24. Masa Lalu

2.2K 108 9
                                    

Jangan lupa vote dan komentar 💚🥰

"Bacot!" Naira membentak kemudian beranjak masuk kembali ke kosannya. Akan tetapi, Kavi menarik lengan Naira dan menggenggamnya dengan erat.

"Mau kemana si buru-buru banget. Kamu nggak mau lihat aku bawa apa?" tanya Kavi tersenyum menyeringai, mengangkat kantong kresek hitam yang sudah ia bawa ke depan wajah Naira. Posisi mereka sangat berdekatan sampai-sampai Naira bisa mencium aroma rokok dari nafas Kavi.

Naira memberontak, mencoba melepaskan diri dari Kavi disertai mata yang melotot untuk terlihat mengintimidasi padahal mentalnya sudah ciut. Namun sekuat apapun Naira mengerahkan seluruh tenaganya, ia tetap tidak bisa lepas.

"Coba kita lihat ada apa aja disini." Kavi bergumam ceria sambil merogoh sesuatu dari dalam kresek. Ia mengeluarkan foto polaroid sewaktu Naira SMP.

Naira tak percaya Kavi masih memiliki potret masa lalunya yang kelam. Seingatnya dulu Mark sudah membakar semua foto-foto itu.

"Lu mau ngancem gue pakai ginian? Gue nggak takut!" bentak Naira berbohong. Sekarang badannya sudah gemetar namun ia paksa agar tetap kuat.

"Siapa juga yang mau ngancem kamu. Aku cuma pengen kamu mengenang masa-masa indah kita dulu. Lihat kamu keenakan banget disini," kata Kavi memperjelas salah satu foto yang ia pegang. Foto itu menampakkan Naira yang berbaring di matras tipis sambil membekap mulutnya sendiri dan memejamkan mata. Wajah serta lehernya dipenuhi keringat. Seragam yang ia kenakan terbuka berantakan.

"Wah lihat, muka polos kamu menggoda banget disini," ujar Kavi menunjukkan foto Naira yang lain. Ia sedang mengulum junior Kavi yang ujungnya menyerupai jamur.

"Atau foto ini?" sambung Kavi lagi memegang foto dimana Kavi tengah menjilati buah dada Naira. Ekspresi Naira terlihat menikmati permainan Kavi.

Bulir-bulir air mata jatuh tanpa bisa Naira tahan. Rasa traumanya seperti bangkit kembali. Kaki Naira pun tidak sanggup lagi menahan beban hati serta pikiran. Ia refleks jongkok di tempat sambil menutup telinga.

'Ayok Nai isep lagi'

'Nanti kita ketemuan di gudang ya'

'Akhhh tolong Nai dia sakit buat dia muntah lagi'

'Sini makanya aku pegang biar makin gede'

'Enak 'kan? Kamu juga sakit tuh lihat banyak banget lendir yang keluar'

Semua suara, desahan dan teriakan masa lalunya berbisik tepat ditelinga Naira. Tangisan Naira semakin deras. Ia seperti anak kecil tidak berdaya yang diusili oleh teman-temannya. Hanya mampu menangis. Sedangkan Kavi tertawa puas melihat Naira lemah seperti itu. Akhirnya ia bisa mengendalikan Naira lagi.

"Naira lu kenapa?!" Mark baru keluar dari kosan Naira. Mark benar-benar syok mendapati Kavi disana. Mengapa manusia brengsek itu datang lagi. Awalnya ia yakin jika yang ada didepan adalah Geo sehingga dirinya tidak mau melihat mereka berduaan. Namun mengapa semakin lama, Mark malah mendengar suara tangisan. Ia curiga dan segera keluar.

"Lu ngapain disini bangsat!" bentak Mark menarik kerah baju Kavi sambil mendorongnya agar menjauhi Naira.

"Ah ini dia pahlawan kesiangan kita. Masih setia lu jadi anjingnya Naira? Tiap detik jagain cewek kotor kaya dia?" tanya Kavi tidak memberontak. Toh, sekarang ialah yang menjadi pemenang.

Mark bersiap melayangkan kepalan tangannya ke pipi Kavi. Namun Kavi menahannya.

"Sekali aja lu berani mukul gue. Foto-foto ini bakal gue sebar. Dijual ke pedofil laku berapa ya?" sambar Kavi tersenyum sinis sambil menunjukkan foto-foto itu ditangannya. Mark terbelalak, kenapa foto itu masih ada?

Positif!Where stories live. Discover now