44. Drop Out

1K 26 0
                                    

Suasana ruang dosen kian menegang. Geo yang baru saja masuk merasa hawa ruangan itu terlalu mencekam, membuat mentalnya tertekan. Dosen dosen yang biasanya tersenyum kepadanya memasang wajah serius luar biasa sehingga terlihat galak.

Saat melangkah mengikuti Mery yang berjalan ke meja panjang, Geo terbelalak melihat Kavi duduk di sana. Sekarang ia paham mengapa dirinya  dipanggil ke ruangan Dosen.

"Silahkan duduk Geo," ujar Wisnu sambil menunjuk ke bangku kosong di sebelah Jery.

"Geo kamu kenal siapa dia?" Tanya Ibu Dosen yang duduk di tengah-tengah. Mereka tidak ingin berbasa-basi lagi.

Otomatis, Geo melirik ke arah Kavi. Mata mereka bertemu, Geo tak bisa mengartikan tatapan Kavi. 

"Kenal Bu, Kak Kavi alumni ekonomi," jelas Geo.

"Kamu ketua acara ospek 'kan?" tanyanya lagi yang dibalas anggukan kecil oleh Geo.

"Untuk apa kamu minta bantuan Kavi? Dia 'kan istilahnya orang luar kampus. Memang nggak ada kakak tingkat lain yang bisa bantu anak acara?"

"Maaf Bu sebelumnya saya tau Kak Kavi dari Mery dan hanya Kak Kavi yang bisa membantu anak acara. Karena ospek tahun ini offline dan kemarin-kemarin dilakukan online jadi tidak ada Kakak tingkat yang paham mekanisme detailnya." Geo menjawab apa adanya.

Perkataan Geo sukses membuat wajah Mery langsung berubah. Matanya melebar, tersadar akan sesuatu. Kepalanya mengingat kejadian itu saat dirinya kenal Kavi. Ia tahu Kavi daro Mark. Waktu itu Mark lah yang menyebut nama Kavi saat Mery sedang pusing memikirkan orang yang bisa membantu permasalahan anak acara di sekre, katanya dulu Mark kenal Kavi karena mereka pernah satu tongkrongan.

Tapi Mery tidak berbicara akan fakta penting itu karena takut memberikan spekulasi baru. Ia memilih diam, memperhatikan Geo disidang habis-habisan.

"Terus kenapa kamu tinggalin Naira sendirian?"

"Saya nggak pernah ninggalin Naira sendirian Bu. Waktu itu saya ada janji sama Mark di parkiran dan Hp saya dibajak. Bukan saya yang chat Mery buat pergi tapi Mark. Harusnya bapak dan ibu panggil Mark juga, dia yang harusnya duduk disini."

"Geo tolong bicara yang jujur. Kavi menceritakan semuanya kepada kami kalau kamu yang suruh dia untuk melecehkan Naira," timpal salah satu dosen yang duduk di hadapan Geo, menatap kearahnya dengan tatapan tak percaya dengan apa yang Geo katakan.

Geo terbelalak, sangat terkejut. Ia menatap Kavi penuh tanda tanya. Mengapa Kavi berbohong? Mengapa ia tega menuduh Geo? Apa Geo punya salah kepadanya?

"Kita semua kecewa Geo sama kamu. Kamu itu mahasiswa yang baik dan pintar tapi kenapa kamu terlibat kasus kaya gini?" sambung Pak Dosen yang sebelumnya berbicara.

"Pak, saya nggak lakuin itu. Dia bohong Pak," balas Geo mencibir ke arah Kavi.

"Saya sudah bicara jujur Pak. Geo cemburu dan tidak terima kalau Naira pergi jauh. Dia juga maksa Naira buat tinggal satu kosannya," ucap Kavi memperkuat kebohongannya.

"LU NGGAK USAH NGOMONG YANG ANEH-ANEH!" Geo memukul meja lalu menunjuk-nunjuk tepat di depan wajah Kavi. Wajahnya memerah, membara karena tersulut emosi.

"Geo tenang. Ini ruangan dosen!" bentak Wisnu sambil mendekat ke tempat duduk Geo dan merangkulnya.

"Sabar Geo sabar. Calm down," lirih Jery tepat ditelinga kiri. Ia menarik lengan Geo agar kembali duduk namun usahanya gagal

"Saya bisa buktikan Pak Bu kalau di hari itu saya memang ketemu Mark!" seru Geo.

***

"Lu kenapa Mer?" tanya Naira kepada Mery yang terlihat sangat gelisah.

Positif!Onde as histórias ganham vida. Descobre agora