Part 41

68.5K 3.6K 381
                                    

Aran memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya, ia pun keluar dari mobilnya dan membuka pintu mobil Naya, Aran pun menarik lengan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Semoga Nay nggak di jahatin sama Abang" gumam Zoya yang berjalan di belakang mereka berdua.

Aran membawa Naya masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan Naya di atas ranjangnya, Aran menatap tajam ke arah gadis itu. Sedangkan Naya sudah sangat ketakutan, ia takut jika Aran sudah marah seperti ini, rasanya bukan seperti Aran, melainkan monster yang berwujud Aran.

"Na..naya ta..tadi-" Naya tak sanggup meneruskan ucapannya, gadis itu sudah keringat dingin di tempatnya dan tak tau harus berbuat apa, ia hanya pasrah saja jika Aran akan marah padanya. Namun, diluar ekspektasi, Aran malah memeluk Naya dengan erat sembari berbisik.

"Jauhi dia" ucap Aran membuat Naya mengernyitkan dahinya.

"Ke..kenapa kak?" tanya Naya dengan hati-hati sambil membalas pelukan cowok itu.

"Gue nggak suka"

"Ta..tapi Na-" ucapan Naya terpotong dengan perkataan Aran.

"Lo milik gue, dan nggak ada yang bisa ngambil lo dari gue, termasuk dia" ucap Aran penuh penekanan membuat Naya seketika bungkam mendengarnya. Entah kenapa rasanya ribuan kupu-kupu seakan terbang di perutnya. Naya tersenyum tipis mendengar itu.

Aran melepaskan pelukannya dan menatap mata Naya dengan tatapan teduh, tangannya terulur mengelus lembut pipi gadis itu dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Naya.

Beberapa menit keheningan yang melanda mereka berdua, sampai Naya teringat akan perkataan Aran saat di taman tadi. Naya memberanikan dirinya untuk bertanya pada Aran.

"Ma..maksud kak Aran di taman tadi apa ya?" tanya Naya pada Aran, gadis itu tampak gugup pasalnya ia sangat terkejut saat mendengar perkataan Aran yang mengaku menjadi pacarnya pada Nathan.

"Seperti yang lo denger, sekarang lo pacar gue" ucap Aran tak terbantahkan dengan wajah yang selalu datar dan lagi-lagi Naya tak bisa berkata apa-apa, ia terlalu kaget dengan pernyataan Aran padanya.

Gadis itu merasa senang dan perlahan menganggukkan kepalanya dengan malu-malu, perkataan yang dari dulu ia tunggu-tunggu akhirnya terucap juga, Aran yang melihat respon Naya hanya bisa tersenyum tipis, sangat tipis sehingga hanya Aran saja yang menyadarinya.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi menatap mereka. Di sana Divia sudah berdiri di ambang pintu dan ikut tersenyum senang melihat pemandangan itu. Wanita paruh baya itu memilih pergi dari sana, ia akan memberi waktu untuk Aran dan Naya.

📑📑📑

"Abang, sini itu cemilan Naya" ucap Naya dengan mengerucutkan bibirnya kesal. Mereka sekarang sedang menonton Tv di ruang keluarga, di sana sudah ada Aran, Naya, Satria dan Zoya.

"Pelit banget sih" ucap Satria sambil menatap sinis ke arah Naya sambil memakan cemilan milik gadis itu.

"Kan di dapur masih banyak, kenapa harus ambil punya Naya?" ketus Naya dengan bibir yang sudah maju beberapa senti. Sedangkan Aran hanya diam saja memperhatikan kedua kakak adik tersebut.

"Jangan pelit sama Abang sendiri, kualat mau?" ucap Satria membuat Naya kesal setengah mati.

Ngambek mode on, begitu lah Naya. Satria yang melihat itu menghembuskan nafasnya dengan kasar tetapi tetap tidak mengembalikan cemilan itu pada Naya. Sedangkan Naya sudah menatap Satria dengan mata yang berkaca-kaca, Aran yang melihat itu menghembuskan nafasnya dengan kasar dan menatap tajam ke arah Satria.

"Balikin" ucap Aran dengan wajah dingin dan datar membuat Satria menghembuskan nafasnya dengan kasar dan dengan terpaksa mengembalikan cemilan itu pada Naya.

Naya mengambil cemilannya dengan mata yang berbinar, ia menjulurkan lidahnya ke arah Satria dan setelah itu tertawa pelan.

Sedangkan Aran hanya geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan kakak dan adik itu. Satria dan Zoya memang sudah mengetahui bahwa Aran dan Naya tengah menjalin hubungan, Divia lah yang memberitahu semuanya.

Satria kaget mendengar kabar itu, tidak seperti Zoya yang terlihat biasa-biasa saja, karena dari dulu ia sudah mengetahui perasaan Aran, namun gengsi cowok itu lah yang terlalu besar.

Naya memasukan cemilannya ke dalam mulutnya sambil sesekali melirik ke arah Aran. Aran yang peka pun juga ikut melirik Naya, gadis itu terlihat gelagapan dan kembali fokus ke Tv, sedangkan Aran sudah mati-matian menahan senyumnya melihat tingkah gadis itu.

Suara dering telpon mengalihkan perhatian semuanya, Satria tersenyum menatap ponselnya. Ternyata yang menelpon adalah Risa kekasihnya. Satria berdiri dari tempatnya dan pergi ke kamarnya.

Sekarang hanya tersisa Naya, Aran dan Zoya yang berada di sana. Naya menatap jam yang sudah menunjukan pukul 10 malam tetapi ia belum mengantuk juga, berbeda dengan Zoya yang terlihat beberapa kali menguap.

"Bang, Nay. Joy ke kamar dulu, soalnya udah ngantuk" ucap Zoya lalu pergi meninggalkan Aran dan Naya di sana.

Selama beberapa menit, hanya keheningan yang melanda mereka berdua. Hingga tiba-tiba tangan Aran terulur menggenggam tangan Naya dan membuat gadis itu refleks menatap Aran.

"Kenapa kak?" tanya Naya sambil menatap tangannya yang digenggam Aran.

"Sini" ucap Aran menepuk tempat kosong yang tadinya di tempati Zoya. Naya pun menurut dan duduk di samping Aran.

Naya terkejut ketika Aran tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya. Jangan di tanyakan lagi jantung Naya seperti apa, rasanya jantungnya seperti ingin loncat dari tempatnya.

Aran mengelus lembut kepala Naya, ia tidak terlalu mengeratkan pelukannya agar gadis itu bisa sedikit nyaman, karena Aran tau gadis itu tidak bisa tidur dan setidaknya dengan cara seperti ini bisa membuat Naya memejamkan matanya.

Mata Naya terlihat sayu. Nyaman, itulah yang ia rasakan saat berada di pelukan Aran, apalagi saat tangan kekar Aran bermain indah di puncak kepalanya membuat rasa kantuk itu tiba-tiba melanda dirinya.

"Kalo ngantuk tidur aja" ucap Aran yang sudah tidak dipedulikan Naya.

Mata Naya sudah terlihat sangat berat untuk di buka dan selang beberapa menit dari situ Naya pun tertidur dan memasuki alam mimpi indahnya.

Aran mendengar dengkuran halus yang di keluarkan Naya, ia pun tersenyum dan mengecup kening Naya sekilas dan setelah itu Aran menggendong dan membawa Naya ke kamar gadis itu.

Sesampai di kamar Naya, Aran membaringkan Naya di atas ranjang, cowok itu merapikan baju Naya yang sedikit tersingkap dan menyelimuti tubuh Naya sampai batas leher.

Aran tersenyum menatap wajah cantik Naya yang sedang tertidur. Tangannya terulur mengelus lembut pipi Naya.

"Good night sweetheart" ucap Aran sedikit berbisik di telinga Naya dan setelah itu pergi meninggalkan kamar gadis itu.

📑📑📑

Gimana sama part ini?

Next?

ARANAYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang