ucap gadis itu dan tanpa menunggu lama Aran langsung pergi dari kelas Naya, tujuannya sekarang adalah toilet.

Aran memasuki toilet wanita, cowok itu memeriksa bilik toilet satu persatu yang pintunya sama sekali tidak di tutup. Langkah Aran terhenti saat melihat pintu yang ada sapunya, sapu itu memalang pintu sehingga pintunya tidak bisa terbuka dari dalam. Aran menyingkirkan sapu itu dari sana dan membuka pintunya.

Betapa terkejutnya Aran melihat Naya yang sudah tidak sadarkan diri di sana dengan wajah yang pucat pasi.

"Naya bangun" ucap Aran menepuk-nepuk pipi Naya, namun sama sekali tidak ada respon dari gadis itu. Tanpa menunggu lama Aran langsung membawa gadis itu ke UKS.

ARANAYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang