42. Tuduhan Pertama

782 28 8
                                    

Jangan Lupa Vote dan Komentar

💗
****

Hari ini, Geo melewatkan kelas paginya demi menjaga Tasha lalu pergi ke kampus untuk masuk  kelas siang.

Geo yang baru saja menginjakkan kaki di kelas merasa aneh karena kelasnya ramai. Sayup sayup telinganya bisa mendengar mereka sedang bergosip hal yang sama.

"Geo!" panggil Jery yang duduk di pojok kelas sisi kanan sambil melambaikan tangannya. Geo ikut membalas, mengangkat tangannya lantas berjalan untuk duduk di kursi sebelah Jery yang kosong.

Baru saja pantatnya bersentuhan di kursi itu, Jery menyerbu Geo dengan pertanyaan yang ia tak paham.

"Kabar Naira gimana bro? Dia baik-baik aja 'kan?" bisik Jery tepat di telinga Geo.

"Maksud lu apa?"

Jery melongo, raut wajahnya tampak sedang memikirkan sesuatu. Apakah Geo pura-pura tidak tahu atau sedang tidak mau membahas Naira.  Ia memutuskan untuk diam sejenak sambil jarinya iseng mengetuk meja dengan pelan.

"Kok diam? Emangnya Naira kenapa?" Geo bertanya sekali lagi dan menyadarkan Jery dari lamunannya.

"Lu beneran nggak tahu atau lagi  pura-pura bego?"

"Gue nggak ngerti! Cepat jelasin," pinta Geo penasaran.

Jery terkekeh pelan. "Gila...gue kira lu udah tahu!"

"Naira kemarin dilecehin di sekre. Sekarang kasusnya lagi diselidikin sama pihak kampus. Tadi aja gue lihat Mery masuk ke ruang dosen kayanya dia mau ngasih kesaksian deh. Sinting ya pelakunya bisa-bisanya lakuin itu di kampus!"

Sekujur tubuh Geo merinding mendengar hal itu. Ia membeku di tempat. Rasa khawatir dan panik berubah menjadi ketakutan. Hanya ada Naira di benaknya sekarang. Secara tidak sadar, tangan Geo mengepal memikirkan apa yang menimpa Naira.  Geo ingin bertemu dan memeluknya.

"Geo..." Jery menyentuh bahu Geo.

"Sekarang Mery dimana?" tanya Geo setelah sadar dari lamunannya.

"Kayanya masih di ruang dosen," jawab Jery santai.

Tanpa berpikir panjang, Geo segera bangkit. Ia bahkan tidak peduli bahwa lima menit kelas akan dimulai.

"Geo lu mau kemana?!" Jery berteriak sambil berdiri di dekat mejanya.

"WOY GEO."

Geo tidak menggubris teriakan Jery. Kelas pun jadi hening saat melihat Geo keluar kelas begitu saja.  Ia berlari ke ruang dosen di lantai 6. Bahkan Geo tidak punya waktu untuk menunggu lift. Ia memilih naik tangga darurat dan  kakinya tidak merasa lelah sama sekali menaiki tiga lantai tanpa beristirahat.

Ruang dosen terletak di sebelah kiri lorong. Kebetulan sekali saat Geo membuka pintu darurat dan menengok ke kiri, ia menemukan Mery yang baru keluar dari ruang dosen. Raut wajahnya sulit diartikan.

"Kak Geo?"

"Kenapa lu nggak angkat telepon gue?!" Mery terkejut melihat Geo yang tiba-tiba marah. Tatapan matanya membuat Mery takut.

"M-maaf Kak gue kecapean kemarin dan lupa cas Hp," balas Mery terbata-bata.

Geo memegang dahinya yang terasa sakit. "Coba jelasin ke gue, sebenarnya kemarin itu ada apa?"

Mery menghela nafas berat.Ia harus menceritakan kesaksiannya lagi sama seperti yang ia lakukan kepada dosen-dosen tadi. Kabar Naira dilecehkan sudah menyebar ke seluruh fakultas. Pihak kampus pun mengambil tindakan serius dan peduli dengan korban. Mereka bahkan akan melakukan penyusutan untuk menemukan pelaku utama yang tidak lain adalah Kavi.

Positif!Där berättelser lever. Upptäck nu