Tumbuh Remaja

2.9K 20 1
                                    

10 tahun kemudian.

Ayaka berdiri depan cermin, memoles wajah menggunakan make-up untuk pergi ke sekolah. Ayaka terlihat sangat cantik dengan rambut yang terurai, bahkan kecantikannya mampu memikat guru-guru muda.

“Nanti langsung pulang. Jangan pergi ke mana-mana!” ujar Rasta.

“Iya, Ibu. Kalau begitu, aku berangkat ya.”

Ayaka berpamitan kepada Rasta, lalu berjalan meninggalkan ibunya yang masih memandangnya dari jauh.

“Enggak terasa, sekarang putriku sudah tumbuh remaja. Waktu berjalan begitu cepat,” batin Rasta.

Rasta tersenyum kecil, lalu menutup pintu kamar Ayaka dan kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya.

Semenjak kepergian Rendy dari kediaman Yokohama, Rasta dan Ayaka memutuskan untuk pindah rumah sebab mereka tidak memiliki hak untuk tinggal di sana.

Namun, Lisa memberikan sebuah rumah sederhana kepada Rasta sebagai permintaan maaf atas keegoisan putranya. Selain itu, Lisa juga tetap menganggap Ayaka sebagai cucunya bahkan Lisa selalu memberikan uang saku dan membiayai sekolah Ayaka.

***

Ayaka berjalan menuju sekolah. Namun tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Mobil itu terlihat familier untuk Ayaka dan kaca mobil terbuka, menampakkan wajah seorang laki-laki dengan mengenakan seragam putih-abu seperti Ayaka.

“Cepat masuk! Pintu gerbang bentar lagi ditutup,” ucapnya.

Ayaka mengangguk mengerti. Ayaka membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, Ayaka duduk di samping pria yang tidak lain adalah kekasihnya.

“Tumben kamu jemput aku,” kata Ayaka.

“Biar kelihatan romantis,” jawabnya.

Dia memasangkan sabuk pengaman Ayaka, lalu mendekati wajahnya dengan Ayaka hingga berjarak sejengkal saja.

“Kamu cantik banget kayak bidadari,” pujinya membuat Ayaka tersipu malu.

“Jangan alay deh. Lebih cantik mantan kamu daripada aku,” jawab Ayaka tidak percaya.

“Aku serius. Kamu cantik,” ucapnya.

“Daripada gombal, mending jalan. Nanti beneran telat,” ujar Ayaka.

“Iya deh,” sahutnya.

Dia kembali duduk normal, lalu menjalankan mobil menuju sekolah. Sedangkan Ayaka tersenyum ketika melihat kekasihnya mengerucutkan bibirnya.

“Rehan, Rehan ... Lagi ngambek aja tetap ganteng,” batin Ayaka.

***

Bel istirahat berbunyi.

Ayaka dan Rehan berada di kantin untuk makan bersama. Ayaka duduk di meja, sedangkan Rehan tengah mengantri di warung mie ayam langganan mereka.

Ayaka sibuk membawa novel yang dia beli beberapa hari lalu. Namun tiba-tiba ponselnya berdering, Ayaka merogoh saku dan mengambil ponselnya.

“Grandma? Ada apa ya?” gumam Ayaka.

Ayaka menekan layar ponsel dan menjawab panggilan telepon itu.

“Halo, Aya.”

“Halo, Grandma. Ada apa ya?” tanya Ayaka.

“Setelah pulang sekolah, Aya bisa datang ke rumah? Grandma kangen. Sekalian Grandma mau ajak kamu jalan-jalan,” ungkap Lisa.

“Oh bisa ... Setelah pulang sekolah aku ke rumah Grandma ya,” kata Ayaka.

“Oke, makasih ya cantik.”

“Iya, sama-sama.”

Ayaka mengobrol dengan neneknya. Setelah itu, Ayaka memutuskan panggilan telepon dan kembali membaca novel.

“Maaf lama. Tadi aku rebutan dulu sama si Tejo,” tutur Rehan.

Rehan menyodorkan dua porsi mie ayam, lalu duduk berhadapan dengan Ayaka.

“Iya enggak papa. Oh ya, setelah pulang sekolah ... Kamu bisa antar aku ke rumah nenek?” tanya Ayaka.

“Nenek tiri kamu?” tanya Rehan.

“Iya,” jawab Ayaka.

“Hemm, agak berlebihan enggak sih kalau aku curiga sama mereka? Bukan apa-apa tapi mereka bukan keluarga kandung kamu. Bahkan Ayah tiri kamu kabur, masa mereka masih anggap kamu sebagai cucunya?” Rehan mengutarakan isi pikirannya. Selama ini dia menaruh curiga dengan keluarga Yokohama karena setahunya, keluarga Yokohama terkenal sebagai keluarga licik.

Saat Ayahnya masih hidup, keluarga Yokohama adalah saingan terberat perusahaan Ayahnya dan banyak yang mengatakan bahwa dalang di balik kematian Ayahnya adalah keluarga Yokohama. Namun, Rehan tidak punya bukti yang kuat.

“Mereka itu baik banget, Han. Meskipun Ayah Tiriku pergi entah ke mana tapi nenek tetap kasih uang ke Ibu, bahkan kami juga dikasih rumah. Dan tanpa bantuan mereka, aku enggak mungkin sanggup sekolah di sini. Itu artinya kita enggak mungkin bertemu.”

Ayaka menjelaskan panjang lebar, ia tidak setuju dengan pendapat yang Rehan utarakan. Menurutnya, keluarga Yokohama adalah keluarga terbaik sepanjang hidupnya dan mereka sudah berjasa sangat besar untuk kehidupan Ayaka dengan Ibunya.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now