29. Rumah Sakit

1.3K 56 2
                                    

Jangan jadi silent reader ya guys

selamat membacaaaa

***

Sore itu, Tasha seperti orang linglung. Ia keluar masuk ruang rawat Geo hampir sepuluh kali hanya untuk mengecek wajah Geo apakah masih murung atau tidak. Perkataannya kemarin benar-benar mengenai mental Geo.

Semenjak pagi Geo tidak tersenyum sedikit pun. Saat diajak berbicara Geo hanya menjawab seadanya sambil membuang muka, tidak menatap Tasha. Bahkan Tasha sudah memberikan ponsel Geo dari pagi untuk menghiburnya tapi ia tidak terlihat bermain ponsel. Ponselnya ia letakkan di dalam laci pinggir kasur begitu saja.

Sampai pukul tiga sore, Tasha ingin mencari balon nyala-nyala atau makanan kesukaan Geo supaya Geo kembali bersemangat. Namun di tengah perjalanan saat keluar dari lorong ruangan inap, Tasha melihat sosok yang tak asing dimatanya. Perempuan itu tampak sedang bingung lalu berbalik badan dan pergi ke arah berlawanan.

"Naira," panggil Tasha sambil berjalan ke arah Naira yang terdiam dan menengok ke arahnya.

"Tasha?" suara Naira kecil tapi masih bisa di dengar oleh Tasha.

"Lu ngapain disini?" tanya Tasha mengernyitkan dahinya. Mereka berdua kini sudah berhadap-hadapan.

Tangan Naira ke belakang, menyembunyikan parcel buah yang senagaja dibeli untuk Geo.

"Mau pulang," ujar Naira dengan mata melirik kanan kiri seperti orang gelisah.

Tasha memasang wajah curiga, gerak-gerik Naira terlalu mencurigakan.

"Mau pulang? emang habis darimana?"

Naira mengomel dalam hati. Apa urusannya dengan Tasha. Memang mereka dekat sampai-sampai Tasha mau tahu apa yang Naira lakukan.

"Habis jenguk teman SMA." Naira berdusta.

Baru juga Tasha ingin membuka mulut. Naira sudah nyerocos duluan. "Yaudah ya gue mau pulang dulu," sambar Naira berbalik badan..

Parcel yang di letakkan di belakang di pindahkan ke depan.

"Bentar Nai." Tasha berjalan ke depan, mencegat Naira untuk pergi.

Naira memutar bola matanya malas. Terpaksa ia berhenti.

"Lu beneran mau pulang?" Kecurigaan Tasha makin menjadi-jadi sebab ia melihat parcel yang dibawa Naira. Mana mungkin orang yang mau pulang dari rumah sakit membawa parcel buah.

"Lu tau nggak Geo di rawat disini?" sambunya lagi.

"Hah? Kak Geo di rawat? Kok bisa?!" Naira pura pura terkejut.

Tasha tersenyum tipis, akting Naira sangat payah. Ia yakin Naira kesini untuk bertemu Geo.

"Kalau lu mau jenguk Geo, ayok gue anterin."

Naira terbelalak mendengar penawaran Tasha yang tak terduga. mengapa Tasha bisa sesopan dan sebaik itu kepadanya. Kemarin Tasha mengusir Naira dan tidak memperbolehkan Naira untuk bertemu Geo.

"Ayo Ra, lewat sini," sambung Tasha sambil memegang lengan Naira dan menyeretnya masuk ke lorong ruang inap pasien. Tasha benar-benar aneh.

***

Geo tidak punya semangat lagi. Pikirannya berkecamuk, hati dan otaknya tak mau bekerja sama. Ia hanya tidur dengan posisi berubah-ubah kadang menatap langit kamar, menghadap ke samping kanan atau kiri. Setiap menit selalu menghela nafas panjang. Semuanya mendadak kelabu dan tidak ada gairah.

Rasa semangat memberi kabar kepada Naira pun sirna. Ia hanya mengabari Jery untuk bertanggung jawab akan tugasnya sebagai koor acara. Ntahlah Geo sendiri tidak mengerti dengan perasaan sedihnya itu. Tasha saja ia diami.

Positif!Where stories live. Discover now