Pernikahan Yang Tidak Diinginkan

4.6K 19 1
                                    

Enam bulan kemudian.

Kediaman keluarga Yokohama ramai dengan para tamu undangan. Hari ini adalah hari pernikahan Rendy dengan Rasta, dan mereka sudah tidak bisa menolak satu sama lain.

Rasta duduk di depan meja rias bersama putri kecilnya yang sibuk bermain boneka baru yang dibelikan oleh Tuan Yokohama.

“Kamu beruntung bisa mendapatkan Tuan Rendy. Selama ini Tuan selalu menolak untuk dijodohkan dan sekarang Tuan melepas masa lajangnya oleh janda sepertimu,” ucap Bi Ijah.

“Ini karena salah paham. Seharusnya kami tidak pernah melakukan itu,” tutur Rasta dengan wajah sedih.

“Jangan menyalahkan dirimu. Mungkin ini takdir juga jawaban atas doa-doamu. Bukankah kamu selalu minta diberikan kebahagiaan? Dan sekarang Tuhan mengabulkannya,” imbuh Bi Ijah dengan lembut.

Rasta mengangguk, ia mencoba menerima takdirnya menikah dengan seorang berondong yang berusia 10 tahun lebih tua darinya. Ia tidak  berharap dicinta oleh Tuan Rendy, setidaknya Tuan Rendy menjamin kehidupannya bersama Ayaka.

Setelah selesai dirias, Rasta menuruni anak tangga dan berjalan menuju lantai bawah bersama BI Ijah yang setia memegang gaun putihnya.

Rasta melihat Rendy dari kejauhan. Tatapan Rendy begitu mengerikan, seperti elang yang ingin memakan mangsanya. Namun, Rasta menahan rasa takutnya dan terus melangkah hingga sampai di hadapan Rendy.

“Kamu sangat cantik. Pantas Rendy jatuh hati padamu,” puji tamu yang berstatus sebagai Paman Rendy.

“Cantik sih cantik tapi setidaknya jangan menikahi pembantu juga. Janda anak satu pula,” celetuk tamu lain—Bibi Rendy.

Rasta hanya tersenyum, ia menyimpan rasa sakit demi masa depan putrinya. Jika pernikahannya dengan Tuan Rendy gagal, ia akan dipecat dan diasingkan secara tidak hormat dari kediaman Yokohama.

“Kamu kok mau sama janda anak satu? Kayak enggak ada perempuan lain saja,” ucap Bibinya.

“Berisik banget lu. Terserah gue mau nikah sama siapa, emang lu yang biayai pernikahan gue?” ketus Rendy.

Rendy menatap sinis Bibinya. Ia membenci orang yang ikut campur dengan hidupnya. Ia memang tidak suka dengan janda anak satu itu tapi orang lain tidak pantas ikut campur dalam permasalahannya.

“Cukup! Daripada berdebat, mending kita mulai proses ijab kabul nya.” Lisa berusaha melerai dan menenangkan Rendy yang tersulut emosi.

Rendy membuang muka, lalu berjalan menuju tempat untuk proses ijab kabul. Kinan duduk berhadapan dengan penghulu, sedangkan Rasta berada di samping Rendy.

“Sudah siap?” tanya penghulu.

Kinan mengangguk, lalu menjabat tangan dengan Paman Rasta.

“Saudara Rafa, saya mewakilkan pada Anda untuk menikahkan keponakan saya Rasta Vidyanata binti Desta Mahendra dengan saudara Rendy Yokohama bin Nathan Yokohama dengan mas kawin uang tiga ratus juta rupiah dibayar tunai.”

“Saya terima pernikahan dan perkawinan ini untuk saya dengan mahar yang telah disebutkan dibayar tunai,” ucap Rendy lantang.

“Bagaimana para saksi sah?” tanya penghulu.

“Sah,” jawab tamu serempak.

Rendy memasangkan cincin kawin di jari manis Rasta, kemudian Rasta memasangkan jari manis di jari manis Rendy. Selama beberapa detik, mereka beradu pandangan untuk melakukan sesi pemotretan. Setelah itu, Rendy kembali membuang muka.

“Akhirnya, anak Bunda nikah juga. Sebentar lagi Bunda mau punya cucu nih,” goda Lisa. Namun dibalas dengan tatapan sinis dari Rendy.

“Apa sih Bunda. Aku enggak mau punya anak!” seru Rendy.

“Loh tujuan menikah untuk punya anak. Memangnya kamu enggak mau kasih keturunan buat Bunda dan Ayah?” tanya Lisa.

“Aku menikah juga karena paksaan dari Bunda jadi jangan harap aku mau punya anak dari janda ini!” tegas Rendy lalu beranjak dari duduknya.

Rendy melangkah meninggalkan Rasta yang terpaku memandangnya. Rasta berusaha terlihat tegar meskipun hatinya perih setelah mendengar ucapan Rendy.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now