17. Mark kenapa?

3.1K 122 6
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 🥰💚

**

"Jadi dulu disini naskah proklamasi dibuat?" tanya Naira melihat ke arah rumah berwarna putih dengan jendela cat kuning di pinggir jalan, tepat berada di belakang mereka. Naira berdecak kagum akan pengetahuan yang Geo miliki. Ia baru tahu Geo sepaham itu tentang sejarah. Sewaktu dalam perjalanan naik Transjakarta pun, Geo terus menjelaskan beberapa sejarah jalan serta bangunan di Jakarta.

"Bukan disini, disana...." Geo memperjelas sambil menunjuk rumah bersejarah yang kini telah menjadi museum naskah proklamasi. Dari sejak SMP Geo selalu tertarik dengan sejarah. Bukan hanya hafalan saja tapi ia tahu lokasi, tokoh, dan detailnya.

"Iya maksudnya di rumah itu." Naira ikut menunjuk seperti yang Geo lakukan.

"Rumah Laksamana Maeda...yang jelas dong kalau ngomong," kata Geo mengoreksi ucapan Naira lagi. Kecerewetannya membuat bola mata Naira berputar malas.

"Iya iya siap pak guru," jawab Naira dengan wajah datar. Ketika mereka sedang asik bercakap-cakap, lampu hijau yang mereka tunggu-tunggu akhirnya berganti merah. Dari awal mereka memang sedang menunggu lampu merah untuk sampai ke Taman Suropati yang letaknya ada di sebrang jalan.

Secara tidak sadar, Geo langsung menggenggam tangan Naira dan menuntunnya menyebrang. "Eh udah merah, ayok cepat Nai." Jantung Naira berdetak lebih cepat dari biasanya, membuat suara yang lebih kencang.

"Di dekat taman ini juga ada rumah Jenderal Ahmad Yani yang jadi saksi bisu kejadian 1965," kata Geo yang masih menggenggam tangan Naira padahal mereka sudah sampai di Taman Suropati. Geo belum sadar jika perempuan yang ia genggam itu sedang sibuk mengontrol degup jantung yang terasa ingin meledak.

"O-oh ya?" tanya Naira gelagapan.

"Muka lu kenapa merah? kepanasan?" Geo mengerutkan keningnya melihat wajah Naira sudah semerah tomat. Dengan penuh perhatian, ia letakkan tangannya di atas wajah Naira agar sinar matahari tidak langsung mengenai kulitnya.

Tentunya hal itu membuat Naira makin salah tingkah. "Hah? Enggak...kok lu pintar si Kak?" ejek Naira sekaligus mengalihkan rasa gugupnya.

"Kayanya lu yang bego deh Nai. Makanya kalau jalan-jalan itu ke tempat bersejarah dong jangan ke tempat dugem mulu," jawab Geo sambil menoyor pelan kepala Naira. Naira hanya bisa pasrah akan ledekan Geo yang memang fakta.

"Terus kenapa lu ajakin gue ke taman suropati? Emang disini ada sejarah apa?"

"Sejarah..." Geo mengehentikan ucapan, lalu jalan tiga langkah lebih depan. "Sejarah tentang kita berdua," sambungnya lagi sambil tersenyum.

'Ini gue kenapa sih? Sudah tidur satu kasur tapi gombalan alay gitu malah bikin deg degan' batin Naira berkata.

"Nai kok diem aja? Ayok cepetan di sana banyak merpati. Suka burung 'kan lu?" Geo mendekati Naira lalu menarik tangannya agar berjalan selaras dengannya.

"SUKA BANGET!" seru Naira.

"Burung Merpati ya Nai, bukan burung yang lain," balas Geo sambil tersenyum, begitupun dengan Naira ia malah tertawa karena paham candaan Geo tentang apa. Memang otak mereka satu frekuensi, sama-sama kotor.

***

Sekitar 40 menit Naira dan Geo menghabiskan waktu di taman. Mereka sudah bermain-main bersama burung merpati bahkan sampai memberi makan, foto-foto hingga galeri Geo dipenuhi wajah Naira dan banyak hal lain yang membuat Naira tertawa bahagia.

Sekarang mereka tengah beristirahat, duduk di bangku pinggir taman sambil menyantap pilus. Air mancur yang ada di depan mereka memberikan ketenangan tersendiri sampai mereka lupa jika sedang ada di tengah kota.

"Senang enggak?"tanya Geo memperhatikan Naira yang menyeruput kuat-kuat es jeruk yang Geo beli di Abang- Abang kaki lima pinggir taman. Ia hanya mengangguk sambil melirik ke arah Geo. Tanpa disadari, Geo ikut tersenyum melihat wajah Naira yang lucu baginya.

"Keadaan mama lu gimana? Udah baikan?"

Geo mengangguk perlahan, ia baru ingat selama ini telah membohongi Naira.

"Syukur deh," balas Naira lalu menyeruput es jeruk nya lagi.

"Tenang Nai, mulai malam ini lu bisa tidur lagi sama gue."

Naira tersedak mendengarnya, es jeruk yang sudah berada di mulut keluar sedikit membasahi bajunya. Ia melebarkan matanya sambil menengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang di sekeliling mereka.

"Ya ampun Nai segitu kagetnya?" tanya Geo sambil membuka sweater yang ia kenakan.

"Lu mau ngapain lagi?" tanya Naira dengan mata hendak keluar. Ia coba menghentikan Geo agar tetap memakai sweater-nya

"Apaan si? Pakai ni baju lu basah," jawab Geo memberikan sweater itu kepada Naira.

Naira malu sendiri, ia kira Geo tidak memakai kaos lagi . Sweater Geo membuat badan Naira tampak sangat kecil. Padahal di badan Geo sweater itu terlihat pas tapi setelah Naira pakai malah menjadi model oversize. Aroma tubuh yang menempel pada sweater menyeruak ke hidungnya, memberikan kenyamanan tersendiri.

"Kupu-kupunya udah hilang." Naira gagal fokus pada gambar kupu-kupu yang memudar di lengan Geo. Naira tersenyum bangga usahanya berhasil, Geo tidak melukai tangannya lagi.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" Naira tetap memamerkan senyumannya tanpa menjawab rasa herannya. Ia mengangkat tangan dengan bagian telapak tangan terbuka.

"High five?" bisik Naira sambil tersenyum.

"Hah?" Geo kebingungan dengan tingkah Naira.

"High five," jelas Naira memegang tangan Geo lalu mengadukan tangannya sampai berbunyi. Geo ikut tersenyum canggung, tingkah Naira sangat kekanak-anakan sekali.

"Sini gue gambarin la...." Niatnya tertunda ketika layar ponsel di dalam tas menyala. Tadinya Naira ingin mengambil spidol namun ia tertegun melihat nama Mamanya menelpon.

"Bentar ada telpon," lirih Naira yang dibalas anggukan paham oleh Geo.

[Kamu dimana?!] suara Nita menggelegar memekakkan telinga dari ujung sana

"Di kampus Ma."

[Jangan bohong! Kata Mark udah gak ada kelas] Tangan Naira panas dingin mendengarnya. Kenapa juga Mark harus membocorkan itu.

"I-iya ma udah gak ada kelas tapi aku lagi urusin BEM dulu"

[Mending kamu bantuin mama jagain Ceril. Sini cepat, mama tunggu 20 menit lagi]

"Ma tapi...."

Panggilan terputus, Naira menghela nafas panjang. Ia mengomel dalam hati, untuk apa Mark bilang jika dirinya sudah selesai kuliah. Mark benar benar pengganggu, padahal Naira masih ingin jalan-jalan bersama Geo.

***

TBC

kalau kalian punya sahabat kaya Mark gimana??

Positif!Where stories live. Discover now