Part 24

72.3K 3.3K 86
                                    

Jangan lupa komen dan vote😊
Happy reading💞

📑📑📑

Hari ini Naya berangkat ke sekolah bersama Aran, semenjak kejadian itu Naya dan Nathan sama sekali tidak saling menghubungi lagi. Naya mengira Nathan akan mencarinya, namun ternyata Nathan sama sekali tidak mencari dirinya atau bahkan sekedar menghubunginya. Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar membuat Aran menoleh menatap Naya.

"Kenapa?" Tanya Aran memecah keheningan.

"Eh, nggak papa kok kak" ucap Naya dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Aran pun menganggukkan kepalanya dan setelah itu hanya keheningan lagi yang terjadi di antara mereka. Sampai tak terasa mobil pun sudah memasuki area parkir sekolah.

Aran dan Naya turun dari mobil. Namun Aran berjalan dengan cepat meninggalkan Naya sendiri di sana, di pikiran Naya mungkin cowok itu sedang ada jadwal piket.

Naya berjalan memasuki koridor dan merasa aneh ketika melihat tatapan-tatapan yang di berikan orang-orang padanya. Banyak yang menatap Naya tidak suka, Naya sendiri tidak tau kesalahan apa yang ia perbuat sehingga mereka menatapnya seperti itu.

Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar, gadis itu terlihat menunduk sampai seseorang dengan sengaja menabrak bahu Naya sehingga membuat gadis itu jatuh tersungkur di dinginnya lantai koridor.

Naya mendongakkan kepalanya menatap orang yang dengan sengaja menabraknya itu. Sepertinya Naya pernah melihat gadis ini, tetapi Naya lupa melihatnya dimana. Namun, setelah Naya mengingat kembali, pikiran Naya tertuju pada seorang gadis yang sedang bergelayut manja di lengan Aran waktu itu. Ya, Naya mengingat gadis itu, gadis yang bersama Aran waktu itu.

"Ups, sorry gue nggak sengaja" ucap Amel terkekeh, gadis itulah yang barusan menabrak Naya. Amel mengulurkan tangannya ingin membantu Naya berdiri, Naya tersenyum melihat itu. Namu saat ia menggapai tangan gadis itu, dengan kasarnya gadis itu kembali melepaskan tangannya sehingga membuat Naya kembali jatuh. Sedangkan orang-orang di sana tertawa melihat adegan itu.

Mata Naya sudah berkaca-kaca, sedikit lagi kristal bening itu akan jatuh membasahi pipinya. Namun dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya dan ikut tersenyum menatap orang-orang itu. Naya memilih berdiri sendiri, Namun ada seseorang yang melempar Naya dengan telur dan tepat mengenai kepala gadis itu, hingga yang lainnya juga ikut melempar Naya. Bahkan ada juga yang sudah membawa tepung untuk dilemparkan pada gadis itu.

Naya tak bisa lagi menahan air matanya, Mengapa hidupnya harus seperti ini? Naya tidak mengerti dengan orang-orang itu, atas dasar apa mereka berbuat seperti ini pada Naya? Setahu Naya, ia tidak pernah berbuat salah pada siapapun.

"Ke..kenapa kalian ngelakuin ini hikss" ucap Naya dengan pelan nya namun masih bisa didengar oleh mereka semua, sedangkan mereka hanya tertawa melihat Naya seperti itu dan tidak ada niat untuk membantu gadis itu.

"Lo udah berani ngerebut Aran dari gue" ucap Amel yang sudah menatap tajam kearah Naya.

"Dan lo juga udah berani rebut pacar gue, Nathan" ucap seorang gadis yang bernama Anggi. Sedangkan Naya, hanya mengernyitkan dahinya ketika mendengar perkataan kedua gadis tersebut.

"Na..naya, nggak pernah ngerebut kak Aran dari kamu" ucap Naya sambil menghapus air matanya.

"Kak Nathan itu pacar Naya, kak Nathan sendiri yang nembak Naya waktu itu" ucap Naya pada gadis yang bernama Anggi itu.

"Lo mau liat buktinya? Nih gue kasih liat" ucap Anggi lalu memperlihatkan sebuah foto yang membuat Naya membelalakkan matanya saat melihat itu, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak mungkin"

"Sayangnya itu kenyataannya" ucap Anggi dengan seringaian jahatnya.

"Lo udah ketauan selingkuh" ucap Amel sambil memperlihatkan sebuah foto pada Naya. Di situ terlihat Naya sedang memeluk cowok lain yang tak lain adalah Kevin sahabatnya sendiri. Bagaimana bisa mereka mendapatkan foto itu?

"Na..naya nggak selingkuh hikss" ucap Naya yang sudah menangis tersedu-sedu.

Cukup sudah, Naya tidak sanggup lagi menghadapi ini. Naya menangis sejadi-jadinya di sana dengan orang-orang yang terus melemparnya dengan telur dan tepung.

"Hahah dasar tukang selingkuh, kan kasian Nathan nya"

"Ganjen banget, abis Nathan langsung deketin Aran"

"Mimpi buruk apa Nathan mau pacaran sama cewek kayak lo"

"Murahan tau nggak"

"STOP" Teriak Aran, membuat orang-orang di sana menghentikan aktivitasnya dan menelan salivanya dengan susah payah saat melihat Aran dengan tatapan tajam mematikannya.

Cowok itu mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih, rahangnya mengeras tanda bahwa ia sedang tersulut emosi. Aran berjalan membelah kerumunan itu dan membuka jaketnya dan memasangkan jaket itu di tubuh Naya.

"Ran, kok kamu nolongin dia sih?" Ucap Amel dengan menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Sedangkan Aran tak memperdulikan itu, ia membawa gadis itu ke toilet wanita. Sesampainya di sana Aran pun berhenti di depan toilet wanita dan menatap Naya yang terlihat begitu kacau, hati Aran seakan teriris melihat pemandangan itu. Tangannya terulur mengusap lembut pipi Naya yang terdapat tepung.

"Mandi aja, gue ke koperasi bntar" ucap Aran yang mendapat anggukan kepala dari Naya, Aran membiarkan Naya masuk ke dalam sendiri dan setelah itu ia pergi dari sana.

Naya masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan terdiam di sana. Lagi-lagi gadis itu menitikkan air matanya dalam diam. Mengapa masalah terus saya menghampiri dirinya? Naya benar-benar tidak sanggup menghadapi ini.

"Ayah, pulang. Naya butuh Ayah hikss" gumam Naya yang sudah menangis tersedu-sedu.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Naya terdiam dan menatap pintu itu dengan was-was, takut orang yang mem-bully nya tadi datang dan ingin kembali mem-bully nya lagi.

"Nay? Lo di dalem? Ini gue udah bawa baju sama rok buat lo" ucap Azila yang baru saja datang bersama Tanisa. Naya yang mendengar itu sontak menghembuskan nafasnya lega saat mengetahui yang datang adalah sahabatnya Azila dan Tanisa.

Mereka membawa paper bag berisi baju dan rok yang barusan di beli Aran di koperasi tadi. Memang saat selesai membeli baju dan rok buat Naya, Aran tak sengaja bertemu kedua sahabat Naya dan memberikan paper bag itu pada mereka.

"I..iya Zila, sabar ya" ucap Naya dari dalam yang hampir selesai melakukan ritual mandinya.

Setelah selesai, Naya sedikit membuka pintunya dengan tangan yang sedikit keluar untuk mengambil baju dan roknya.

"Nih" ucap Azila lalu menyodorkan paper bag itu pada Naya.

Tanpa menunggu lama Naya langsung mengganti bajunya dengan baju yang barusan di beli Aran. Setelah selesai, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan wajah sembabnya dan tersenyum menatap Azila dan Tanisa. Mereka tau, di balik senyum itu terdapat luka yang besar di hati Naya.

"Nay, kalo mau nangis ya nangis aja, nggak usah sok tegar di hadapan gue, gue ngerti kok perasaan lo kayak gimana" ucap Tanisa lalu membawa Naya ke dalam pelukannya. Sedangkan Naya, sudah memecahkan tangisnya di pelukan Tanisa. Mereka berdua menatap iba ke arah Naya, kalau mereka yang ada di posisi Naya sekarang, mungkin mereka juga tidak akan sanggup menghadapi situasi ini karena mereka tidak sekuat dan setegar Naya.

"Ma..makasih udah mau ngertiin Naya" ucap Naya dengan suara parau nya.

📑📑📑

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now