19. Ketahuan

2.8K 114 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen 💚🥺

***

Pagi-pagi Naira terlihat repot dan panik. Ia membeli banyak obat jenis paracetamol dari warung dekat kosan serta bubur ayam. Semua itu ia lakukan demi Geo. Semalam Geo memang hanya mimisan, namun pukul empat subuh ia terus mengigau dan badannya panas.

"Nai? kok enggak ke kampus?" tanya Geo yang baru saja membuka mata. Ia bangkit lalu menyandarkan diri sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.

"Ini apaan?" sambung Geo menjatuhkan sapu tangan yang terasa hangat dari dahinya.

"Eh...jangan bangun, lu lagi sakit," seru Naira kembali meletakkan sapu tangan itu untuk mengompres Geo.

"Gue enggak apa apa, cuman kecapean aja."

Naira tidak menggubris perkataan dustanya. Ia mengambil kantung plastik hitam berisi obat kemudian duduk di samping Geo. "Ayok makan habis itu minum obat. Gue udah beli banyak obat nih. Lu biasa pakai yang mana?" tanya Naira mengeluarkannya dari kantong plastik. Geo melongo melihat berbagai merk obat di kasurnya. Ia geleng-geleng kepala lalu tertawa kecil.

"Makasih ya Naira, gue bisa urus diri sendiri kok. Mending sekarang lu ke kampus," kata Geo mengusir secara halus.

"Dih!Sok-sokan. Sudah ah gak usah protes, pokoknya gue bakal rawat lu sampai sembuh. Sekarang kita makan dulu ya." Naira berniat mengambil bubur yang telah ia beli. Namun bubur itu tidak ada di sekitar mereka.

"Mana makanannya?" tanya Geo kepada Naira yang tengah sibuk mencari sesuatu. Ia lupa terakhir buburnya di taruh dimana.

"HADUH!BEGO BANGET!" seru Naira menepuk jidatnya.

"Buburnya ketinggalan di warung sebelah!" sambung Naira, baru mengingatnya. Ia langsung lari terbirit-birit meninggalkan Geo yang tidak berhenti tertawa akan kebodohannya.

Selagi Naira pergi, Geo mengambil obat terapinya di dalam laci yang ia kunci. Segera mungkin ia minum obat itu agar tidak ketahuan oleh Naira. Kemudian Geo menelpon Tasha yang semalam ia suruh datang pagi ini. Tidak butuh waktu lama, Tasha mengangkat teleponnya.

[Bentar lagi aku berangkat]

"Enggak usah datang Sha, Naira masih di sini."

[Ya usir lah] katanya ketus melalui sambungan telepon.

"Enggak bisa..."

[Kamu mau tambah parah? Kamu itu sudah mimisan loh] Tasha makin terdengar galak. Semalam Geo laporan kepadanya untuk berjaga-jaga, namun ia tidak tahu jika hari ini Naira bersikeras untuk menjaganya sampai tidak masuk kuliah.

"Iya tau, tapi aku gapapa kok. Pokoknya jangan dulu kesini ya Sha." Geo langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menungggu jawaban dari Tasha karena ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke kosannya.

Dugaan Geo benar, tidak butuh satu menit Naira datang dengan wajah sumringah sambil membawa Styrofoam berisi bubur.

"Ini dia buburnya. Tapi sudah dingin," kata Naira duduk di samping Geo.

"Enggak apa-apa kok, sini gue makan." Geo berniat untuk mengambilnya namun tangannya kalah cepat dengan Naira yang kembali menariknya. "Apa mau dihangatin dulu?"

"Eh tapi kalau dihangatin bakal jadi nasi nggak si?" sambung Naira sukses memecah tawa.

"Naira lu masuk kuliah nyogok apa gimana si?"

"Hehehehe lucu 'kan gue?" tanya Naira polos sambil memamerkan gigi putihnya.

"Lebih ke Bego si." Geo masih tertawa. Naira benar-benar lucu tanpa usaha. Kepolosannya membuat Geo lupa akan kepalanya yang sakit.

Positif!Where stories live. Discover now