Part 36

60.9K 2.8K 10
                                    

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Naya merapikan buku-bukunya dengan lesu dan memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya.

"Nay, lo kenapa? Sakit?" tanya Kevin sambil mengulurkan tangannya menyentuh dahi Naya.

"Naya nggak papa kok" ucap Naya tersenyum tipis dan menjauhkan tangan Kevin yang masih berada di keningnya.

"Serius nggak papa Nay?" tanya Azila, pasalnya sepulang dari kantin tadi mereka menyadari ada perubahan dari sikap Naya.

"Iya, Naya nggak papa kok" ucap Naya meyakinkan mereka. Mereka pun menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, gue sama Azila duluan, soalnya gue nebeng sama dia" ucap Tanisa yang di balas anggukkan kepala dari Naya dan setelah itu mereka pergi meninggalkan Naya dan Kevin di dalam kelas.

"Ayo, sampe kapan lo mau di sini terus?" Ucap Kevin membuat lamunan Naya menjadi buyar.

"Eh iya" ucap Naya dengan cengiran khasnya. Gadis itu melangkahkan kakinya melewati koridor bersama Kevin.

"Mau bareng apa gimana?" Tanya Kevin saat mereka sudah berada di parkiran.

"Naya pulang bareng Abang, Kevin duluan aja" ucap Naya pada Kevin yang sedang memasang helmnya. Naya berbohong, hari ini Satria sedang ada urusan, yang berarti Naya hanya semobil berdua dengan Aran.

"Ya udah, gue duluan ya" ucap Kevin dan di balas anggukan kepala dari Naya dan setelah itu, Kevin pun pergi meninggalkan Naya sendiri di parkiran.

Mata Naya tak sengaja terarah pada Aran yang sedang berdiri di samping mobil, Naya bisa menebak cowok itu pasti sedang menunggunya.

Hari ini mungkin Naya akan pulang sendiri memakai taksi, ia tidak ingin pulang bersama Aran setelah mengingat kejadian di kantin tadi.

Tatapan Aran dan Naya tidak sengaja bertemu. Namun dengan cepat Naya memutuskan pandangannya dan berjalan melewati Aran dengan langkah cepatnya, gadis itu berjalan menuju halte.

Naya berjalan dengan pandangan kosongnya dan tanpa ia sadari ada sebuah motor yang melaju ke arahnya.

"AWAS" teriak Aran lalu berlari ke arah Naya dan langsung menarik gadis itu. Naya terkejut setengah mati lalu melihat ke arah motor yang hampir menabraknya itu.

"LO GILA HAH? KALO LO KENAPA-NAPA GIMANA?" Bentak Aran membuat Naya tersentak kaget, mata gadis itu sudah berkaca-kaca tanda kristal bening itu akan segera turun membasahi pipinya. Naya menundukkan kepalanya tak mampu menatap Aran.

"Ma..maaf hikss" ucap Naya dengan setetes air mata yang jatuh membasahi pipi mulusnya.

Aran mengacak rambutnya dengan kasar dan tanpa aba-aba Aran langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Gue takut lo kenapa-napa" ucap Aran melembutkan suaranya sambil mengusap punggung Naya.

Tercetak jelas raut khawatir di wajah Aran, ia benar-benar tidak bisa memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu yang buruk pada Naya.

"Ma..maafin Naya hikss" ucap Naya yang sudah menangis sesenggukan di pelukan Aran, Aran bisa merasakan tubuh gadis itu yang bergetar hebat.

"Ssstt udah, nggak usah nangis. Sekarang lo aman sama gue" ucap Aran menenangkan Naya dan melepas pelukannya, tangannya terulur menangkup pipi Naya dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih mengalir di pipi gadis itu.

Dengan perlahan Naya menganggukkan kepalanya dan setelah itu Aran langsung membawa Naya ke dalam mobilnya.

📑📑📑

Aran pun sampai di rumah dan memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Naya, sedari tadi gadis itu hanya berdiam diri dan berbicara jika di tanya dan itu pun Naya hanya berbicara apa adanya, membuat Aran bingung dengan tingkah Naya. Aran berpikir mungkin Naya masih shock dengan kejadian tadi.

"Turun" ucap Aran membuat lamunan Naya menjadi buyar. Tanpa menunggu lama Naya langsung keluar dari mobil Aran dan berjalan mendahului cowok itu.

Naya pun masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamarnya, sepi. Itulah suasana rumah saat ini, di rumah hanya ada Aran dan Naya. Zoya sedang ada les, Divia pergi entah kemana, Satria ada urusan, sedangkan Davino sibuk dengan urusan kantornya.

Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu membanting dirinya di ranjang empuknya, Naya masih shock dengan kejadian tadi. Namun pikirannya semakin kacau saat mengingat kejadian saat di kantin tadi dan lagi-lagi membuat Naya menghembuskan nafasnya saat mengingat itu.

"Nggak ada cara lain, Naya harus jauhin kak Aran" gumam Naya.

Gadis itu dilanda kantuk yang sangat berat, dan dengan perlahan Naya memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpinya.

Di luar sana, Aran terus memandangi jam yang sudah menunjukan pukul 8 malam, biasanya di saat seperti ini Naya sudah keluar dari kamarnya dan mencari makanan di kulkas yang bisa di makan. Ada rasa khawatir yang Aran rasakan saat ini, ia berdiri dari tempat duduknya dan menaiki tangga menuju kamar Naya.

Aran harus mengeceknya langsung bahwa gadis itu baik-baik saja, ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Sesampainya di depan kamar Naya, Aran langsung mengetuk pintu kamar gadis itu. Namun sama sekali tidak ada respon dari Naya.

Aran memilih membuka pintu itu yang ternyata tidak di kunci, kali ini Aran akui bahwa ia sudah lancang memasuki kamar gadis itu tetapi ini demi kebaikan Naya, ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Naya.

Di sana Naya sedang meringkuk dan tertidur pulas dengan seragam yang masih melekat di tubuh gadis itu, Aran mendekat ke arah Naya dan duduk di pinggiran ranjang Naya.

Tangan Aran terulur mengelus lembut pipi Naya dan membuat gadis itu menggeliat kecil di tempatnya, Aran tersenyum tipis melihat itu. Namun sedetik kemudian ia tersadar dengan apa yang ia lakukan dan menjauhkan tangannya dari Naya.

"Bangun" ucap Aran sambil menggoyang lengan Naya yang kembali membuat gadis itu menggeliat di tempatnya.

"Bangun" ucap Aran dengan menyentil dahi Naya dengan pelan dan dapat membangunkan Naya. Dengan perlahan gadis itu membuka matanya dan terkejut saat melihat Aran yang berada di kamarnya.

"Ka..kak Aran ngapain?" tanya Naya yang sudah duduk di tempat tidurnya.

"Ganti baju" ucap Aran membuat Naya mengernyitkan dahinya.

"Y..ya kan ganti bajunya bi..bisa di kamar kakak sendiri" ucap Naya sedikit gugup.

"Lo yang ganti baju, kalo udah turun ke bawah. Makan" ucap Aran membuat Naya refleks melihat ke arah bajunya yang ternyata masih memakai seragam sekolah, pipi gadis itu sudah merona seperti kepiting rebus.

Setelah mengatakan itu, Aran pergi meninggalkan Naya yang masih terdiam melihat kepergian cowok itu. Bisa-bisanya Naya mengira Aran akan ganti baju di kamarnya.

"Naya bego banget sih" gumam Naya sambil memukul pelan kepalanya sendiri. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai Naya pun keluar dan turun ke bawah untuk makan malam.

ARANAYA (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ