45. Terungkap Separuh

999 33 6
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen biar aku semangat update nya

****

"Aaaaaa." Tasha membuka mulutnya lebar lebar meminta Geo menyuapinya lagi. Geo yang sedang melamun melihat tampilan whatsapp-nya baru tersadar dan kembali menyendokkan nasi dengan lauk sop dan ikan kembung.

"Nggak mau pake wortel," rengek Tasha dengan manja sambil menunjuk irisan wortel di sendok yang sudah berada tepat di depan mulut.

Hari ini adalah hari ketiga setelah Tasha keluar dari rumah sakit. Ia sekarang sudah sembuh total dari overdosis obat beberapa hari lalu. Akan tetapi sikap Tasha masih seperti orang yang sakit, ia butuh perhatian lebih dari Geo.

Geo juga tidak menceritakan kejadian yang menimpa Naira kepada Tasha. Pikirnya untuk apa juga Tasha tahu. Ia pasti tidak akan peduli dan tidak memberikan solusi.

Selagi Tasha mengunyah, Geo kembali memainkan ponselnya. Padahal tidak ada apa-apa disana, ia hanya meratapi pesannya yang belum juga di balas oleh penjaga CCTV parkiran gedung A dan penjaga gedung fakultas ekonomi.

"Geo mulut aku sudah kosong," ucap Tasha menyentuh lengan Geo.

"Eh...iya bentar Sha," balas Geo tak melihat ke arah Tasha. Ia  sedang sibuk mengetikkan sesuatu di kolom chat karena si penjaga CCTV parkiran sedang online.

"Chat-an sama siapa si? Sama Naira?!" tanya Tasha sinis.

"Aku ada di samping kamu loh Geo. Kamu malah chat-an sama cewek lain?" cibir Tasha cemburu membuat Geo berhenti memainkan ponsel dan kembali menyuapinya.

"Bukan gitu Sha. Ini buka mulutnya," ujar Geo menyodorkan sendok ke dekat mulut Tasha.

"Nggak mau! Aku nggak nafsu makan." Tasha menghindar, membuang muka ke samping. Bibirnya mengerucut ke depan pertanda ia sedang kesal.

"Ayok dong makan, nasinya masih banyak tau," balas Geo sangat sabar.

Tasha tetap menjual mahal. Ia tidak menghargai usaha Geo. Geo yang kesal dan dongkol menahan diri agar tak marah.

Tiba-tiba layar ponselnya menyala menampakkan notifikasi telepon dari si penjaga CCTV parkiran.  Dengan cepat Geo mengambilnya dan meninggalkan Tasha yang tengah merajuk.

"Geo! Mau kemana?!" Tasha berteriak, tak ingin Geo pergi walau hanya sebentar saja.

"Bentar Sha ada telepon," ucap Geo lantas mengangkat telepon itu sambil berjalan menjauh.

"Hallo?" Geo menyapa kepada lawan bicara di ujung sana. Namun baru saja ponsel itu menempel di telinganya, tangan Tasha merebut ponsel itu dan mematikan sambungan telepon begitu saja. Otomatis, Geo memelototi Tasha penuh rasa kesal.

"Tasha apaan si?! Siniin Hp aku," pinta Geo berusaha mengambil ponselnya dari saku baju Tasha. Tapi usahanya malah sia sia, Tasha menghindar dan berbaring di kasur sambil menindih saku yang berisi ponsel Geo.

"Katanya kamu mau ngerawat aku," rengek Tasha, mengerucutkan bibirnya ke depan.

"Iya aku mau ngerawat kamu tapi nggak gini juga caranya Sha. Siniin balikin Hp aku, itu telepon penting tau Sha. "

"Penting? Sepenting apa si Naira buat kamu?"

"Itu bukan telepon dari Naira."

"Terus siapa? Ada cewek lain selain Naira?!" Sarkas Tasha dengan suara yang meninggi.

Geo tak dapat lagi membendung emosinya. Ia berdiri dengan menghentakkan kaki kencang sehingga membuat Tasha mengerjakan mata karena kaget.

"Emang lu siapa gue si Sha?! Nggak usah posesif! Lu bukan siapa siapa gue Sha, jangan larang larang gue buat deketin siapapun termasuk deketin Naira."

Positif!Where stories live. Discover now