18. Dia Sakit?

2.8K 113 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen guys 💚🥺

Apa
masih ada yang melek?

***
"Ehh ini dia kakak kandungnya Ceril baru datang," cibir Nita melihat Naira berjalan mendekat kearahnya. Baru juga sampai, ia sudah kena sindir mamanya.

"Kamu gimana si Nai. Kalau kuliahnya selesai siang itu harusnya bantu mama dong, masa kalah perhatian sama Mark." Mata Naira melebar saat melihat Mark ada di sana sedang menemani Ceril bermain, mendorong pelan ayunan yang ia naiki. Naira tidak paham untuk apa Mark melakukan semua ini.

"Mark," teriak Nita sambil melambaikan tangan agar ia mendekat. Mark menengok ke sumber suara dan berjalan menghampiri mereka berdua.

"Eh Naira kapan datang?" tanya Mark basa-basi. Naira melengos, tidak menjawabnya. Ia terlanjur kesal kepada sahabatnya itu.

"Kamu mending istirahat aja. Biar Naira yang jagain Ceril."

"Gapapa kok tante, Mark senang main sama Ceril," balas Mark menyinggung senyum.

"Duh kamu emang baik banget jadi anak. Yaudah tante permisi dulu ya mau ke kantin, lapar nih belum makan dari pagi."

"Oh iya tante siap," jawab Mark dengan sopan. Setelah kepergian Nita, Naira langsung menarik Mark ke balik tembok dekat tangga untuk mengeluarkan unek-uneknya. Tempat itu cukup sepi sehingga tidak ada orang yang dengar perdebatan mereka dan juga Naira masih bisa menjangkau Ceril yang sedang bermain.

"Kamu kenapa bilang Mama si kalau sudah enggak ada kelas? Terus kenapa kamu tiba tiba kesini?"

"Emang gak boleh main sama Ceril?" Mark menjawab lebih ketus dari Naira

"Bukan enggak boleh tapi...."

"Kamu marah karena ganggu acara kencan sama Kak Geo?"

Naira melebarkan matanya, ia geram dengan manusia yang ada di hadapannya itu. "Kok jadi bawa-bawa Kak Geo si?!"

Mark bergeming dengan wajah sinis. "Aku makin gak paham sama kamu Nai. Segitunya kamu belain dia?"

"Bukannya belain, tapi Kak Geo emang enggak salah...."

"Sudah deh Ra, terserah kamu! Mending kamu urusin tuh adik kamu, bikin repot tau gak!" cerca Mark. Mark tidak peduli dengan Ceril, toh ia ke sini agar Naira tidak punya waktu untuk Geo. Tanpa mementing perasaan Naira sedikitpun, ia melangkah pergi tanpa pamit.

"Mark! Kok malah pergi?!" seru Naira sambil mengejarnya.

"Kamu 'kan yang buat aku kesini, jangan pergi gitu aja dong!" Naira berteriak lagi di sepanjang lorong kelas. Namun sekeras apapun suaranya, Mark tetap tidak berehenti.

"Mark...."

DAG!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari arah belakang. Setelah itu ada suara tangis anak perempuan yang mengikuti. Refleks, Naira menengok ke sumber suara. Seketika wajahnya panik melihat Ceril yang sudah terjatuh dengan posisi wajah duluan ke lantai.

Tanpa Naira ketahui, sedari tadi Ceril ikut mengejar Naira dan karena tubuhnya tidak seimbang akhirnya ia terjatuh.

"Ceril...." Naira berjalan mendekat. Sebelum Naira sampai, beberapa orang telah menolong Ceril. Mereka mengerubunginya dan berusaha menenangkan Ceril yang menangis histeris sambil memegangi dagunya.

"Naira kamu habis kemana? Ini Cerilnya kenapa ditinggal?" kata salah satu orang tua temannya Ceril.

Ceril kesakitan sebab dagunya terus mengeluarkan darah. Naira coba tenangkan Ceril sambil menggendongnya ke UKS. Badan Ceril yang cukup berat dan tinggi membuat Naira kesusahan. Ditambah rambut Naira yang habis dijambak oleh Ceril sepanjang jalan. Tapi Naira tidak memperdulikan kepalanya yang terasa nyeri. Ia tetap menggendong Ceril untuk segera diobati.

Positif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang