41. Terpisah

827 26 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen guysss

!Mengandung Adegan 18+!

***

D

alam waktu kurang lebih 40 menit, akhirnya Geo sampai di rumah sakit Raflesia dengan motornya. Geo langsung berlari menuju kamar Tasha dirawat. Sesampainya disana ternyata ada Pak Kasim yang setia menunggu di luar ruangan.

"Maaf Pak lama, Tasha kenapa bisa kaya gini?" tanya Geo dengan nafas tersengal.

"Jadi gini, tiba-tiba jam lima ada yang teriak waktu mau naik lift. Dia ngelihat teman kamu sudah tergeletak di sana dengan mulut yang berbusa," jelas Kasim.

Geo tidak mampu berkata-kata. Seketika ia merasa bersalah kepada Tasha karena tidak memberikan perhatian lebih dan tidak bisa menahan egonya.

"Terus keadaannya gimana pak?" tanya Geo penuh kekhwatiran.

"Alhamdulillah baik-baik aja, semua obat di perutnya udah berhasil di keluarin kok sama Bu dokter. Sekarang dia lagi tidur."

"Ya ampun Tasha ngapain si sampai kaya gitu." Geo bergumam memijat dahinya, kepalanya terasa pening seketika.

"Kata dokter dia overdosis gara gara terlalu banyak minum obat...." Kasim menghentikan ucapannya, ia sedang berpikir keras mencoba mengingat nama obatnya yang telah dokter beri tahu sebelumnya.

Mata Kasim menatap ke langit-langit, kepalanya sudah berusaha keras mengingat tapi nama obat itu tetap tidak ada dipikirannya.

"Duh Apa ya saya lupa namanya."

"Obat Nevirapine?" tanya Geo mengangkat alisnya.

"Nah itu," kata Kasim menunjuk ke depan wajah Geo.

"Kata dokter Tasha stress berat."

Geo mengangguk paham, tak membalas ucapan Kasim. Ia mengerti sepenuhnya apa yang Tasha sedang rasakan.

Bagi penderita HIV, mereka bukan hanya sekedar melawan virus yang menyebabkan berbagai penyakit komplikasi. Mereka juga akan berjuang melawan mentalnya yang terguncang. Depresi, stess berat menjadi gejala mental umum bagi para Odha.

Ini bukan kali pertama Tasha begitu. Dulu sewaktu awal awal ia didiagnosis AIDS, Tasha juga pernah  meminum pembersih lantai hingga keracunan. Ia terlalu frustasi dengan kehidupan yang memastikannya bahwa ia akan mati karena penyakit itu.

"Yaudah Pak kalau gitu, saya masuk dulu ya. Makasih pak sebelumnya sudah bantu Tasha. Ini sedikit uang buat ongkos sama rokok," kata Geo sambil bersalaman dan menyelipkan uang pecahan lima puluh ribu dua lembar.

"Waduh, nggak usah." Kasim menyodorkan kembali uang itu.

"Nggak apa-apa Pak ambil aja, sebagai tanda terima kasih." Geo tersenyum ramah, menepuk tangan Kasim agar ia menerimanya.

"Yaudah deh kalau gitu, makasih. Temannya di jagain jangan sampai kaya gini lagi," balas Kasim akhirnya menerima pemberian Geo.

"Iya Pak pasti."

Geo segera masuk ke dalam ruangan  kenanga nomor 16. Pertama kali yang ia lihat adalah Tasha yang sedang berbaring, menutup mata. Tangannya menggunakan infus. Semakin Geo mendekatinya, semakin jelas bahwa wajahnya terlihat pucat. Apalagi warna bibirnya sangat sangat putih di sertai pecah-pecah.

Geo menghela nafas panjang sambil duduk di kursi yang berada di dekat ranjang Tasha tidur. Ia menatap perempuan itu dengan tatapan nanar. Badannya makin terlihat kurus padahal Geo tidak ketemu kurang lebih satu minggu saja.

Positif!Where stories live. Discover now