31. Kebencian Tasha

1.4K 55 6
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 🥰💚

****

"Lu kenapa Ra?" tanya Geo sedari tadi memperhatikan wajah Naira yang tertunduk lesu. Ia berbeda dengan Naira yang sebelumnya bawel dan semangat.

Naira mendongak, menatap Geo dengan tatapan penuh beban. Kini Geo bisa melihat dengan jelas wajah Naira yang memucat. Naira bukannya sakit tapi ia terlalu pusing dengan chat Kavi beberapa waktu lalu. Naira ingin melawannya tapi ketakutan itu terlalu menguasai diri.

"Gue nggak apa-apa kok," ucap Naira sambil tersenyum dibuat-buat, tidak ingin Geo mengkhawatirkan dirinya. Namun Geo sudah paham betul dengan ekspresi palsunya itu. Ia tiba-tiba mendekat lalu menyibak rambut Naira yang menutupi dahinya. Kemudian ia menempelkan tangannya di dahi mengecek suhu tubuh Naira.

"Enggak hangat kok."Geo bergumam, untung saja tangannya tidak merasakan suhu yang tinggi seperti ekspektasinya.

"Sudah dibilang gue nggak apa-apa." Naira menggerutu.

"Tapi muka lu pucet Ra," jawab Geo terlihat cemas. Ia benar-benar peduli dan merasa bertanggung jawab dengan keadaan Naira.

"Sudah makan belum?"

Naira diam mencoba mengingat.

"Belum ya? Kenapa nggak bilang si?!" Suara Geo terdengar meninggi karena kesal dengan Naira yang tidak bisa peduli dengan dirinya sendiri.

"Kak Geo gue pucat bukan karena belum makan...." Mulut Naira lansung menutup rapat, ia harus bisa mengerem. Untung saja Naira tidak kelepasan.

"Terus karena apa?"

"Ah! Yaudah deh gue mau beli makanan dulu di kantin. Lu bawel banget anjir," balas Naira merasa tertekan.

"Nah gitu dong. Sekalian dong mau nitip beliin."

"Enggak boleh lah, 'kan lu lagi sakit."

Geo merajuk, mengerucutkan bibirnya sambil melebarkan mata. Minta dikasihani.

"Iya iya ntar gue beliin."

Mendengar perkataan Naira membuat Geo berubah menjadi sumringah. Naira bangkit dari duduknya kemudian pergi ke kantin yang letaknya cukup jauh dari ruang inap Geo.

Ia melewati banyak lorong rumah sakit dan memakan waktu lima menit. Disana banyak warung-warung kecil yang menjajakan berbagai menu.

Saat Naira sudah melihat-lihat semua warung itu, ia mendekat ke warung paling ujung yang menjual ketoprak, ayam kampung dan lain lain. Tapi ketika Naira baru sampai tengah, ia tak sengaja melihat seseorang sedang duduk sambil yang di atas meja mereka tersisa piring serta minuman kurang lebih setengah gelas.

Jantung Naira berdetak sangat kencang. Badannya melemas, wajah yang pucat makin pucat.

Disana ada Kavi dan Tasha yang duduk saling berhadapan. Naira masuk ke warung itu lalu memperhatikan mereka diam-diam.

Wajah Kavi terlihat begitu frustasi, ia sedang memohon-mohon kepada Tasha sambil memegang tangannya Tasha.

Seribu pertanyaan menyerang kepala Naira. Kenapa Tasha mengenal Kavi? Jangan-jangan sela ini Tasha lah yang menjadi dalang kedatangan Kavi kembali di hidup Naira. Semua kebetulan-kebetulan itu seperti susunan puzzle yang lama-kelamaan kepala Naira bisa menyelesaikannya.

Tiba-tiba Tasha merogoh tas kecilnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribu darisana. Naira makin terbelalak, ia syok. Ia memberikannya kepada Kavi dan membuat Kavi senang tiada tara. Wajahnya berubah menjadi sumringah sambil terus mengucapkan terima kasih.

Positif!Where stories live. Discover now