Part 8

101K 4.8K 133
                                    

"Joy, Abang ta-"

"Aaaaa" teriak Naya dan refleks menyilang kan kedua tangannya di depan dadanya, sekarang gadis itu hanya memakai tank top saja, ia sangat terkejut melihat kedatangan Aran di kamar Zoya. Aran juga tak kalah terkejutnya ketika melihat Naya yang berada di kamar adiknya.

"Ngapain lo di sini?" ucap Aran dengan tatapan tajam mematikan membuat Naya menelan salivanya dengan susah payah.

"Kak A..aran juga ng..ngapain di sini?" ucap Naya, gadis itu terlihat sangat gugup.

"Ini kamar adek gue" ucap Aran membuat Naya membulatkan matanya dengan sempurna.

"Ja..jadi Zoya itu adeknya kak Aran?" ucap Naya yang sedikit kaget saat mendengar perkataan dari Aran barusan, bahkan Naya sampai lupa bahwa ia hanya memakai tank top saja.

"Lo ngapain di sini?" tanya Aran sekali lagi dengan suara beratnya.

"Na..naya bakal tinggal di sini sama papi Vino" ucap Naya menundukkan kepalanya tak mampu menatap Aran. Naya bergidik ngeri saat melihat tatapan Aran yang tajam bak elang itu dan seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.

"Ck, pake bajunya yang bener" ucap Aran lalu pergi meninggalkan kamar Zoya dan refleks membuat Naya kembali menyilang kan kedua tangannya di depan dadanya dan cepat-cepat memakai bajunya.

"Ternyata Naya serumah sama kak Aran" batin Naya. Sejak kepergian Aran beberapa menit yang lalu, gadis itu sudah senyum-senyum sendiri memikirkan ternyata ia juga serumah dengan Aran, senior galaknya. Naya terdiam dan menggelengkan kepalanya saat tersadar dengan apa yang ia pikirkan barusan.

"Nay" ucap Zoya membuat lamunan Naya menjadi buyar. Zoya, gadis itu sudah berdiri di ambang pintu sambil tersenyum menatap Naya dan segera menghampiri gadis itu.

"Joy, Naya kangen banget" ucap Naya sambil memeluk Zoya dan dengan senang hati Zoya membalas pelukan Naya.

"Nay kok jarang kesini? Aku jadi kesepian tau" ucap Zoya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maaf, soalnya Ayah lagi sibuk sama urusan kantor, jadi Naya jarang ke sini" ucap Naya memberi pengertian pada Zoya. Zoya, gadis itu masih duduk di bangku SMP, usianya juga hanya beda setahun dengan Naya. Oleh karena itu Naya menyuruh Zoya untuk memanggil namanya saja karena Naya tidak suka jika di panggil dengan sebutan kakak.

"Iya nggak papa kok. Oh iya, Bunda udah nyiapin kamar buat Nay, sini aku anter ke kamar" ucap Zoya dan di balas anggukan oleh Naya.

Mereka pun keluar dari kamar Zoya dan menuju kamar yang sudah di siapkan Divia. Naya menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika melihat kamarnya yang berdekatan dengan kamar Aran. Posisinya sekarang kamar Aran berada di tengah, di samping kiri ada kamar Zoya dan di samping kanan Aran ada kamar Naya.

"Joy, Naya di ruang tamu aja, nggak usah di sini" ucap Naya membuat Zoya mengernyitkan dahinya.

"Loh, kenapa?"

"Ya, Nggak enak aja Joy" ucap Naya dengan lesunya, padahal ia tidak ingin berdekatan dengan kamar Aran.

"Nggak papa Nay. Aku anter sampe kamar ya? Habis itu istirahat, soalnya Nay keliatan capek banget" ucap Zoya tersenyum sambil menarik lengan Naya membuat Naya pasrah saja.

📑📑📑

Naya terbangun dari tidurnya dan menatap jam yang menunjukkan pukul 2 malam. Naya bangkit dari tempat tidurnya, gadis itu merasa haus dan berjalan menuju ke arah dapur. Naya bergidik ngeri saat melihat dapur yang tampak horror di depannya. Langkah Naya terhenti, bingung antara melanjutkan langkahnya atau tidak.

Naya mengurungkan niatnya pergi ke dapur dan kembali ke kamar. Namun, saat Naya ingin kembali, lagi-lagi langkahnya terhenti ketika ada yang memegang bahunya dan refleks Naya menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan berteriak.

"Aaa, ampun jangan ganggu Naya, Naya masih mau nikah sama kak Aran, Nay-" teriakan Naya terhenti ketika mendengar suara seseorang yang tampak begitu familiar.

"Ini gue" ucap Aran menatap Naya dengan tatapan yang sulit di artikan. Naya membuka matanya dengan perlahan dan menatap Aran dengan wajah yang sudah merona.

Malu, itulah yang Naya rasakan sekarang, bagaimana bisa ia mengatakan hal yang sangat memalukan seperti itu? Berarti Aran mendengar semua apa yang di katakan Naya barusan.

"Naya bego, pasti kak Aran denger. Haduh malu banget" batin Naya berteriak, gadis itu merutuki kebodohannya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena semuanya sudah terjadi.

"Eh a..ada kak Aran, kirain tadi hantu hehe" ucap Naya dengan cengiran khasnya. Sedangkan Aran tengah mati-matian menahan tawanya melihat tingkah konyol gadis di depannya itu.

"Mana ada hantu ganteng kayak gue" gumam Aran lalu berjalan menuju dapur.

"Hah? Tadi kak Aran ngomong apa?" Tanya Naya pada Aran yang tengah menuangkan air ke dalam gelasnya dan meneguk air itu hingga setengah.

"Budek" ucap Aran meletakkan segelas air itu di atas meja.

"Ih Naya nggak budek ya" ucap Naya dengan ketusnya, entah keberanian dari mana Naya bisa berbicara seperti itu pada Aran.

"Serah lo" ucap Aran dengan wajah yang selalu datar.

Naya melangkahkan kakinya mendekati Aran dan merampas gelas yang sudah di minum oleh Aran dan meminum air yang masih setengah itu, Aran sampai melongo melihat tingkah Naya yang sama sekali tidak bisa ia tebak.

Naya meletakkan kembali gelasnya setelah air yang berada di dalamnya sudah habis, gadis itu menatap Aran yang sedari tadi menatapnya.

"Kenapa kak?"

"Ck, kenapa lo harus minum di gelas gue?" Ucap Aran dengan suara beratnya dan tatapan tidak sukanya.

"Lah emang kenapa? Naya kan haus kak, terus kak Aran juga udah selesai minum kan tadi?" Tanya Naya membuat Aran gemas sendiri dengan kelakuan Naya.

"Lo bego atau pura-pura bego?" Ucap Aran menusuk membuat mata Naya berkaca-kaca. Aran tersadar dengan apa yang ia lakukan dan kembali membuka suara.

"Sama aja kita udah ciuman secara nggak langsung" ucap Aran membuat Naya membulatkan matanya dengan sempurna dan refleks memegang bibirnya.

"Nggak, nggak, nggak mungkin" ucap Naya lalu pergi meninggalkan Aran sendiri di dapur dan pergi menuju kamarnya.

Sesampai di kamar Naya memegang kembali bibirnya dan berfikir, apakah benar yang di katakan Aran barusan? Jika benar berarti Naya secara tidak langsung sudah berciuman dengan Aran? Naya memukul kepalanya pelan dan menggelengkan kepalanya.

"Nggak pasti kak Aran bohong, pasti kak Aran cuma mau ngerjain Naya" ucap Naya menenangkan dirinya. Namun ia kembali berfikir sejak kapan Aran mau mengerjai atau sekedar main-main dengannya?

Ah, memikirkannya saja sudah membuat kepala Naya pusing tujuh keliling, Naya lebih memilih mengistirahatkan pikirannya dan berbaring, menarik selimut hingga batas leher dan kemudian terlelap dalam beberapa menit.

📑📑📑

Next?

ARANAYA (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz