16. Ultraman

4.3K 119 6
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen 💚🥰

***

Sepanjang perjalan, senyuman terus mengembang di wajah Geo. Otaknya  memutar kejadian beberapa jam lalu saat berduaan dengan Naira. Terkadang ia mengutuk diri mengingat betapa bodohnya bisa bertingkah konyol. Geo sendiri tidak paham dengan perasaannya, yang jelas ia tidak mau menatap Naira karena sorot matanya mempercepat detak jantung sehingga ia menjadi gugup dan gelagapan.  

Geo sengaja tidak mengajak Naira ke kosannya sebab ia  harus merawat Tasha kembali.  Biaya pengobatan Tasha sudah terkumpul sehingga besok pagi ia akan mengantarkan Tasha ke rumah sakit. 

Geo membuka pintu apartemen dengan sumringah dan mendapati Tasha yang tengah duduk menonton televisi. Ia segera berjalan mendekat.

"Kok kamu enggak tidur?" tanya Geo sedikit jengkel.  Ia sudah menyuruh serta menghimbau Tasha untuk banyak-banyak istirahat namun nyatanya jam satu pagi ia masih duduk santai di sana. Bagaimana jika penyakit komplikasinya tambah parah?

"Aku nungguin kamu. Aku takut kamu kenapa-napa," balas Tasha menampakkan wajah khawatir. Kantung matanya menghitam akibat terjaga semalaman.

Geo tersenyum kecil."Aku sudah besar kali Sha gak mungkin di culik juga." Geo terkekeh pelan sambil duduk di sofa samping Tasha. 

"Habisnya Cika bilang kamu sudah pulang dari setengah sepuluh," kata Tasha menatap Geo tulus. "Kamu mampir dulu?" sambung Tasha penasaran.

Geo bergeming, ia tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. 

"Gapapa jujur aja. Kamu ketemu Naira dulu?" Ntah mengapa Tasha memiliki firasat itu. Ia tahu beberapa hari lalu Geo sebenarnya tidak benar-benar ada di apartemen. Ia meninggalkan Tasha saat tidur dan pulang di dini hari.

Geo mengangguk ragu-ragu. Ia harap Tasha dapat menerimanya. "Sebenarnya dia lagi kena masalah jadi aku bantuin dia," sambar Geo.

Tasha mengangguk paham dengan ekspresi yang sulit diartikan. Namun yang jelas bukan ekspresi kesal atau marah.

"Oiya aku sudah ngumpulin uang buat besok berobat. Jadi besok kamu bisa di rawat di rumah sakit deh." Geo mengeluarkan amplop coklat dari tasnya. Selama tiga hari ia bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang lumayan untuk pengobatan Tasha. 

"Enggak usah. Lagian aku udah sembuh kok," balas Tasha menolak amplop itu sambil tersenyum.

"Sembuh? Cepat banget."

"Iya dong, siapa dulu dokternya? Geo...."Tasha menggenggam kedua tangan Geo dan mengangkatnya keatas, merayakan kesembuhannya. Geo hanya tertawa mendengar pujian itu. Ia bahagia bisa melihat Tasha senyum lepas kembali. 

"Lihat kantung mata kamu hitam banget ngalahin panda. Pasti kamu capek, kamu juga harus banyak istirahat loh Geo," timpal Tasha menyentuh lipatan kulit yang berada di bawah mata sambil mengusapnya halus. 

"Kamu juga matanya kaya panda Sha," balas Geo ikut menyentuh kantung mata Tasha  untuk menyadarkannya.

"Oiya aku lupa tadi aku lihat ada yang jualan balon nyala-nyala kesukaan kamu," sambung Geo mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto balon menyala di galeri. Ia memotret balon itu terlebih dahulu sebelum membelinya untuk Naira.

"Lucu banget, kenapa enggak beli?"  rengek Tasha dengan wajah kecewa.

"Kamu 'kan lagi gak sedih."

Balon itu salah satu kenangan mereka. Ketika Tasha sedang sedih sampai menangis tersedu-sedu, Geo pasti memberi balon nyala-nyala untuk menghiburnya. Walaupun terdengar aneh, tapi hal itu selalu berhasil membuat Tasha senyum kembali.

Positif!Where stories live. Discover now