39. Trauma

928 35 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen
!Mengandung Adegan 18+!

DAG!

Naira akhirnya terlepas dari Kavi dan jatuh berbaring sebab Kavi tiba-tiba melepaskan pegangannya dan Naira menarik badannya kuat. Ia merasakan sisi kanan badannya sakit tapi itu tidak membuat Naira diam saja. Ia memaksakkan diri, menyeret kakinya untuk meraih knop pintu. Tapi sialnya pintu itu seperti terkunci dari luar.

"Kamu ngak bisa kemana-mana Naira," ucap Kavi tersenyum bengis.

Naira tidak menyerah, ia tetap berjuang menarik knop pintu itu berharap ada keajaiban sedangkan Kavi tertawa geli sambil berjongkok santai melihat Naira yang menderita.

"Sudah sini kamu main dulu sama aku, nanti aku kasih ini," ucap Kavi mengambil kunci sekre dari saku bajunya dan memamerkan kunci itu kepada Naira.

Naira menengok, sial sekali bagaimana caranya ia dapatkan kunci itu dari tangan Kavi.

"Ayok sini sayang," goda Kavi lagi sambil merentangkan tangan seolah-olah ingin mendapatkan pelukan dari Naira.

"Kenapa si lu kaya gini sama gue? Gue emang salah apa si!" teriak Naira hendak mengeluarkan air mata.

"Lu nggak puas buat gue dulu menderita?! sambung Naira lagi.

"Dulu menderita? Kapan? Bukannya lu menikmati?" tanya Kavi dengan tatapan mengintimidasi sambil berjalan mendekati Naira yang tengah terduduk lemas di depan pintu.  Naira gagal fokus dengan kunci yang di pegang oleh Kavi dan berada tepat di depan matanya.

"Kavi gue mohon banget tolong pergi. Lepasin gue!" Naira histeris untuk mengalihkan perhatian Kavi. Saat Kavi lengah, dirinya akan langsung merebut kunci itu dari tangan Kavi.

"Nggak ada gunanya Ra, lu memohon kaya gini...." Ucapan Kavi terhenti karena Naira menyambar kunci yang ia pegang. Dengan cepat Naira memasukkan kunci itu kedalam lubang pintu dan memutarnya.

"ANJING LU YA!" Gerak Kavi lebih cepat, kini Kavi menarik rambut Naira dan kunci itu masih tergantung disana.

"Akhhh sakit," ringis Naira menatap pintu yang padahal sudah berhasil dibuka. Kavi mengunci pintu itu lagi dan memasukkan kunci kedalam saku celananya. Lalu ia menyeret Naira hingga terbentur ke sudut ruangan.

Rambut Naira berantakan tak karuan, rok yang ia kenakan terangkat hingga atas paha. Kavi melihat kondisi Naira dengan tatapan buas. Ia menelan ludahnya melihat rok Naira yang terangkat sehingga menunjukkan pahanya yang terbalut celana pendek ketat. Ia terhanyut kedalam nafsu. Kavi coba untuk menahan agar sesuai  dengan rencana yang direncanakan oleh Mark. Namun  setan menggoda Kavi untuk mengeksekusi Naira  detik itu juga.

Kavi berjalan mendekati Naira yang memegangi kepala belakangnya. Kepala menjadi sakit setelah berbenturan dengan tembok.

"Kalau kamu berontak terus kamu bisa luka loh. Kali ini kamu nurut ya. Perasaan Geo selalu bilang kalau kamu gampang nurutnya."

"Ma-ksud lu apa?!"

"Upss keceplosan."

"MAKSUD LU APA BAWA-BAWA KAK GEO?"

Kavi tidak menjawab pertanyaan terbesar Naira. Ia malah menatap bagian paha Naira yang mulus dan putih. Kemudian duduk lebih dekat didepan perempuan yang tengah ketakutan itu.

"Lu cantik banget si Ra," ucap Kavi menyeringai.

"Badan lu sekarang makin buat dia berdiri," goda Kavi sambil memberikan sentuhan sensualnya di paha Naira. Naira hanya bisa memejamkan mata, merasakan degup jantungnya yang seketika berhenti. Badannya membeku, tidak bisa digerakkan sedikitpun. Bahkan untuk sekedar menoleh saja tidak bisa. Begitupun dengan mulutnya yang seolah olah sedang terbungkam.

Positif!Where stories live. Discover now