Part 12

93K 4.4K 78
                                    

Sepulang dari dufan, Naya meminta Aran untuk mengantarnya pergi ke makam Clara, Bundanya. Aran tidak bisa menolak permintaan Naya dan melajukan mobilnya menuju makam Bunda Naya.

Setelah sampai, Aran langsung memarkirkan mobilnya. Naya dan Zoya pun turun di ikuti Aran di belakang mereka. Naya berjongkok di samping gundukan tanah dan mengusap nisan bundanya.

"Naya kangen Bunda" ucap Naya dengan setetes air mata yang membasahi pipinya.

"Bunda, sekarang Naya tinggal sama Papi Vino dan Mami Divia. Mereka baik banget sama Naya Bun, dan udah anggap Naya sebagai anak mereka sendiri" ucap Naya sambil mengusap kasar air matanya, Aran dan Zoya menatap iba ke arah Naya.

Entah setan apa yang merasuki diri Aran sehingga tangannya terulur mengusap rambut Naya dengan lembut, sangat lembut takut menyakiti gadis itu. Naya masih belum sadar dengan perlakuan Aran, ia mengira Zoya lah yang melakukan itu.

"Di sini Naya juga punya temen Bun, Bunda tau Zoya kan? Zoya juga anak Papi Vino, Zoya baik banget sama Naya dan nggak buat Naya merasa kesepian. Oh iya, Naya ingat waktu itu Bunda pernah bilang kalo Papi Vino punya anak cowok yang baik. Bener kata Bunda, kak Aran baik banget sama Naya walaupun sifatnya cuek banget" ucap Naya di akhiri kekehan di kalimat terakhir dan menatap Aran dan Zoya.

Gadis itu membeku ketika sadar ternyata Aran lah yang sedari tadi mengelus rambutnya. Aran tersenyum tipis mendengar perkataan Naya barusan, sangat tipis sehingga hanya Aran saja yang mengetahuinya. Namun seketika Aran tersadar dengan apa yang ia lakukan dan refleks menjauhkan tangannya dari rambut Naya.

Kedua sejoli itu sama-sama salah tingkah, namun bedanya Aran masih bisa mengontrol ekspresinya dengan sangat baik. Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan lebih memilih menatap nisan Clara.

"Ya udah, kalo gitu Naya pamit dulu ya Bun" ucap Naya tersenyum sambil mengelus nisan Clara dan berdiri meninggalkan tempat itu dan di ikuti Aran dan Zoya di belakangnya. Namun langkah mereka terhenti ketika hujan rintik-rintik mulai turun dan perlahan menjadi deras.

Aran yang melihat itu langsung melepas jaketnya dan memberikan jaket itu pada Zoya untuk di jadikan payung.

"Joy, langsung ke mobil aja" ucap Aran dan di balas anggukan kepala dari Zoya. Aran menatap sekeliling dan mengambil daun pisang yang sudah terlepas dari pohonnya, dengan langkah lebarnya Aran menghampiri Naya dan menarik gadis itu sehingga menubruk dada bidang milik Aran.

Aran memayungi Naya dengan daun pisang itu dan berjalan dengan langkah cepat, setelah sampai di depan mobil, dengan cepat Aran membuka pintu mobil itu untuk Naya. Saat Naya sudah masuk, Aran membuang daun pisang itu dan memasuki mobilnya.

"Yah, baju Abang basah" ucap Zoya yang menyadari ternyata baju yang di kenakan Aran basah karena hujan.

"Nggak papa, yang penting kalian nggak basah" ucap Aran dengan wajah datarnya dan melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Naya tersenyum tipis, ternyata di balik sifat Aran yang cuek, dingin dan tak tersentuh, Aran juga mempunyai hati yang baik dan ternyata Naya sudah salah menilai Aran. Benar kata orang-orang, jangan pernah menilai seseorang dari luarnya saja, karena belum tentu apa yang terlihat dari luar mencerminkan isi hati yang ada di dalamnya.

📑📑📑

Naya melangkahkan kakinya turun ke bawah menginjaki anak tangga, tak sengaja ia melihat Aran yang sedang duduk di ruang Tv sambil memakan cemilan. Naya memilih menghampiri Aran dan berdiri di samping cowok itu.

"Kak, Naya boleh ya duduk di sini?" Ucap Naya yang sama sekali tidak di hiraukan oleh Aran. Melihat itu Naya mengerucutkan bibirnya, Naya mengerti mungkin Aran tidak ingin di ganggu, ia pun pun lebih memilih pergi dari sana, namun langkahnya terhenti ketika Aran menarik tangannya membuat Naya kembali menatap Aran.

"Duduk" ucap Aran. Singkat, padat dan jelas. Membuat Naya menganggukkan kepalanya dan duduk di samping Aran.

Naya menatap Tv yang sedari tadi di nonton Aran. Gadis itu terkejut saat melihat apa yang di nonton Aran. Horror, itulah yang di nonton Aran sekarang.

"Kak pindah yang lain, Naya nggak mau nonton horror. Takut" ucap Naya pada Aran dan memelankan suaranya di perkataan terakhir.

"Kalo nggak suka ya nggak usah nonton" ucap Aran membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aaaa" teriak Naya saat melihat setan yang di nonton Aran menampakkan dirinya.

"Ck, berisik. Ganggu aja" ketus Aran membuat Naya terdiam dan menundukkan kepalanya.

"Ma..maaf" ucap Naya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Aran yang menyadari itu menghembuskan nafasnya dengan kasar dan mengacak-acak rambutnya frustasi, lalu memindah channel Tv menjadi kartun. Mata Naya berbinar saat melihat kartun kesukaannya terpampang di TV itu.

Berbagai ekspresi yang di keluarkan Naya, dari diam kayak patung sampai tertawa terbahak-bahak. Aran yang melihat itu pun tersenyum tipis dan lebih memilih kembali ke kamarnya takut mengganggu gadis itu. Namun langkahnya terhenti ketika suara Naya menginterupsinya.

"Kak Aran mau kemana?" Tanya Naya saat melihat Aran sudah berdiri dari tempatnya.

"Kamar" ucap Aran lalu pergi meninggalkan Naya sendiri di ruang Tv.

"Pasti kak Aran merasa terganggu" gumam Naya merasa tidak enak. Namun setelah itu ia tetap melanjutkan acara nontonnya. Sampai jam menunjukan pukul 11 malam, Naya sudah tertidur pulas di sofa yang berada di ruang Tv tersebut.

Sedangkan di sisi lain, Aran baru selesai mengerjakan PR fisikanya, cowok itu keluar dari kamarnya, tujuannya sekarang adalah dapur. Aran merasa haus, namun langkahnya terhenti ketika melihat Naya yang sedang tertidur pulas di di sofa ruang Tv.

Aran menghembuskan nafasnya dengan kasar dan mendekat ke arah gadis itu. Dengan perlahan Aran menggendong tubuh Naya ala bridal style dan membawa gadis itu ke kamar. Niat ingin minum pun terhalang saat melihat Naya yang sudah tertidur pulas. Aran tidak tega membiarkan gadis itu tidur di sofa sampai pagi, biar bagaimana pun Aran masih punya hati.

Ketika sudah sampai di depan pintu, Aran langsung membuka pintu kamar Naya dan membawa gadis itu masuk ke dalam, Aran membaringkan tubuh Naya di atas ranjang dan menyelimuti gadis itu sampai batas leher.

"Bunda" ucap Naya dalam tidurnya, membuat pergerakan Aran terhenti dan menatap gadis itu, tangan Aran terulur mengusap lembut puncak kepala Naya dan setelah itu ia pergi meninggalkan kamar Naya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Davino ayahnya sedang berdiri di depan pintu.

"Ayah ngapain di sini?" Ucap Aran menatap Davino yang berdiri di depan pintu.

"Seharusnya ayah yang tanya, kamu ngapain di kamar Naya?" Tanya Davino menatap tajam putranya itu.

"Tadi Aran nggak sengaja liat Naya tidur di sofa, jadi Aran bawa aja Naya ke kamarnya" ucap Aran menjelaskan, dan mendapat anggukkan kepala dari Davino.

"Ayah percaya sama kamu" ucap Davino setelah itu pergi meninggalkan Aran yang masih berdiri di depan pintu kamar Naya.

📑📑📑

Bonus pict ayah Davino dan Aran

Bonus pict ayah Davino dan Aran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARANAYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang