30. Chat nya di hapus

1.3K 58 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen 🥰💚

Nanti aku double up 💚

****

"Sus kamar orchid nomor 12 pasiennya kemana?" Akhirnya Naira sampai di meja jaga yang terbuat dari kayu dengan tinggi setara dengan dadanya Naira. Naira bertanya dengan nafas terengah-engah. Ia meletakkan tangannya ke meja jaga sebagai tumpuan.

"Bentar ya Kak saya cek dulu," jawab si perawat yang wajahnya masih terlihat muda. Ia tampak sibuk dengan komputernya mencari pasien atas nama Geo.

Namun anehnya, perawat itu sangat lama membuat Naira menunggu sekitar lima menit hanya untuk mengecek data pasien. Naira masih sabar menunggu, walaupun sebenarnya sudah menggerutu dalam hati. Lama kelamaan hatinya dongkol. Masa cari nama satu pasien saja selama itu.

"Sus sudah belum ya?"

"Maaf ya Kak tunggu sebentar saya tanya senior saya dulu." Ucap suster kemudian pergi ke dalam ruangan tertutup yang berada tepat di belakang.

"Hah?" Naira mengernyitkan dahi. Perawat yang ia temui sangat tidak profesional. Masa gitu saja tidak hapal.s

"Kak untuk kamar Orchid, pasiennya telah di bawa oleh keluarga jam 3 pagi. Mohon maaf sebelumnya karena pasien tersebut telah tiada," ujar si perawat muda yang tiba-tiba keluar dari ruangan dengan kabar buruk.

Mata Naira memanas. Tapi hatinya tidak percaya.

"Bisa tolong di cek lagi nggak sus? Orang saya chat-an kok sama orangnya tadi pagi." Naira menjawab penuh emosi.

Perawat itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Seolah-olah sadar bahwa ada yang salah.

"Tadi Orchid nomor berapa kak?"

Naira menghela nafas. "Nomor 12."

"Oh maaf saya kira nomor 2. Sebentar saya tanyakan lagi."

Wajah Naira memerah, ia ingin sekali melemparkan kata-kata kasar. Namun apa daya ia harus menahan diri.

Barulah sekitar lima menit kemudian, seorang perawat lain keluar di ikuti oleh si perawat muda tersebut.

"Maaf Kak untuk pasien atas nama Geo baru saja pindah kamar ke kamar melati no 8."

"Sus kalau kasih tau informasi yang jelas dong. Masa saya di kasih tau sudah meninggal."

"Maaf ya kak saya masih baru," jawab perawat muda itu dengan wajah penuh penyesalan.

Naira membuang muka, terlihat sangat marah dengan pelayanan rumah sakit.

"Yaudah. Makasih sus," cerca Naira sedikit ketus kemudian pergi untuk menemukan kamar Baskara yang baru.

"Ini rumah sakitnya gimana si yang benar aja kalau Kak Geo beneran meninggal, orang dia cuman sakit tifes," batin Naira berkata, ia masih dongkol dengan perawat baru itu.

***

Kini Naira sudah berada di depan pintu kamar baru Geo, Melati Nomor 8. Ia memegang knop itu dan menariknya kebawah. Dinginnya AC kamar mulai menyeruak ke dalam hidung dan menyentuh kulit Naira. Tempat itu lebih nyaman dari ruangan Baskara sebelumnya.

Disana ada Tasha yang tengah menyuapi Geo, tiba-tiba ia berhenti sambil menatap Naira dengan datar. Sendok yang sudah ada di dekat mulut Geo, Ia turunkan lalu meletakkan sendok itu di piring.

"Masuk Ra," ucap Geo sambil tersenyum tanpa dosa.

Bibir Naira mengerucut, ia melangkah ke arah Geo dengan wajah datar bercampur kesal.

"Kenapa?Kok mukanya kaya bebek gitu?" tanya Geo heran melihat wajah Naira yang badmood.

Baru saja Naira membuka mulut hendak menjawab, Tasha tiba-tiba bangkit dengan gerakan menyentak sehingga kursi yang ia duduki sedikit terdorong ke belakang. Naira dan Geo beralih pandang menatap Tasha lekat-lekat. Mereka sadar bahwa sikap Tasha berubah.

Positif!Where stories live. Discover now