20. Sedikit Berdarah

3.1K 103 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen

"Anjing! Brengsek lu!" teriak Mark.

"Mark please! Ini bukan salah Kak Geo." Naira memeluk lengan Mark dengan tubuh gemetar. Matanya sudah berair sebab tidak tega melihat Geo yang merintih kesakitan disertai wajah lebam.

"Biar aku jelasin semuanya!" teriak Naira menarik Mark sekuat tenaga.

***

"Kamu gila Nai?!" cerca Mark setelah mendengar semua penjelasan Naira dari awal hingga akhir. Hari ini Mark baru tahu rahasia Naira tentang akun MessyHer. Sejujurnya Naira tidak mau memberitahu perihal itu namun ia tidak ada alasan lain untuk berbohong.

"Buat apasi bikin kaya gitu? Kalau kamu butuh uang tinggal bilang ke aku," sambung Mark masih tak percaya bahwa Naira melakukan hal sekotor itu.

"Mark! Ini bukan tentang uang!"

Mark menghela nafas sambil memegangi dahinya, kepalanya mulai terasa nyeri. Percuma saja ia memarahi Naira toh itu semua telah terjadi. Semua terasa lebih jelas, Mark ingat ucapan Boby beberapa hari lalu tentang seleb twitter.

"Yaudah, itu nggak penting. Sekarang kamu packing terus pergi dari sini,"ucap Mark menyentuh kedua bahu Naira.

"Enggak bisa. Aku harus disini,"balas Naira melepaskan tangan Mark dari bahunya.

Mark menatap Naira dengan wajah tak percaya. "Kamu nggak bisa Ra tinggal sama cowok nggak jelas kaya Kak Geo. Dia pasti punya niat jahat sama kamu."

Naira membuang muka, semua perkataan Mark tidak masuk akal dikepalanya. Selama ini Geo sangat baik bahkan selalu menghibur Naira.

"Kamu takut? Kamu takut Kak Geo sebarin rahasia kamu?" tanya Mark. Naira bergeming, bukan itu yang Naira takutkan. Ia sudah yakin Geo tidak akan melakukannya. Geo itu awalnya saja menyeramkan padahal hatinya sangat lembut.

"Tenang Nai, ada aku." sambung Mark lagi dengan sorot mata menenangkan.

Naira menghela nafas pelan. "Aku nggak bisa tinggalin Kak Geo...dia lagi sakit." Naira tidak bisa memilih alasan yang bagus. Ia sendiri bingung mengapa dirinya ingin bersama Geo. Bukan seharusnya ia senang jika bisa terlepas dari Geo.

"Terus hubungannya sama kamu apa? Kamu peduli sama dia?"

Naira lagi lagi membeku.

"Kamu suka sama dia?" pertanyaan Mark membuat mata Naira melebar.

Naira menggeleng pelan. Bukan itu maksudnya. Ia saja tidak mengerti dengan perasaannya kepada Geo yang jelas hanya ada perasaan nyaman dan tidak lebih dari itu.

"Terus kenapa Ra? atau jangan-jangan...kalian udah ngelakuin hal aneh-aneh?!" bentak Mark dengan keras. Urat di dahinya makin tampak jelas terlihat.

"Jangan emosi gini dong. Aku nggak pernah ngapa-ngapain."

"Terus? Kenapa kamu peduli sama dia Ra?!" teriak Mark lagi di depan wajah Naira tepat.

"Nggak tahu! Aku juga bingung yang jelas selama ini Kak Geo baik sama aku. Dia nggak aneh-an..."

"Belum! Belum lakuin hal aneh-aneh ke kamu." cerca Mark sambil mencengkram kuat bahu Naira hingga ia merasa nyeri.

"Lepas Mark," kata Naira melawan Mark namun gagal karena tenaganya lebih lemah dari Mark.

"Kamu itu baru kenal sama dia. Busuk-busuknya belum keliatan."

"Kita pulang sekarang," sambung Mark meraih tangan Naira dan menariknya.

"Nggak mau! Kenapa si kamu ngatur-ngatur?" Naira menepis genggaman tangan Mark membuat Mark melongo pada perubahan sifat temannya itu.

"Aku kaya gini demi kebaikan kamu juga. Kamu lupa selama ini yang temenin kamu siapa? Yang selama ini jagain kamu siapa?"

Naira membuang muka. Ia malas jika Mark sudah mengungkit kebaikannya selama ini.

"Aku sudah gede Mark. Bisa jaga diri sendiri. Mending kamu pulang aja," kata Naira.

"Terserah kamu deh Ra. Tapi awas aja ya kamu nyesel dan nangis-nangis ke aku!" teriak Mark semakin murka kemudian ia sengaja mendorong Naira hingga terjatuh mengenai besi tulangan yang mencuat dari pondasi lantai 2. Mereka memang sedang ada di lantai tiga kosan Geo yang dibiarkan begitu saja karena belum berhasil dibangun hingga tiga tingkat.

Ujung besi itu mengenai paha kiri Naira. Saking tajamnya, celana yang Naira kenakan robek. Cairan merah juga keluar dari sana. Naira syok, ia tiba-tiba mati rasa, tidak dapat merasakan rasa nyeri apapun.

Mark hanya menatap sinis, tidak menolong seolah-olah Naira pantas mendapatkannya.

"WOY BANGSAT!" Geo tiba-tiba datang dan mendorong Mark hingga ia nyaris jatuh. Sedari awal Geo mengikuti mereka dan menguping dari balik tembok. Ia mendengar dan melihat semua yang Mark lakukan. Geo tidak terima Naira diperlakukan seperti itu.

"Lu nggak apa-apa Nai?" tanya Geo jongkok di samping Naira yang sedang meringis kesakitan sambil memegangi pahanya. Darah terus mengucur dari lukanya.

"Mending lu pergi deh. Lu nggak dengar Naira mau tinggal disini?"

Mark mengepalkan tangannya hendak menyerang Geo lagi.

"Lu mau tambah babak belur?!" tanya Mark menarik kerah Geo. Naira menghela nafas, ia lelah dengan pertengkaran mereka yang kekanak-kanakan.

"Mark please, lepasin Kak Geo. Kamu nggak puas buat aku begini?"

Walaupun Mark kesal setengah mati namun di hati kecilnya ia tetap kasihan dengan Naira. Terpaksa Mark pergi dengan emosi yang masih berapi-api.

"Kamu bakal nyesel Ra!" cerca Mark sebelum pergi. Sayangnya Geo dan Naira tidak mendengar umpatan Mark.

Badan Geo masih lemas ditambah luka lebam di wajah yang terasa nyeri luar biasa tapi ia berusaha memakai energi yang tersisa untuk menolong Naira. Ia lingkarkan tangan Naira di bahunya, menuntunnya untuk berdiri. Naira jalan tertatih-tatih dengan menyeret kaki kirinya yang terluka.

***

"Buka celananya," ucap Geo duduk bersimpuh di depan Naira sambil membawa obat merah, perban dan sebaskom air.

Naira yang duduk di pinggir kasur dengan kaki terjuntai ke bawah menatap aneh ke arah Geo. Ia tertegun sebentar.

"M-mau ngapain Kak?" tanyanya gugup.

Positif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang