37. Rencana Jahat

813 28 0
                                    

Hi guys aku balik lagiiii
Jangan lupa vote dan komentar
***

Geo membenarkan posisi menjadi duduk tegap dan memasang wajah serius. Matanya menatap lurus ke arah Naira. "Memangnya gue pernah bohong sama lu ya?" tanya Geo membuat Naira menatap tajam ke arah mata Geo untuk menemukan ada dusta atau tidak disana.

"Ya--nggak tahu. Bisa aja 'kan bilangnya jujur padahal bohong."

Geo membuang nafas kasar. "Ibunya Kavi itu dirawat di rumah sakit yang sama kaya tempat gue di rawat Ra," sambar Geo menjelaskan yang sebenarnya terjadi agar Naira percaya sepenuhnya.

Naira melongo tak percaya dengan apa yang Geo katakan. Pikiran Naira melayang pada kejadian beberapa hari lalu saat melihat Kavi di ruang tunggu pengambilan obat. Pikirnya jangan-jangan Kavi sedang menunggu obat untuk ibunya. Satu persatu pertanyaan besar di kepala Naira mulai terjawab. Semuanya tampak jelas bahwa dugaan Mark selama ini hanya kebetulan semata.

"Emangnya sakit apa?" tanya Naira penasaran.

"Gue juga nggak terlalu paham si detailnya gimana yang jelas katanya ada stroke," jawab Geo seingatnya.

"Kasihan tau Ra dia. Gue pikir Kak Kavi tipe orang yang kerja dapat duit buat di buang-buang gitu aja ternyata dia ngurus dan biayain ibunya yang sakit." Sambung Geo lagi. Hati Naira ikut tersentuh walaupun hanya sedikit. Ternyata hidup Kavi benar benar jauh berbeda dari dulu. Mungkin Naira akan terdengar jahat namun menurutnya Kavi pantas mendapatkan cobaan seperti itu.

"Sekarang giliran gue yang nanya. Lu beneran mau pindah dari kosan gue?" tanya Geo memecah keheningan dan lamunan Naira.

Naira hanya merespon dengan mengangguk kepala ragu-ragu.

"Kenapa? Beneran cuman karena Mark larang? Bukan karena sesuatu yang lain?" Mata Geo berbinar-binar sambil menggenggam tangan Naira.

"Beneran. Lu nggak buat salah apa-apa kok," balas Naira sambil menepuk-nepuk pelang lengan Geo, menenangkan hati Geo.

"Padahal gue senang banget hari ini bisa pulang nggak tidur lagi di kasur kecil rumah sakit. Terus nanti kita bisa tidur berdua lagi. Bisa ciuman lagi...."

"Anjir!" teriak Naira spontan memukul mulutnya. Ia takut ada yang mendengar. Kosannya mereka kan punya dinidng yang tipis.

"Kalau ngomong itu dijaga ya Kak Geo cantik," sarkas Naira sambil menoel dagu Geo.

"Yeee yang waktu itu nyosor duluan 'kan elu."

Naira tak dapat berkata kata, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Iya si tapi waktu itu kan lagi khilaf," balas Naira memamerkan gigi putihnya tanpa merasa berdosa. Geo tertawa geli melihatnya. Raut wajah Naira membuatnya gemas sendiri.

"By the way lu nggak marah kan gue pindah?" tanya Naira menghentikan Geo yang cekikikan.

"Marah lah! Bercanda...gue si terima aja kalau lu emang mau pindah. gue nggak akan maksa lagi Ra."

"Tumben. Dulu kayanya lu ngotot banget ajak gue tinggal bareng sampai-sampai ngancam gue segala. "

"Yaelah itu biar lu takut aja. Gue aslinya baik hati, iya 'kan?" Geo mengangkat satu alisnya.

Naira menggeleng kepala cepat dengan wajah polosnya.

"Kok enggak si?" tanya Geo tidak terima. Tangannya ia lipat di depan perut.

"Iya memang enggak baik!" seru Naira sambil tertawa terbahak-bahak.

"Sini mau gue kasih tau nggak baik itu gimana?"

Positif!Where stories live. Discover now