Menemukan Ayaka

382 5 0
                                    

Rendy menuruni anak tangga menuju lantai bawah, Rendy melihat Bayu sedang bersantai di sofa sambil menikmati secangkir kopi dan roti.

“Mau kemana kamu?” tanya Bayu.

“Saya mau cari Ayaka,” jawab Rendy.

“Saya gak nyangka ternyata kamu jauh lebih kejam dari yang saya kira. Kamu tega menghabisi nyawa Rasta demi gairah sendiri,” kata Bayu.

“Anda gak usah ikut campur! Anda di sini cuman numpang dan saya bisa menyingkirkan Anda kapanpun saya mau!” ancam Rendy.

Rendy melewati Bayu dan berjalan keluar. Rendy masuk ke mobil, lalu menjalankan mobil dan meninggalkan pekarangan rumah.

Rendy menyusuri Jakarta, mencari keberadaan Ayaka. Ia berusaha menghubungi Ayaka tapi nomornya tidak aktif.

“Kamu di mana Aya?” gumam Rendy.

Rendy terus mengemudikan mobil hingga tiba-tiba ponselnya melacak keberadaan Ayaka yang berada di kawasan Jagakarsa. Rendy menancap pegas mobil menuju Jagakarsa.

***

Ayaka duduk depan kios kosong. Ia tak tahu harus kemana. Ia tidak mungkin ke rumah peninggalan Ibunya karena Rendy tahu tempat itu. Namun, ia juga tidak punya uang karena ATM miliknya punya Rendy.

“Aku harus kenapa? Aku gak punya teman sama sekali di tempat ini. Aku juga gak punya uang,” ucap Ayaka.

Ayaka bersandar di tembok, matanya tertuju pada kendaraan yang berlalu lalang. Dia rindu Rendy tapi dia kecewa dengan perbuatan Rendy.

“Kenapa kamu tega banget sih, Kak? Kamu jadi pembunuh demi turutin gairah kamu sendiri.” Ayaka menatap foto Rendy yang terpajang di dompet.

Tiba-tiba hujan mengguyur jalanan dengan deras. Udara dingin menyelimuti kawasan tersebut. Ayaka mengeluarkan selimut, lalu menutup tubuhnya menggunakan selimut.

Setelah itu, Ayaka berbaring di lantai dan memejamkan mata. Tangannya bergetar karena udara dingin menusuk kulitnya. Namun, Ayaka menahan rasa dingin dan tetap tidur.

“Ayaka ...” Rendy melihat Ayaka dari kejauhan. Rendy memberhentikan mobil tepat depan kios tersebut. Rendy berjalan mendekati Ayaka, lalu membalikkan badan Ayaka yang menghadap ke tembok.

“Bangun sayang ...”

Rendy menepuk pipi Ayaka, mencoba membangunkannya dari tidur. Ayaka mengerjap dan buka mata perlahan.

“Kak Ren?” tanya Ayaka.

“Ngapain kamu tidur di sini?” tanya balik Rendy.

Ayaka tidak menjawab. Sekujur tubuhnya lemas membuat Rendy menjadi cemas. Rendy memeriksa suhu badan Ayaka yang sangat dingin, seperti es batu.

“Kamu sakit! Ayo, kita ke rumah sakit!” seru Rendy.

Ayaka menggeleng kecil. “Aku mau pulang,” ucap Ayaka.

“Ya udah, ayo pulang.”

Rendy menggendong Ayaka, berjalan menuju mobil dan membaringkan Ayaka di kursi mobil. Kemudian Rendy mengambil koper Ayaka dan memasukkan ke dalam bagasi.

Rendy masuk ke mobil, duduk di kursi pengemudi. Setelah itu Rendy menjalankan mobil, menerobos hujan yang sangat deras. Ada ribuan kendaraan terjebak macet akibat banjir melanda jalan raya, bahkan banyak kendaraan yang mogok.

Ayaka memandang Rendy sambil tersenyum kecil. Namun, wajahnya pucat dan tangannya sedingin es.

“Kamu beneran gak mau ke rumah sakit? Aku takut kamu kenapa-napa,” tanya Rendy dengan wajah cemas.

“Enggak usah. Aku mau dirawat sama kamu,” jawab Ayaka.

“Maafin aku. Aku menyesal kalo kamu mau aku akan menyerahkan diri ke polisi,” kata Rendy.

Ayaka menggeleng. “Gak perlu tapi aku minta cabut tuntutan kamu ke pembantu yang kamu jadikan kambing hitam karena dia gak bersalah,” pinta Ayaka.

“Makasih sayang. Aku cinta sama kamu,” tutur Rendy.

“Sama-sama,” ucap Ayaka.

Ayaka menggenggam tangan kiri Rendy, kemudian menciumnya. Rendy hanya diam sambil meratapi wajah imut Ayaka. Ia tidak menyangka jodohnya adalah bocil.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now