7. After Kiss

8K 183 4
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 💚🥰

****

Masih ada sejam lagi sebelum kelas pagi dimulai. Naira yang sudah siap-siap dari jam 6 mempercepat aktivitasnya saat mendengar Geo yang mulai terbangun. Ia berlari ke pinggir pintu untuk memakai sepatu.

"Lu mau kemana?" tanya Geo dengan suara berat khas di pagi hari sambil sibuk mengucek mata yang tidak mau terbuka sempurna.

"Ku—liah," balas Naira gugup. Ia tidak menengok sedikitpun kebelakang karena masih canggung memikirkam kejadian dini hari. Semoga saja Geo tidak ingat.

"Beliin gue sarapan dulu kek."

"Beli sendiri gue sudah telat."

"Telat? Masih jam 7 juga." Kini Geo sudah duduk di pinggir kasur. Ia melihat ke arah punggung Naira yang sedang mengikat tali sepatunya. Tiba-tiba Geo senyum sendiri.

"Lu mau tahu gak si semalam gue mimpi apa?"

Naira diam sejenak, jangan-jangan Geo sadar akan keagresifannya melumat bibirnya.

"Mimpi seram?" tanya Naira pura-pura biasa saja.

"Hmmm lebih ke mimpi indah si. Masa gue mimpi kita ciuma..." Naira terbealak, ia langsung berdiri dan menengok ke arah Geo.

"Kak! Gue gue pergi dulu, gojeknya sudah di depan. Bye...." potong Naira lalu lari keluar. Geo hanya menatapnya heran.

"Eh...buru-buru amat," ujar Geo tidak merasa aneh. Ia kembali merebahkan diri di kasur sambil memeluk guling erat. Wangi guling itu seperti wangi badan Naira. Tidak sadar Geo senyum-senyum sendiri memikirkan mimpinya yang aneh.

Apa jadinya jika ia betulan mencium Naira, pasti dirinya bisa gila jika  membuat Naira mendesah keenakan seperti di video yang telah berulang-ulang Geo tonton. Kehadiran Naira di kosannya sepertinya berdampak baik bagi kesehatan mentalnya.

***

Mahasiswa bisnis digital kelas A sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Andai nanti sore tidak ada kelas lagi, mungkin mereka sudah memilih pulang. Kelas siang mereka hanya diberikan tugas sebab dosennya sedang menguji sidang skripsi.

Mark sedari tadi memilin-milin rambut Naira untuk menghilangkan rasa jenuh. Sedangkan Naira fokus menyalin jawaban tugas Mark. Ia tidak terganggu dengan sikap Mark yang clingy. Dari dulu Mark selalu mempelakukan Naira seolah-olah kekasihnya, bergandengan tangan, memeluknya, dan kemana-mana berbarengan.

"Jumat depan kamu ingat 'kan hari apa?" tanya Mark.

"Jumat depan?" Naira justru balik bertanya karena sedang berpikir keras. Tatapannya masih fokus pada buku.

"Iya— jangan bilang kamu lupa?" Mark mengerucutkan bibirnya.

"Hari ulang tahun kamu bukan sih?"

"Kok kaya gak yakin begitu jawabannya. Kesal, Mark ngambek."

Naira menggoyang-goyangkan badan Mark."Jangan ngambek, kalau ngambek gak dikasih hadiah loh."

Selagi Naira masih membujuk Mark yang pura-pura merajuk. Salah satu teman kelas mereka yang dijuluki sebagai 'budak proker' masuk ke kelas, berjalan terburu-buru kearah meja mereka.

"Naira!" panggil Mery gadis dengan rambut sebahu.

"Tumben masuk kelas, biasanya nongkrong di sekre himpunan juga." Naira bergumam. Mery selalu menghabiskan waktunya di sekre himpunan. Teman-temannya berpikir Mery kuliah bukan untuk belajar tapi untuk berorganisasi karena saking seringnya tidak masuk kelas

"Tahu lu giliran kelas kosong malah masuk," timpal Mark.

"Duh lu berdua gak usah judge gue begitu dong. Gue kesini mau mengkonfirmasi sesuatu."

Mark dan Naira melempar tatap menunggu apa yang ingin Mery katakan.

"Lu ada apa sama Kak Geo? Anak-anak himpunan ramai gosipin lu berdua," kata Mery langsung pada intinya. Naira tercengang, sebegitu cepatkan rumor beredar. Ia mulai gugup apalagi di sampinya ada Mark yang Mark mengernyitkan dahinya sambil menatap dirinya bingung seperti butuh penjelasan.

"Enggak ada apa-apa," balas Naira setenang mungkin.

"Tapi kok kemarin lu ikut Kak Geo ngumpul sama koor acara jurusan lain?" Mery masih penasaran dan tidak percaya dengan jawaban Naira yang seadanya.

"Memang salah? Gue 'kan anak acara ospek juga."

"Gak salah sih...tapi kata anak-anak Kak Geo berantem sama Kak Boby demi belain lu."

Semua kelas hening mendengar fakta itu terucap. Mereka tampak kompak menguping ingin mengetahui tentang gosip ini.

"Gila si Kak Geo sampai buat Kak Boby masuk rumah sakit," ucap Mery memanas-manasi keadaan. Perkataannya menggiring opini semua orang. Ntah kenapa Naira merasa terpojok sekarang. Mark makin penasaran, ia tidak melepaskan pandangannya kepada Naira.

"Itu—karena Kak Boby...."

"Nai," panggil seseorang yang kepalanya muncul dari balik pintu. Naira menunduk kebawah, ini bukan waktu yang tepat untuk Geo muncul.

Semua mata mengarah kepada Geo yang sedang menghampiri Naira."Ikut gue bentar," ujar Geo langsung menarik lengan Naira keluar kelas. Naira hanya pasrah mengikuti Geo yang ntah mau membawanya kemana. Sepanjang mereka berjalan, terdengar bisik-bisik dari teman sekelasnya. Bahkan ada yang mengambil foto mereka.

Geo terus menyeret Naira hingga ke tangga gawat darurat. "Hari ini lu pulang ke kosan lu aja. Gue mau pulang kerumah sampai minggu depan," kata Geo sambil melepaskan tangan Naira.

"Beneran mau pulang?" Naira merasa ada sesuatu yang mengganjal sebab ekspresi Geo yang tampak gelisah.

"I-iya lah memang apa lagi?"

"Lu gak ngehindar karena kita di gosipin 'kan?"

Geo membuang muka sekilas. "Nai, kita bukan anak SMA lagi, gosip-gosip kaya begitu gak usah di dengerin," balas Geo sambil menyentuh kedua bahunya. Aneh sekali, Naira merasa lebih tenang mendengar nasihat itu. Untuk apa juga ia memperdulikan perkataan orang lain terhadapnya.

"Oke?" tanya Geo dengan suara lembut yang dibalas anggukan paham oleh Naira.

"Yaudah gue pergi dulu, oiya satu lagi gue bakal sulit dihubungin jadi gak usah chat gue."

"Dih PD banget! Gue justru senang bisa bebas dari lu," balas Naira sinis.

Geo masih sempat tersenyum kecil melihat wajah Naira yang lucu. Kemudian ia pergi darisana sambil berlari kecil. Sebelum punggungnya benar-benar hilang dari jangkaun mata, Geo sempat berbalik dan melambaikan tangan kepada Naira, Tatapan Geo berbeda, seolah ia menyiratkan suatu kesedihan. Naira semakin yakin jika Geo sedang tidak baik-baik saja.

***

TBC

Positif!Where stories live. Discover now