13. Revenge

8.2K 152 8
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 🥰💚

***

Geo masih berkutat memijat kaki Naira sambil berharap ia baik-baik saja. Sebenarnya Naira sempat melek sebentar lalu mengigau dan tertidur lagi. Melihat keadaan Naira membuat hatinya tersayat. Seribu pertanyaan muncul bergantian di benaknya. Siapa yang berani berbuat demikian kepada Naira. Geo berjanji akan balas dendam.

Untung saja secara tidak sengaja Geo pergi ke tempat itu, tempat dulu Tasha bekerja. Karoke di Senopati tersebut merupakan salah satu tempat Ibunya mencari uang. Tidak sedikit 'anak' Marlina yang bekerja di tempat seperti itu. Dari luar mereka tampak seperti pemandu karoke atau pelayan biasa. Padahal mereka juga sedang menjual badan atau hanya menawarkan jasa seksual tipis-tipis seperti blowjob.

Seharusnya Geo bertemu dengan Bang Roy dan Cika-kedua teman Tasha- untuk meminjam uang agar Tasha bisa di rawat di rumah sakit. Tapi Geo malah bertemu dengan Naira dalam keadaan mengenaskan. Tanpa memikirkan keadaan Tasha sedikitpun, Geo membatalkan rencananya. Ia langsung menjaga dan merawat Naira dengan sungguh-sungguh. Sekarang perasaan Geo sepenuhnya khawatir kepada Naira.

Tiba-tiba Naira terbangun, ia bangkit dari kasur lalu menatap Geo yang tengah membeku karena terkejut. Geo segera mendekat mengambil teh hangat yang sudah dingin.

"Minum dulu Nai," ucap Geo mendekatkan gelas itu ke mulut Naira.

Naira yang belum sadar sepenuhnya hanya celingak-celinguk seperti orang hilang arah.

"Sekarang lu istirahat lagi pasti kepala lu masih pusing 'kan."

Naira berusaha mengingat mengapa dirinya ada di kosan Geo. Seingatnya terakhir Naira sedang bersama Boby. Saat berusaha keras untuk mengingat mendadak perut Naira mual lagi.

"Kak Geo? gue pengen...."

Belum juga Naira menyelesaikan perkataanya, isi lambung Naira akhirnya keluar. Geo terbelalak dan reflek mundur agar tidak terkena muntahan Naira.

Dengan sigap Geo membantu Naira, ia pijat belakang leher Naira agar keluar lebih mudah. Untung saja Geo bukan laki laki yang jijik-an.

Setelah terlihat Naira sudah selesai muntah. Geo pergi mengambil air hangat di dispenser dekat meja belajar.

"Gak mau," ucap Naira lemas saat Geo menyodorkan gelas itu ke dekat mulutnya.

"Minum dikit, biar perutnya hangat," balas Geo sedikit memaksa. Ia merangkul Naira agar meminumnya namun Naira malah membuang muka.

Geo menghela nafas panjang. "Yaudah lu minggir dulu bentar, gue mau ganti seprai."

"Gak mau."

"Masa mau tidur bareng muntahan gini?" tanya Geo yang kesabarannya tengah diuji.

"Kak...kenapa gue ada disini?" tanya Naira yang tidak ingat jika Geo telah menolongnya.

Geo terdiam sejenak, ia akan coba untuk berbohong. Geo hanya tidak ingin Naira tahu tentang niatnya pergi kesana. Ia belum siap menjelaskan seluk beluk dirinya.

"Abang ojek anterin lu kesini. Lagian lu habis mabok dimana si Nai?"

"Tukang ojek?" Naira semakin bingung.

Geo mengangguk mantap agar bisa sepenuhnya dipercaya. Lalu ia melingkarkan tangannya ke pinggul Naira untuk menariknya duduk di lantai. Naira mengikuti arahan Geo sambil melamun memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu. Ia sangat takut jika ternyata pria asing yang ia temui di koridor melakukan hal yang aneh aneh kepadanya saat ia tidak sadarkan diri.

"Lu baru mabok pertama kali apa gimana si?" gumam Geo sambil membersihkan muntahan Naira yang cukup banyak. Setelah itu ia ganti dengan seprai baru.

"Kalau misalnya mau mabok lagi jangan sendirian. Minimal ajak orang lain... Bahaya tau." Geo masih menggerutu menasehati Naira yang padahal dirinya tidak mendengarkan sama sekali.

Positif!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt