Part 31

67.8K 2.8K 28
                                    

Hari ini Naya sudah diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah lagi, gadis itu terlihat begitu antusias dan tak sabar lagi ingin bertemu dengan sahabatnya yaitu Azila dan Tanisa. Memang selama Naya dirawat di rumah sakit Azila dan Tanisa tidak mengetahuinya, kedua gadis itu pasti sedang mencari tahu info tentang Naya dari orang terdekat Naya seperti Risa. Dalam hati Naya berdoa semoga Risa tidak memberitahukan yang sebenarnya pada Azila dan Tanisa.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat lamunan Naya menjadi buyar dan dengan cepat ia membuka pintu untuk orang itu, di sana Satria sudah berdiri dengan wajah datarnya sambil menatap Naya yang terlihat begitu santai.

"Kenapa Bang?" tanya Naya dengan santainya.

"Cepetan, lama banget sih" ucap Satria dengan wajah yang tidak bersahabat, sedangkan Naya hanya menyengir di tempatnya.

"Sabar Bang, ini Naya lagi ngerapihin buku Naya" ucap Naya sambil merapikan buku-buku minyak dan memasukkan buku itu dalam tasnya. Setelah selesai, gadis itu langsung berjalan mendekati Satria yang masih berdiri di ambang pintu.

"Ayo" ucap Naya lalu berjalan lebih dulu, sedangkan Satria hanya mengekori Naya dari belakang.

"Selamat pagi" ucap Naya dengan wajah cerianya, Naya yang dulu sudah kembali lagi dan tidak ada lagi Naya yang terlihat murung.

"Pagi" ucap Davino, Zoya, dan Rian bersamaan. Sedangkan Aran hanya diam saja dan tidak menggubris Naya.

Sekilas info, Rian juga untuk beberapa hari ke depan akan menginap di rumah Davino itupun karena paksaan dari Davino karena rumah Rian sekarang belum dibersihkan dan masih kotor, asisten rumah tangga yang Rian pekerjakan juga sedang pulang kampung dan dengan terpaksa Rian menyetujui permintaan Davino dan menginap di rumah Davino dan Divia.

"Pagi sayang, sini Mami udah buatin sandwich kesukaan kamu" ucap Divia tersenyum menatap Naya, gadis itu menganggukkan kepalanya dan duduk tepat di samping Aran.

"Makasih Mi" ucap Naya tersenyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya. Naya menolehkan kepalanya menatap heran yang sedari tadi Hanya berdiam diri.

"Pagi kak" ucap Naya dengan pelan menyapa Aran.

"Pagi" ucap Aran yang sedang fokus dengan makanannya tanpa menatap Naya, Aran memang tidak pernah berubah sifatnya masih tetap seperti dulu yaitu dingin. Sedangkan Rian yang melihat itu hanya tersenyum tipis, ternyata putrinya sudah akrab dengan Aran dan tidak ragu-ragu lagi untuk menyapa cowok itu.

Mereka pun sarapan dengan hikmat, tanpa berbicara sedikitpun, dan tak terasa sarapan Naya sudah habis, gadis itu berdiri dari tempat duduknya dan mengambil sepatunya. Satria pun juga sudah menyusul di belakang dan ikut memakai sepatunya sedangkan Aran dan Zoya sudah memakai sepatu mereka sebelum sarapan.

"Naya berangkat sama siapa?" Tanya Naya pada Satria yang sedang memakai sepatunya.

"Sama gue" ucap Aran yang sudah selesai dengan makanannya.

Setelah selesai memasang sepatu mereka berempat langsung berpamitan pada Divia, Davino dan Rian.

"Aran berangkat dulu" ucap Aran.

"Iya, hati-hati di jalan ya jangan ngebut bawa mobilnya" ucap Divia yang di balas anggukan kepala dari Aran.

Mereka berempat melangkahkan kaki mereka menuju ke arah mobil Aran yang sudah siap terparkir di halaman rumah cowok itu. Setelah sampai Naya langsung saja masuk ke dalam mobil Aran dan duduk di samping cowok itu. Sedangkan Satria dan Zoya duduk di bangku belakang.

Aran melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahnya dan membelah jalanan padat pagi hari ini. Saat di perjalanan hanya keheningan yang melanda mereka berempat sampai tak terasa mereka sudah sampai di depan sekolah Zoya dan menurunkan gadis itu dan kembali melajukan mobilnya.

Naya mengalihkan pandangannya menatap jalanan, banyak motor dan mobil yang berlalu lalang di sana, namun pandangan Naya tidak sengaja melihat seseorang yang sangat ia kenali, di sana Nathan sedang membonceng seorang gadis yang ia temui bersama Nathan waktu lari Kalau tidak salah nama gadis itu adalah Anggi.

"Kak Nathan" Guman Naya yang masih didengar oleh Aran, pandangan Aran juga tak sengaja menatap Natan yang sedang membonceng seorang gadis. Saat melihat itu, Aran langsung melajukan mobilnya sehingga melewati Nathan dan gadis itu.

Nayah yang tersadar pun langsung menolehkan kepalanya menatap Aran.

"Apa?" Tanya Aran dengan wajah yang terlihat tidak bersahabat.

"Nggak" ucap Naya menatap lurus ke depan. Sedangkan Aran, sesekali melirik ke arah gadis itu. Aran menghembuskan nafasnya dengan kasar saat melihat wajah murung yang terpancar dari gadis itu.

"Nggak usah dipikirin" ucap Aran dengan pelan, namun masih bisa di dengar oleh Naya.

"Naya nggak pikirin itu lagi kok kak" ucap Naya tersenyum tipis.

📑📑📑

Naya berjalan melewati koridor, walaupun masih ada orang-orang yang memandangnya dengan tatapan sinis dan tidak suka, Naya tidak memperdulikan itu selagi mereka tidak berbuat jahat pada Naya. Dan tak terasa Naya sudah sampai di depan kelas nya dan memasuki kelasnya.

"Naya, ya ampun gue kangen banget sama lo, lo ke mana aja sih beberapa hari ini?" Ucap Azila dengan hebohnya lalu memeluk tubuh Naya.

"Lo utang penjelasan sama gue" ucap Tanisa yang sudah mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

"Maaf, Naya nggak kasih tau kalian kalo nanya nggak enak badan" ucap Naya dengan lesunya.

Naya berbohong, gadis itu berpikir tidak mungkin ia menceritakan hal yang sebenarnya pada Azila dan Tanisa yang ada kedua gadis itu akan khawatir padanya.

"Kenapa nggak ngasih tau sih, Nay? Kan kita bisa ngejenguk lo" ucap Azila dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

"Hehe, maaf. Nggak lagi kok" ucap Naya dengan cengiran khasnya.

"Oh iya, di sekolah kita bakal ada murid baru loh, Nay. Tapi masuknya nggak sekarang" ucap Azila, membuat Naya mengernyitkan dahinya.

"Emangnya Zila dapet info dari mana?" tanya Naya.

"Tadi nggak sengaja denger Bu Ayu ngomong sama kepsek" ucap Azila yang di balas anggukan kepala dari Naya.

"Terus masuknya kapan?" tanya Naya kepo.

"Ya mana gue tau Nay" ucap Azila membuat Naya kembali menganggukkan kepalanya.

"Kalo murid barunya cewek Naya mau jadiin dia temen, kalau cowok Naya mau-" ucapan Naya terhenti, gadis itu kembali berpikir apa yang akan ia ucapkan sambil mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya.

"Apa? Jangan bilang mau pdkt?" ucap Tanisa membuat Naya melotot kan matanya menatap gadis itu.

"Nggak ih, Naya mau jadiin dia temen juga dong, hehe" ucap Naya dengan cengiran khasnya.

"Nay, dengar-dengar lo udah putus ya sama Kak Nathan?" Tanya Azila yang membuat main menghembuskan nafasnya dengan kasar dan dengan perlahan menganggukkan kepalanya.

"Kok nggak cerita-cerita sih sama kita?" Tanya Tanisa yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada, Gadis itu merasa kesal karena Naya banyak menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ya maaf. Oke Naya ceritain seka-" ucapan Naya terhenti ketika mendengar bel masuk, membuat Naya, Azila dan Tanisa menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar itu.

📑📑📑

Maaf ya, author jarang update, soalnya lagi sibuk sama dinas.

Jangan lupa komen dan vote nya💞

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now