Part 43

46.2K 1.9K 50
                                    

Hari ini Naya, Aran dan Satria pulang lebih awal dikarenakan guru-guru yang sedang rapat. Naya lebih memilih pulang saja dibanding mengikuti sahabat-sahabatnya yang sedang pergi ke mall, entah kenapa Naya hanya ingin bermalas-malasan dikamarnya.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu kamar Naya membuat gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang diketuk.

"Masuk"

Muncul lah Satria dengan cengiran lebarnya membuat Naya yang melihatnya mengerutkan keningnya bingung melihat sikap abangnya. Satria duduk disofa yang tidak jauh dari tempat tidur Naya.

"Kenapa sih Bang? Kok senyum-senyum gitu?" Tanya Naya.

"Gue punya kabar baik buat lo" ucap Satria dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya dan membuat Naya ikut tersenyum.

"Emangnya apaan Bang?" ucap Naya langsung turun dari tempat tidurnya dan ikut duduk disamping Satria.

"Besok Ayah pulang" ucap Satria dengan senyuman manisnya membuat Naya terkejut sekaligus senang mendengarnya. Gadis itu kembali naik ke atas ranjangnya dan melompat kegirangan.

"Yeeeee Ayah pulang" ucap Naya kegirangan sambil terus melompat-lompat layaknya anak kecil yang dikasih permen.

"Nay gak usah lompat gitu, entar jatoh" tegur Satria sambil memijat keningnya melihat tingkah Naya.

Naya pun berhenti dengan nafas yang tidak beraturan dan kembali menghampiri Satria dan memeluknya dengan sangat erat.

"Naya seneng banget dengernya Bang, berarti besok kita udah bisa pindah lagi ke rumah kita" ucap Naya sambil melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap Satria.

"Iya kita bisa tinggal bareng Ayah lagi" ucap Satria sambil mengelus puncak kepala Naya. Namun dalam hitungan detik wajah gadis itu pun langsung murung dan membuat Satria mengerutkan keningnya menatap gadis itu.

"Kenapa lagi? Tadi seneng sekarang kok murung lagi?" Tanya Satria membuat Naya menggelengkan kepalanya.

"Naya sedih aja ninggalin rumah ini kak, Naya pasti bakal kangen banget sama Bunda Divia, kak Aran sama Joy" ucap Naya dengan wajah kusutnya.

"Nggak papa kan kita bisa sering main ke sini, Nanti Abang yang anterin kamu kalo kangen sama Bunda dan lainnya" ucap Satria tersenyum lalu menarik Naya ke dalam pelukannya.

"Udah nggak usah sedih, kita kan cuma pindah rumah bukan pindah planet" ucap Satria membuat Naya melepas pelukannya dan menatap Satria tidak suka, gadis itu kembali duduk diatas tempat tidurnya.

"Abang beliin es krim mau?" tanya Satria membuat Naya yang mendengar itu mendongakkan kepalanya dengan mata berbinar dan tanpa menunggu lama Naya pun menganggukan kepalanya senang.

"Mau kak, yang vanila dua ya"

"Nggak, satu aja"

"Yaudah Naya ngambek lagi" ucap Naya. Gadis itu berbaring diatas tempat tidurnya dan menarik selimutnya sampai wajahnya tak terlihat lagi.

Satria menghembuskan nafasnya kasar melihat tingkah Naya, apa boleh buat kalau sudah seperti ini Satria tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Iyaiyaa, udah nggak usah ngambek gitu" ucap Satria sambil duduk disamping ranjang Naya dan menarik selimut gadis itu.

"Janji ya"

"Iyaa janji"

✨✨✨

Aran sudah mendengar kabar dari Bundanya bahwa besok Rian akan kembali ke Indonesia. Namun ada rasa tidak rela dihatinya ketika mendengar Naya pujaan hatinya tidak akan tinggal bersamanya lagi. Sedari tadi Aran tidak berhenti memikirkan hal itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, hatinya sungguh tak tenang dan Aran pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar Naya. Sesampai didepan kamar, Aran membuka pintu kamar gadis itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Aran tersenyum melihat Naya yang sudah tertidur pulas diatas ranjang gadis itu.

Aran melangkah dengan pelan takut mengganggu tidur gadis itu, tangannya terulur menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Naya.

"Gue sayang lo" bisik Aran membuat gadis itu sedikit menggeliat lucu dan membuat Aran sedikit tersenyum tipis melihatnya.

Aran sudah merasa lega dan tenang melihat wajah Naya, tanpa menunggu lama cowok dingin itu pun berdiri, berjalan ke arah pintu dan menatikan lampu kamar Naya. Setelah itu, Aran pun keluar dari kamar Naya menuju dapur.

Cowok itu berjalan turun dari tangga menuju dapurnya, tak lupa mengambil gelas dan membuka kulkasnya. Dengan gerakan lincah Aran mengambil air dan meminumnya.

"Nak"

Suara seseorang mengagetkan Aran dan membuat cowok itu tersedak minumannya sendiri. Membuat Davino yang melihat itu menggelengkan kepalanya menatap putranya. Davino pergi ke ruang tv dan menyalakan tvnya, pasalnya sudah jam 12 ia belum bisa tidur dan memutuskan untuk pergi menonton tv diruang tv.

"Sini duduk samping Ayah" ucap Davino menepuk sofa disamping kanannya. Tanpa menunggu lama Aran pun berjalan menghampiri Ayahnya Davino dan duduk disamping sofa yang diduduki Ayahnya.

"Kenapa?" tanya Aran to the point. Membuat Davino kembali menggelengkan kepalanya melihat putra satu-satunya itu. Sifat Davino yang dingin dan datar benar-benar turun ke Aran, padahal dulu Davino mengira bahwa Aran akan mengikuti sifat Divia yang bisa dibilang friendly ke semua orang. Namun, Davino tidak mempermasalahkan itu, namanya juga buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.

"Kamu udah denger kan dari Bunda?" tanya Davino membuat Aran mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

"Hmm"

"Papi Rian besok pulang"

"Hmm"

"Sanaya dan Satria juga udah nggak tinggal disini lagi" ucap Davino sambil menatap putranya. Davino bisa melihat ada kesedihan dimata Aran saat ia memberitahukan hal itu, walaupun ia tau bahwa Aran sudah mengetahuinya dari istrinya.

"Ayah tau kamu sedih, apalagi beberapa hari ini Ayah liat kamu sama Naya udah semakin dekat" ucap Davino sambil menepuk pundak putranya dengan pelan.

"Walaupun kalian udah nggak serumah lagi, Sanaya masih tanggung jawab kamu" ucap Davino membuat Aran menganggukkan kepalanya patuh.

"Bunda Sanaya sudah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu" ucap Davino membuat Aran mendongakkan kepalanya menatap Ayahnya dan seketika Aran pun mengerti kenapa selama ini Davino memberikan tanggung jawab Naya kepadanya.

Hal itu karena Clara Bunda Sanaya yang sudah meninggal, membuat gadis kecil itu merasa kesepian dan tidak mendapatkan kasih sayang lagi dari Bundanya, Davino tau sekarang Rian sudah memiliki dua peran yaitu Ayah sekaligus Bunda bagi Naya. Namun, hal itu justru menjadi lebih sulit dikarenakan Rian yang terus-terusan disibukkan dengan pekerjaannya dan kadang tidak memiliki waktu untuk Naya dan Satria. Semenjak kejadian Clara meninggal, Rian terus menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaannya. Rian juga sudah tidak ingin menikah lagi dan ingin fokus ke pekerjaan dan anak-anaknya saja.

"Aran ngerti Yah" ucap Aran membuat Davino tersenyum tipis menganggukkan kepalanya dan setelah itu Aran pun berdiri lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Davino sendiri diruang tv.

✨✨✨

Maaf ya baru up lagi, soalnya author bener" sibuk sama urusan kampus😭

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now