Part 3

116K 6K 45
                                    

Hari ini sudah ketiga harinya Naya menjalani mos di SMA Tunas Bangsa, akhirnya ia bisa melewati masa mos ini tanpa kendala sedikit pun. Tak hanya itu, Naya juga bersyukur bisa bertemu dengan kedua teman barunya, yaitu Azila dan Tanisa. Naya bertemu dengan Tanisa yang saat itu membantunya untuk mengerjakan misi dari para senior, sehingga mereka sekarang menjadi lebih dekat. Kalau tidak ada mereka, mungkin Naya akan terus-terusan bergantung pada Satria dan Risa.

Hari ini Naya dan peserta mos lainnya di tugaskan untuk meminta semua tanda tangan dari senior-senior mereka, hal itu membuat Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Naya hanya takut, takut jika ia akan membuat kesalahan yang tidak ia inginkan sehingga membuat para seniornya marah.

Naya, Azila dan Tanisa sudah mendapatkan 10 tanda tangan dari senior mereka, berarti ia harus mendapatkan 5 tanda tangan lagi agar terbebas dari hukuman.

"Tani, duduk dulu ya, Naya capek" ucap Naya dengan wajah yang sudah di tekuk.

"Lah kenapa? Ini nanggung banget, tinggal 5 tanda tangan lagi" ucap Tanisa pada Naya yang sudah kelelahan kesana-kemari mencari tanda tangan senior.

"Naya capek, istirahat dulu ya? Ya ya ya?" ucap Naya dengan puppy eyes nya dan membuat Tanisa memutar bola matanya malas.

"Duduk aja dulu Sa, lagian kan tinggal 5 juga, ini kaki gue udah pegel banget dari tadi mondar-mandir" keluh Azila lalu duduk di bawah pohon sambil meminum air mineral yang sedari tadi ia pegang.

"Tuh Zila aja capek, masa Tani nggak capek sih?" Ucap Naya yang sudah ikut duduk di samping Azila.

"Ya udah" ucap Tanisa pasrah, lalu ikut duduk di samping Naya.

Naya terlihat beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika melihat nama-nama senior terakhir yang belum ia minta tanda tangannya. Sekarang Naya harus bagaimana? Naya takut meminta tanda tangan pada cowok itu tapi di sisi lainnya Naya juga tidak ingin mendapat hukuman dari seniornya.

"Eh, itu kak Nathan bukan?" Ucap Tanisa memecah keheningan di antara mereka.

"Eh iya, itu kak Nathan" ucap Naya lalu dengan cepat Naya berlari menghampiri senior yang bernama Nathan.

"Eh, Nay tunggu" ucap Tanisa dan Azila bersamaan yang tidak di hiraukan oleh Naya.

"Hai kak" sapa Naya dengan senyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya. Nathan menolehkan kepalanya menatap Naya.

"Kak, Naya boleh minta tanda tangannya nggak?" Ucap Naya dengan menyodorkan kertas yang sudah berisi tanda tangan para senior.

Nathan menatap Naya dari atas sampai bawah dan sedetik kemudian ia tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya.

"Boleh, sini kertas lo" ucap Nathan membuat mata Naya berbinar-binar saat mendengarnya.

"Serius kak?" Tanya Naya sekali lagi.

"Iya, mana kertasnya sebelum gue berubah pikiran" ucap Nathan dengan wajah yang kembali datar.

"Eh, i..iya kak, ini kertasnya" ucap Naya lalu memberikan kertas itu pada Nathan.

"Makasih ya kak" ucap Naya tersenyum setelah Nathan menandatangani kertas itu.

"Iya, sama-sama Naya" ucap Nathan membalas senyuman Naya, Naya mengernyitkan dahinya saat Nathan mengetahui namanya.

"Loh kak Nathan tau dari mana nama Naya?" Tanya Naya dengan wajah polosnya membuat Nathan tertawa pelan saat mendengarnya.

"Kan lo sendiri yang bilang barusan" ucap Nathan yang sudah menghentikan tawanya.

"Oh iya lupa, hehe" ucap Naya sambil menepuk jidatnya pelan.

"Ya udah, gue duluan" ucap Nathan tersenyum lalu pergi meninggalkan Naya sendiri di sana.

"Haah haah, ya ampun Nay lo cepet banget larinya" ucap Tanisa dan Azila yang baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan.

"Iya dong demi tanda tangan kak Nathan, hehe" ucap Naya dengan cengiran khasnya.

"Yah kak Nathan nya udah pergi" ucap Azila dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

"Tenang aja, nanti Naya bantuin" ucap Naya tersenyum manis.

📑📑📑

Sudah terhitung 14 tanda tangan yang sudah di dapati Naya. Naya kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar saat melihat nama terakhir yang ada di kertas itu. Aran, si ketua osis yang berhati dingin dan tak kenal ampun, bagaimana caranya ia bisa mendapatkan tanda tangan dari Aran? Baru melihatnya saja nyalinya sudah ciut apalagi jika berhadapan, tapi mau tak mau Naya harus meminta tanda tangan itu agar ia bisa terbebas dari hukuman yang akan di berikan seniornya nanti.

"Kak Aran mana ya?" Gumam Naya yang masih di dengar oleh Azila dan Tanisa.

"Nggak tau" ucap Tanisa mengangkat bahunya dengan acuh.

"Coba tanya sama Abang lo, Abang lo kan sahabatan sama kak Aran" ucap Azila, membuat Naya dan Tanisa menoleh menatap Azila.

"Nggak mau ah, nanti Ab-" ucapan Naya terpotong dengan perkataan Tanisa.

"Nay, itu kak Aran" ucap Tanisa menunjuk Aran yang sedang berjalan sendiri di koridor sekolah.

"Samperin gih Nay" ucap Tanisa membuat Naya menelan salivanya dengan susah payah, hanya melihat tatapan tajam bak elangnya saja sudah membuat tubuh Naya panas dingin dan gemetar tak karuan.

"Ih Naya takut" cicit Naya, membuat Tanisa memutar bola matanya malas.

"Entar keburu kak Aran nya pergi Nay" ucap Azila.

"Iya iya" ucap Naya dengan wajah yang sudah di tekuk, ia sudah pasrah dan memilih berjalan mendekat ke arah Aran. Naya terus menunduk saat jarak di antara mereka semakin dekat.

Aran mengangkat satu alisnya saat melihat seorang gadis yang sudah berdiri tepat di depannya, gadis itu terus-terusan menunduk membuat Aran memutar bola matanya malas.

"Minggir" ucap Aran dengan nada dinginnya, membuat keringat dingin terus bercucuran di dahi Naya. Naya memberanikan diri menatap Aran yang juga menatapnya seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Emm kak, Naya bo..boleh minta tanda tangannya nggak?" ucap Naya dengan sedikit gugup, namun tidak ada respon sama sekali dari Aran. Aran hanya sibuk menatap Naya dengan wajah datarnya.

"Kak?" Naya melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Aran, sehingga membuat lamunan Aran menjadi buyar.

"Ck, sini" ucap Aran membuat Naya mengernyitkan dahinya tidak mengerti apa yang di katakan Aran barusan.

"Sini apanya kak?" tanya Naya dengan wajah polosnya.

"Sini kertasnya" ucap Aran lagi dan membuat Naya paham maksud dari Aran, mata Naya berbinar saat mendengar perkataan Aran barusan dan dengan cepat Naya memberikan kertasnya sebelum Aran berubah pikiran. Naya mengira akan sulit meminta tanda tangan dari Aran, namun ia salah besar, Aran bahkan dengan mudahnya memberikan tanda tangannya.

Jari-jari Aran bergerak lincah saat menandatangani kertas itu. Setelah selesai, Aran kembali memberi kertas itu pada Naya. Naya tersenyum senang menatap kertas yang ada di genggamannya.

"Makasih ya kak" ucap Naya dengan senyum manisnya sehingga memperlihatkan lesung pipinya.

"Hm" ucap Aran lalu melenggang pergi meninggalkan Naya.

📑📑📑

Jangan lupa vote dan komennya. Author bakal cepet up kalo banyak yang vote hehe😅💜

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now