35. Ide Gila Lagi

1.3K 49 5
                                    

Perkataan Mark membuat Geo mengernyitkan dahinya. Laki-laki yang ada di hadapannya itu tampak begitu berapi-api. Ia heran mengapa Mark selalu pakai urat. Sedangkan di belakangnya Naira hanya membisu menampakkan raut wajah seperti banyak beban pikiran.

"Lu kenapa si?" tanya Geo kepada Mark sambil menatapnya sinis.

"Memangnya Naira mau pergi sama lu?" sambung Geo tidak terima jika Naira dibawa pergi.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Mark langsung menengok ke belakang untuk mendengar Naira menjawab langsung pertanyaan Geo.Namun Naira tetap diam saja, bola matanya ke kanan dan kiri mencari jawaban agar tidak menyinggung keduanya. Dalam hati terkecilnya ia tidak mau pergi dari kosan Geo. Meskipun Naira sudah melihat langsung Kavi bersama Geo dan mungkin saja ucapan Mark tentang mereka berdua benar, hatinya tetap tidak mau meninggalkan Geo.

Geo berjalan mendekati Naira sambil menabrak bahu Mark dengan sengaja agar ia minggir, tak menghalangi jalan.

"Ra?kalau dia maksa bilang aja,' bisik Geo lembut membuat Naira tersadar dari lamunannya.

Wajah Mark merah padam. Mark menggenggam tangan Naira sambil melebarkan matanya, mengintimidasi. Ia melirik ke arah Kavi untuk menyadarkan Naira. Naira bergeming cukup lama. Sedangkan di depan pintu, Kavi tak berani masuk mencampuri urusan mereka. Ia harus pura-pura tidak tahu apa-apa di hadapan Geo. Kavi sendiri tidak tahu jika Mark dan Naira sedang ada di kosan Geo. Ia hanya berniat baik untuk mengantarkan Geo pulang.

"Aku mau pulang," jawab Naira pelan dan terdengar ragu-ragu. Ia takut dengan tatapan Mark yang hendak menerkam.

Senyuman kemenangan terukir di wajah Mark sedangkan gurat wajah Geo berubah kecewa. Geo tidak tahu ia punya salah apa dengan Naira sampai sampai Naira ingin pulang. Padahal kemarin mereka baik-baik saja.

"Dengar 'kan Naira bilang apa?!" cerca Mark sambil tersenyum sinis. Geo tak berkutik, ia membisu di tempat sambil sesekali melirik Naira dengan tatapan sedih.

"Ayok Nai pergi," ucap Mark sambil menggenggam tangan Naira dan menariknya keluar kosan. Tangan kirinya menyeret koper yang sudah terisi penuh.

"Bentar dulu gue mau ngomong berdua sama Naira," potong Geo menghentikan langkah mereka dengan menggenggam lengan Naira. Otomatis Naira menengok dan merasa jantungnya berdetak tidak sesuai tempo.

"Kak," lirih Naira melepaskan genggaman tangan Geo dari lengannya. Tapi genggaman itu malah makin erat, Geo tidak mau Naira pergi. Ia ingin meluruskan sesuatu yang terasa ganjal dalam hati.

"Lepas Kak! Kita mau pulang!" Mark ikut membantu berusaha menarik lengan Geo agar tak lagi memegang lengan Naira.

"Bentar aja kok Ra. Aku masih nggak paham kenapa kamu tiba-tiba kaya gini." Geo mengeluarkan suara lembutnya sambil menatap mata Naira dalam.

"Buat apa si Kak? Lepasin Naira sekarang! Kasihan tangannya merah." Mark masih ikut campur, berbicara dengan mata melotot hendak keluar.

"Lu nggak perlu tahu."

"Enggak bisa!"

"Loh memang lu siapanya? bisa larang-larang Naira kaya gitu?" Pertanyaan menohok Geo membuat Mark menggertakkan giginya. Geo tak bisa lagi menyembunyikan rasa kesalnya dengan Mark yang begitu posesif.

Mereka berdua saling terlibat tatap menatap. Keduanya saling mengepalkan tangan di samping badan bersiap menonjok satu sama lain. Naira yang peka langsung menarik tangan Mark kebelakang badannya , agar tidak dekat dekat dengan Geo. Ia tidak mau ada keributan lagi seperti waktu itu, terlebih Geo baru saja sembuh.

"Maaf Kak, aku mau pulang,"ujar Naira berhasil melepaskan genggaman tangan Geo dari lengannya saat ia lengah . Naira dapat melihat dengan jelas tatapan Geo yang berubah menjadi sendu.

Positif!Where stories live. Discover now