22. Triger!

2.6K 113 9
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen


"Nai?" bisik Geo kepada Naira yang terus mematung. Ia tidak enak dengan Kavi yang masih menunggu uluran tangannya dibalas.

"Ini Naira Kak, anak acara juga," sambar Mery agar suasana tidak canggung. Kavi itu alumni yang sudah bekerja, hari-harinya sangat sibuk dan ia masih mau menyempatkan diri untuk membantu mereka, sudah sepatutnya mereka menghormati Kavi. Bagaimana jika Kavi merasa tersinggung dengan sikap Naira.

Kavi menurunkan tangannya sambil tersenyum kepada Naira. Tidak ada tanda kesal atau rasa tersinggung di wajahnya. Kemudian mereka duduk, posisi Kavi berhadapan dengan Naira di samping kananya ada Mery yang berhadapan dengan Geo.

"Muka lu kenapa Kak?" tanya Mery penasaran.

"Muka gue nggak usah dibahas, biasalah cowok," balas Geo malas jika menceritakan yang sebenarnya.

"Langsung mulai aja yuk, biar cepat selesai pasti Kak Kavi sibuk banget 'kan?" sambung Geo lagi mengalihkan topik.

"Santai, Sabtu gue libur kok jadi kalau mau rapat sampai sore pun bisa." Kavi menjawab dengan sangat ramah.

"Thank you banget loh Kak. Kita nggak tahu deh kalau nggak ada Kakak gimana," kata Mery sambil tersenyum kepada Kavi.

Mery mengeluarkan laptop dari tasnya sedangkan Geo mengeluarkan buku catatan kecil untuk melihat list masalah apa saja yang sedang divisi acara hadapi. Mereka mulai berdiskusi, sementara Naira hanya menunduk pura-pura bermain ponsel.

Tiba-tiba Naira merasa kakiknya disenggol terus-terusan. Ia melihat ke bawah meja perlahan, ternyata kaki Kavi sengaja mengenai kakiknya. Kavi tersenyum nakal kearah Naira dan membuat Naira jijik.

Lalu saat Naira ingin bergeser, Kavi malah menjepit kaki Naira dengan kedua pahanya. Hal itu membuat ekspresi Naira berubah, ia ingin menangis. Mery dan Geo tidak ada yang sadar dengan itu. Naira juga tidak bisa berbicara, ia hanya mampu mengepalkan tangannya. Ia coba mengontrol diri, menarik nafas dalam-dalam. Pikirannya melayang pada beberapa tahun lalu. Saat ia duduk di bangku SMP kelas 2 berpacaran diam-diam di asrama dengan Kavi yang sudah kelas 3 SMA.

**

Nita sengaja memasukkan Naira ke boarding school agar dirinya bisa fokus mengurusi Ceril. Ditambah jika Naira dirumah ia malah membuat onar karena tidak becus menjaga adiknya. Boarding school itu mencakup anak-anak SMP dan SMA. Antara gedung sekolah keduanya hanya dibatasi oleh pagar yang bisa dilalui dengan mudah.

Naira merasa terbuang dari kecil sehingga ia malas berhubungan dengan orang lain. Naira terkenal sombong dan dingin di sekolah. Padahal ia tidak bermaksud demikian.

Sampai suatu saat ia menerima Kavi sebagai pacarnya. Mereka selalu mencuri waktu bertemu di dekat gudang, kamar mandi tidak terpakai bahkan sesekali Kavi mengajaknya kabur dengan alasan pulang ke rumah padahal mereka bermain ke tempat lain.

Umur 13 tahun, Naira tidak paham apa-apa, perempuan polos yang tidak pernah diajari batas-batas berhubungan dengan laki-laki. Kala itu hasrat Kavi yang beranjak dewasa menggelora. Ia membohongi Naira agar mendapatkan kepuasan tersendiri.

"Akhh Kavi jangan gigit lidah aku kaya gitu, aku nggak suka," kata Naira mendorong badan Kavi agar menjauhi bibirnya. Mereka sedang berbuat 'dosa' di gudang keolahragaan sekolah. Baju Naira berantakan sebab tangan Kavi terus menelusup dan meremas bagian dadanya yang belum tumbuh sempurna itu.

"Maaf ya sayang. Aku terlalu sayang sama kamu sampai nggak bisa kontrol diri," jawab Kavi sambil menyentuh kedua pipi Naira. Kemudian ia kembali mendekat, menciumi bibir Naira lagi.

Positif!Where stories live. Discover now