36. Salah paham

1.2K 55 6
                                    

Hi guys aku update lagiiiii

Seprai Naira berantakan tak karuan karena sedari tadi ia terus berpindah-pindah posisi tidur. Naira sudah coba menghitung banyak jumlah domba, menutup mata sambil mendengar musik klasik namun semuanya gagal sebab dikepalanya hanya ada wajah Geo dan seribu pertanyaan yang tak terjawab. Ia tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi walaupun hatinya sudah menenangkan diri. Otaknya terus berpikir mengapa Geo tidak bilang jika mau pulang dari rumah sakit dan mengapa Kavi bisa mengantarkan Geo.

Naira membuka akun alternya untuk mengalihkan pikiran. Ia buka drag message satu persatu dan banyak foto foto vulgar yang muncul. Semua foto itu berasal dari pria berhidung belang yang kesepian atau sedang bosan.

"Ih kecil banget." Naira tak bisa menahan mulutnya untuk berkomentar setelah membuka salah satu foto di DM-nya.

Banyak juga DM yang meminta Naira membuat konten lagi. Kalau dipikir-pikir memang ia telah lama tidak memperbarui kontennya. Terakhir mengunggah konten sekitar 2 Minggu lalu.

Naira bangkit dari kasur, meremas kedua payudaranya dari balik daster tipis yang ia pakai. Remasan itu cukup membuat Naira meram melek sebentar. Kemudian ia raih ponselnya dan memvideokannya dengan wajah tak terlihat. Jadi dari arah bibir bawah, leher hingga ke payudaranya yang Naira remas. Kemudian Naira memposting video itu melalui Twitter. Tak perlu waktu lama banyak orang yang berkomentar tak senonoh.

Naira tersenyum senang, ia mulai membalas satu persatu sambil ketawa-tawa. Pikirannya tentang Geo mulai terkikis oleh semua komentar itu.

Tiba-tiba layar ponselnya menampilkan notifikasi chat dari Geo.

[Lu di kosan?]

Naira membaca pesan itu sekilas. Senyuman di wajahnya langsung memudar.

"Balas nggak ya." Naira bermonolog sambil menggertakan gigi.

"Enggak usah deh. Ingat Nai mungkin aja Mark bener!" seru Naira melempar asal ponselnya. Ia merebahkan diri dan menutup wajah menggunakan bantal. Pikirannya mulai berkecamuk lagi. Otak dan hatinya tidak akur lagi.

"Sebenernya gue itu kenapa si? Kenapa jadi berlebihan gini? Gue sama Kak Geo itu cuman sebatas adik dan kakak tingkat. Kalaupun gue harus ngejauhin dia bukannya nggak masalah ya," ujar Naira mendoktrin dirinya sendiri.

TOK TOK TOK!

Naira yang tengah stress terkejut mendengar suara ketukan pintu kosannya yang diketuk cukup keras. Ia sampai bangkit dari tempatnya.

Dengan gontai, Naira berjalan membuka pintu.

"Siapa...." Lidah Naira otomatis kelu saat melihat di depan pintu ada teman kosannya bersama Geo di belakangnya.

Naira mengedipkan matanya beberapa kali, membasahi bola matanya yang kering agar tidak salah lihat. Tapi matanya baik-baik saja, Geo memang ada di sana.

"Teman lu nih dari tadi nunggu lu di bawah. Yaudah gue bawa aja kesini aja," ujar teman kosan Naira berambut ikal pendek sebahu sambil tersenyum tanpa dosa. Andai saja Naira bisa membejek-bejek teman yang ada di hadapannya, mungkin ia langsung melakukannya. Mengapa kepedulian temannya malah membawa petaka bagi Naira.

"Hai Nai, sorry ganggu gue cuman mau ngobrol sebentar." Geo membuka suara sambil mengangkat tangan untuk menyapa. Ia tidak langsung nyosor begitu saja. Geo masih bersembunyi di belakang punggung temannya Naira sampai Naira mengizinkannya untuk berbicara empat mata. Geo tidak bisa tidur juga sama seperti Naira dan karena ia tak mau ada kesalahpahaman. Ia memaksakan diri untuk keluar tengah malam menemui Naira di kosan.

"Oh iya Kak nggak ganggu kok. Maaf juga tadi nggak balas chat Kak Geo." Naira membalas dengan canggung. Raut wajah Naira terlihat sedang berbohong.

Geo sudah berfirasat mengenai hal itu. Ia yakin chatnya sudah sampai kepada Naira. Tapi Geo tidak tahu mengapa Naira tidak membalasnya, sebenernya ada apa dengan Naira? Mengapa ia berubah seolah olah ingin memberikan jarak.

Positif!Where stories live. Discover now