Ayaka Hilang!

383 2 0
                                    

Setelah selesai mandi, Rendy dan Ayaka berbaring di tempat tidur. Ayaka meletakkan kepalanya di atas lengan Rendy, sedangkan Rendy melingkarkan tangan di perut Ayaka.

Rendy dan Ayaka menutup tubuhnya dengan selimut, Ayaka menikmati kehangatan dalam pelukan Rendy.

“Sayang, kita mau ke mana saja? Aku pengen keliling Jepang.” Ayaka berkata sambil menatap wajah Rendy.

“Kita akan ke Onsen,” jawab Rendy.

“Onsen itu apa?” tanya Ayaka lagi.

“Pemandian air panas dan di sana kita akan bertemu dengan banyak monyet,” jawab Rendy.

“Wih, aku enggak sabar mau ke sana. Ayo, kita tidur sayang!” seru Ayaka.

“Iya, ayo.”

Rendy mencium bibir Ayaka, lalu mempererat pelukannya. Ayaka memejamkan mata, lalu tertidur lelap. Rendy membelai rambut Ayaka sambil mengendus rambutnya yang wangi, Rendy terpejam dan tidur sambil mencium kening Ayaka.

Keesokan harinya.
Ayaka menguap, perlahan dia buka mata dan melihat Rendy yang masih tidur lelap di hadapannya. Ayaka tersenyum, mengusap kepala Rendy serta mencium keningnya.

“Meskipun aku terpaksa menikah denganmu tapi aku akan mencoba mencintai kamu. Aku janji kamu adalah pelabuhan terakhir aku,” gumam Ayaka.

Ayaka mengangkat tangan Rendy dari perutnya, kemudian dia beranjak dari kasur dan melangkah masuk ke kamar mandi.

Rendy menggeliat, tangannya meraba-raba area sekitar—mencari keberadaan Ayaka.

“Ayaka ke mana?” tanya Rendy.

Rendy membuka mata dan ternyata Ayaka tidak ada di sampingnya. Spontan Rendy terbangun, beranjak dari kasur dan berjalan keluar kamar.

“Ayaka, kamu di mana?” tanya Rendy.

Rendy mencari keberadaan Ayaka ke dapur. Namun, Rendy tidak menemukan Ayaka membuatnya semakin khawatir.

“Ayaka!” teriak Rendy.

Rendy memencet nomor dan menelpon anak buahnya untuk mencari Ayaka. Setelah itu, Rendy kembali ke kamar dan pakai jaket tebal untuk melindungi tubuhnya dari suhu Jepang yang sangat dingin.

“Kamu mau ke mana?” tanya Ayaka sambil diri di depan kamar mandi.

Rendy menoleh ke Ayaka yang hanya menggunakan handuk lilit untuk menutupi kemolekan tubuhnya.

“Kamu dari mana?” tanya Rendy sambil mendekati Ayaka.

“Aku habis mandi,” jawab Ayaka.

“Mandi? Kok kamu enggak bilang ke aku?” tanya Rendy lagi.

“Kamu tidur pulas. Aku enggak tega bangunin kamu,” ungkap Ayaka.

Ayaka melewati Rendy, lalu melangkah menuju lemari. Ayaka buka lemari, mencari pakaian yang digunakan untuk pergi ke Onsen.

“Mending kamu mandi deh. Katanya kita mau ke Onsen,” ucap Ayaka.

“Kamu beneran baik-baik aja? Enggak ada yang culik kamu, kan?” tanya Rendy memastikan.

“Siapa sih yang mau culik aku? Aku makannya banyak. Rugi kalo dia culik aku,” jawab Ayaka.

Rendy diam, ia masih tidak yakin dengan jawaban Ayaka. Sedangkan Ayaka memandang Rendy sambil mengerutkan kedua alisnya karena heran dengan sikap Rendy.

“Kayaknya nyawa kamu belum kumpul deh, mending mandi daripada bengong.” Ayaka berkata sambil mengambil pakaian.

Rendy pun berbalik, masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Ayaka. Setelah selesai mandi, Rendy kembali dibuat bingung dengan Ayaka yang menghilang dari kamar.

Spontan Rendy berlari ke luar kamar hanya menggunakan handuk yang terlilit di pinggang.

“Ayaka!” teriak Rendy.

Tidak ada jawaban, tapi Rendy mencium bau sesuatu dari dapur. Rendy melangkah mendekati dapur, dari kejauhan dia lihat seorang wanita tengah diri depan kompor.

Wanita tersebut menggoreng sesuatu di kuali, kemudian dia memotong bawang merah dan memasukkan ke dalam kuali berisi minyak panas.

“Ayaka,” panggil Rendy.

“Kenapa?” tanya Ayaka.

“Kamu ngapain?” tanya balik Rendy.

“Aku mau masak nasi goreng terasi,” jawab Ayaka.

“Jangan! Nanti apartemen kita bisa didatangi polisi!” ujar Rendy.

“Loh, kenapa? Kan enak. Nanti mereka makan bareng sama kita,” ucap Ayaka.

“Kamu pikir di Indonesia? Pokoknya jangan! Lebih baik kita beli makanan di luar aja. Sekalian aku mau kenalin kamu makanan Jepang yang enak-enak,” ungkap Rendy.

Rendy mendekati Ayaka, kemudian mematikan kompor. Rendy menggenggam tangan Ayaka dan berjalan keluar dapur.

“Kamu pakai jaket dulu. Setelah itu kita berangkat,” titah Rendy.

“Siap, Bos!” sahut Ayaka.

Ayaka masuk ke kamar dan memakai jaket bulunya, lalu Ayaka kembali keluar dan mendekati Rendy yang berdiri depan pintu.

Rendy membuka pintu dan keluar kamar apartemennya, lalu Rendy mengunci pintu dan melangkah melewati kamar-kamar lain yang tidak berpenghuni.

Rendy dan Ayaka tiba depan lift. Rendy memencet tombol lift dan tidak lama, lift terbuka. Mereka masuk ke dalam dan kembali menekan tombol yang akan membawanya ke lobi apartemen.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now