Ketakutan Ayaka

504 3 0
                                    

Ayaka dan Rendy turun mobil, lalu memasuki lobi apartemen. Kedatangan Rendy disambut hangat oleh semua staff apartemen tersebut karena Rendy adalah pemilik apartemen tersebut.

"Mereka ramah banget ya. Beda sama pekerja di Indonesia, rata-rata mukanya judes. Kadang ada yang diam aja kalo ditanya," ucap Ayaka dengan pelan.

Rendy tersenyum, merangkul Ayaka dan berjalan memasuki lift. Rendy menekan tombol lift yang akan membawanya ke lantai lima belas.

Pintu lift terbuka, Ayaka dan Rendy keluar lift lalu berjalan menyusuri lorong apartemen yang tampak sepi. Seketika bulu kuduk Ayaka meremang, dia merasa ada makhluk halus yang tengah mengawasi mereka.

Ayaka mencengkeram tangan Rendy dan bersembunyi di bawah ketiak. Langkah Rendy terhenti, ia memandang Ayaka dengan tatapan bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Rendy.

"Ada yang mengawasi kita," jawab Ayaka.

"Kamu kebanyakan nonton film horor. Jadi penakut," tutur Rendy.

Rendy mendekap Ayaka dan kembali melangkah menuju kamarnya yang berada paling pojok. Rendy sengaja memilih lantai lima belas yang tidak terlalu ramai supaya bisa bermesraan dengan Ayaka tanpa mengganggu kenyamanan penghuni lain.

Rendy berhenti di kamar paling pojok. Ia membuka kunci dan memutar gagang pintu, Ayaka masih menutup matanya menggunakan lengan Rendy.

Rendy dan Ayaka masuk, kemudian Rendy kembali mengunci rapat pintunya supaya tidak diganggu oleh karyawan yang biasanya menawarkan jasa untuk merapikan isi koper.

"Kamu sampai kapan ngumpet di ketiak aku, emang enggak bau?" tanya Rendy.

Ayaka melepaskan cengkeraman tangan dan memandang ke sekitar. Ayaka membuang napas lega saat mengetahui sudah ada di dalam kamar.

"Aku mau bersih-bersih dulu. Kamu tunggu di sini," titah Rendy.

Ayaka mencengkeram tangan Rendy, menghadang jalannya menuju toilet. "Aku ikut," ucap Ayaka.

"Ngapain? Biasanya kamu enggak pernah mau diajak mandi bareng sama aku," kata Rendy.

"Aku takut sendirian. Nanti kalo ada hantu terus dia bunuh aku gimana? Nanti kamu jadi duda lagi," ucap Ayaka dengan penuh dramatis.

"Astaga, pikiran kamu terlalu jauh. Mana ada hantu yang bisa bunuh manusia? Yang ada hantu takut sama manusia karena derajat manusia lebih tinggi," sahut Rendy.

Rendy menggeleng, tak habis pikir dengan otak Ayaka. Dia tahu Ayaka masih polos tapi kepolosannya bikin dia jadi sedikit bodoh.

"Pokoknya aku ikut! Kalo enggak, kamu enggak aku kasih jatah sebulan!" seru Ayaka dengan nada mengancam.

"Ih, jangan dong. Ya sudah, kamu boleh ikut."

Rendy mengalah, membiarkan Ayaka ikut dengannya. Mereka masuk ke kamar mandi, lalu Rendy menurunkan celana dan duduk di wc.

"Kamu mau ngapain?" tanya Ayaka.

"Aku mules, hehehehe." Rendy menjawab sambil terkekeh.

"Ih, nanti bau dong."

"Kamu tutup hidung sama mata ya. Biar enggak pingsan," ujar Rendy.

Mau tak mau Ayaka berbalik membelakangi Rendy. Dia menutup hidungnya supaya tidak mencium semerbak bau yang membuat isi perut keluar semua.

"Kamu kenapa takut banget sama setan sih? Setan itu enggak ada," ucap Rendy santai.

"Aku pernah lihat secara langsung waktu pulang ngaji," ungkap Ayaka.

"Lihat apa? Bentuknya kayak gimana? Cantik atau ganteng?" tanya Rendy.

"Matamu ganteng. Aku ngeliat mbak kunti, matanya serem banget hampir keluar. Terus rambutnya panjang," jawab Ayaka.

"Kamu enggak dikejar sama dia kan? Jangan-jangan dia ada dalam tubuhmu terus jiwa kalian menyatu kayak komik yang aku baca,” ucap Rendy sengaja menakuti Ayaka.

"Jangan ngaco kamu!" seru Ayaka.

"Hahahaha, kamu takut banget sih. Jadi aku kerjain kan,” tutur Rendy.

Rendy berjalan mendekati Ayaka, kemudian Rendy memeluk Ayaka yang masih membelakangi dirinya.

“Kamu enggak usah khawatir, aku akan melindungi kamu dari berbagai bahaya termasuk hantu.”

Rendy mempererat pelukannya, Ayaka terdiam seribu bahasa. Entah kenapa ucapan Rendy membuat kekhawatirannya hilang dan dia merasa sangat nyaman dalam pelukan Rendy.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now