Part 16

82.1K 3.9K 159
                                    

Happy reading

📑📑📑

Hari ini entah kenapa Aran menurunkannya di depan halte. Naya mengira Aran tidak akan menurunkannya di depan halte lagi, dan dengan langkah gontai Naya berjalan ke arah sekolah yang tidak jauh dari halte.

"Kak Aran mood nya suka berubah, kadang baik, kadang cuek, kadang jahat. Naya jadi bingung sama kak Aran" gumam Naya sambil menendang batu kerikil yang ada di jalan.

Naya mempercepat langkahnya, dan memasuki area sekolah. Gadis itu datang dengan nafas yang ngos-ngosan, di sana ia tak sengaja melihat Azila dan Tanisa.

"Tani, Zila" teriak Naya membuat kedua gadis itu berbalik dan menatap Naya. Naya berlari menghampiri mereka.

"Kenapa lari-lari sih Nay?" Ucap Tanisa pada Naya.

"Nggak papa, olahraga pagi hehe" ucap Naya dengan cengiran khasnya.

"Ada-ada aja sih lo" ucap Azila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yuk ke kelas" ucap Naya dan di balas anggukan kepala dari Tanisa dan Azila. Mereka pun melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam kelas.

Sesampai di kelas Naya pun duduk di bangkunya dan di ikuti Azila di sampingnya, sedangkan Tanisa duduk di belakang mereka berdua.

"Nay, Tan. Kalian udah ngerjain PR biologi belum?" Tanya Azila membuat Naya menepuk jidatnya pelan.

"Udah" ucap Tanisa

"Belum, Naya lupa gimana dong?" Ucap Naya sambil menggigit kukunya.

"Nih, liat punya gue aja. Buruan keburu bel" ucap Tanisa sambil memberikan buku PRnya pada Naya. Dengan cepat Naya mengambil buku itu dan mencatat semua isi di dalamnya. Belum selesai Naya mencatat semuanya bel masuk pun sudah berbunyi, dan guru biologi pun masuk ke dalam kelas.

"Kumpulkan PR kalian di depan" ucap Bu Maya membuat pergerakan Naya terhenti, teman-teman sekelas Naya sudah berdiri dan berjalan untuk mengumpulkan PR mereka masing-masing. Naya pun mengembalikan buku Tanisa, Naya sudah pasrah jika di hukum hari ini.

"Pasti Naya di hukum sama Bu Maya" gumam Naya yang masih di dengar oleh Azila.

"Sabar ya Nay, udah jelas banget lo bakal di hukum kan lo nggak ngerjain PR" ucap Azila sedikit kasihan melihat Naya. Naya hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu.

"Yang tidak mengumpulkan PR silahkan berdiri" ucap Bu Maya, membuat Naya menelan salivanya dengan susah payah. Dengan perlahan Naya berdiri dari tempatnya.

"Sanaya? Kenapa kamu tidak mengerjakan PR?" Tanya Bu Maya, pasalnya baru kali ini Naya tidak mengerjakan PRnya. Sebelumnya Naya selalu rajin mengerjakan PRnya.

"Maaf Bu, Naya lupa" ucap Naya sambil menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, kamu hormat bendera sampai jam istirahat" ucap Bu Maya membuat Naya menganggukkan kepalanya patuh.

"Iya Bu, Naya permisi dulu" ucap Naya setelah itu pergi meninggalkan kelas.

Naya melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah, koridor sekarang tampak sepi karena semua kelas sedang masuk mata pelajaran. Naya berdiri dan menghormat di depan tiang bendera. Salahkan Nathan, karena Nathan lah yang membuat Naya sampai lupa dengan PRnya sendiri. Semalam entah kenapa Naya selalu kepikiran dengan perkataan Nathan kemarin.

Naya berpikir apakah benar Nathan menyukainya? Pasalnya ini terlalu cepat buat Naya, masa iya Nathan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi hal seperti itu tak jarang terjadi, dan bisa saja Nathan memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kak Nathan bikin Naya pusing" gumam Naya. Bahkan sedang hormat bendera pun Naya tetap memikirkan Nathan. Ah, Naya benar-benar pusing karena Nathan.

Pandangan Naya tak sengaja menatap seseorang yang sedang bermain basket di lapangan yang sama, senyum di bibir Naya seketika terbit melihat itu. Di sana ada Aran dengan teman-temannya yang sedang bermain basket, kelas Aran hari ini sedang free. Kelas Dhio, Genta dan Fino hari ini sedang masuk, mereka sekarang membolos dengan alasan capek terlalu rajin, sekali-sekali membolos tidak membuat mereka bodoh kan? Ya begitu lah pemikiran mereka.

"Kenapa kak Aran susah di tebak ya? Kadang baik, kadang cuek dan kadang juga kayak nggak kenal sama Naya, padahal kan serumah" gumam Naya.

"Sebenarnya Naya suka sama kak Aran, tapi Naya lebih baik mundur aja soalnya Naya tau Naya cuma jadi beban buat kak Aran" gumam Naya lagi sambil menatap Aran, hingga pandangan mereka pun bertemu dan dengan cepat Aran memutuskan pandangannya. Hal itu membuat Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Setelah itu, Aran pun pergi entah kemana.

"Aduh, Naya kebelet nggak papa kali ya hormatnya di tunda dulu" ucap Naya lalu segera pergi ke toilet menuntaskan panggilan alamnya. Saat Naya keluar dari toilet, bel istirahat pun berbunyi dan membuat Naya kegirangan di tempatnya. Tujuannya sekarang adalah kantin, Naya sudah lapar sedari tadi. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang menghalangi jalannya.

"Lo Naya kan?" Tanya salah satu siswi

"Iya, kamu siapa?" Tanya Naya menatap siswi itu, pasalnya ia tidak mengenalinya sama sekali.

"Gue Citra. Lo di tunggu Nathan di lapangan" ucap siswi bernama Citra tersebut dan pergi meninggalkan Naya.

Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar, padahal ia ingin pergi ke kantin, tetapi terhalang oleh Nathan. Naya pun melangkahkan kakinya menuju lapangan, sesampai di lapangan langkahnya terhenti ketika melihat Nathan yang sudah di kerumuni orang-orang.

Di sana Nathan berdiri sambil memegang bunga dan tersenyum menatap Naya. Naya yang masih belum mengerti situasi pun mengernyitkan dahinya.

"Nay, kak Nathan udah nungguin lo dari tadi" ucap Tanisa menghampiri Naya yang sedari tadi hanya diam saja.

"Sana, kak Nathan mau bilang sesuatu sama lo" ucap Azila lalu mendorong tubuh Naya sehingga masuk ke dalam kerumunan itu.

"Nay" ucap Nathan tersenyum lembut menatap Naya, tangan cowok itu terulur menggenggam tangan Naya.

"Gue sayang sama lo Nay" ucap Nathan, membuat Naya terdiam. Belum ada lelaki yang memperlakukan dirinya seperti ini, Naya sangat tersentuh dan tersenyum menatap Nathan.

"Sekarang gue mau denger jawaban lo, dan sekali lagi gue tanya. Sanaya apa lo mau jadi pacar gue?" ucap Nathan membuat Naya terdiam, gadis itu sudah keringat dingin di tempatnya, jantungnya berdetak kencang. Namun lagi-lagi pandangannya tak sengaja menatap Aran yang sedang berdiri di atas rooftop. Pandangan mereka bertemu, namun dengan cepat Naya memutuskan pandangannya.

"Terima"

"Terima"

"Terima"

Begitulah sorakan para murid-murid yang melihat kejadian itu. Banyak yang mendukung Naya dan termasuk sahabatnya Azila dan Tanisa.

Naya kembali menatap Nathan, ia harus yakin dengan jawaban yang akan ia berikan, dan semoga ini adalah jalan terbaik untuk Naya dan Nathan. Dengan perlahan Naya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Iya kak, Naya mau" ucap Naya dengan malu-malu, pipi gadis itu sudah merona seperti kepiting rebus. Nathan yang mendengar itu merasa senang dan menarik Naya ke dalam pelukannya.

"Makasih Nay. Makasih kamu udah mau nerima aku" ucap Nathan dengan dagu yang ia letakkan di kepala gadis itu.

"Iya kak" ucap Naya tersenyum hangat, ia tidak menyangka akan menjalin hubungan dengan Nathan, selama ini orang yang ia kagumi selalu Aran. Namun, melihat sifat dingin dan tak tersentuh yang di miliki Aran seketika membuat nyali Naya menjadi ciut seketika.

Di sisi lain, seseorang mengepalkan tangannya dengan kuat dengan rahang yang sudah mengeras tanda ia sedang tersulut emosi. Orang itu lebih memilih meninggalkan tempat itu dan pergi entah kemana.

📑📑📑

Yah Aran kecolongan. Gimana sama part ini?

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now