Rahasia Yang Terbongkar

440 5 0
                                    

Sesampainya di rumah, Ayaka bergegas merapikan pakaian bersih dan memisahkannya dengan pakaian kotor. Ayaka mengambil sebuah jaket berwarna hitam yang sepertinya jaket tersebut milik Rendy.

“Aku kok gak pernah lihat jaket ini ya? Kayaknya Kak Ren belum pakai ini deh,” gumam Ayaka.

Ayaka memeriksa saku jaket tersebut, tiba-tiba tangannya menemukan sebuah kertas. Ayaka mengambil kertas dan terdapat sesuatu berwarna putih yang berbentuk kristal.

“Ini apaan ya? Kayak garam bentuknya,” ucap Ayaka.

Ayaka mencium kertas tersebut dan mencium bau yang menyerupai seperti kacang almond.

“Aneh banget baunya. Masa garam kayak begini baunya?” tanya Ayaka.

Ayaka melipat jaket Rendy dan membawa kertas bekas itu keluar. Ayaka menuruni anak tangga dan mencari Rendy di lantai bawah.

“Kak Ren,” panggil Ayaka.

Ayaka menyusuri lantai bawah tapi dia tidak menemukan Rendy di sana. Ayaka mencoba menghubungi Rendy namun operator yang menjawabnya.

“Kamu cari siapa, Nak?” tanya Bayu.

Semenjak bebas dari penjara, Rendy mengizinkan Ayah Mertuanya itu tinggal di rumahnya supaya Bayu patuh dan tidak membongkar kekejaman masa lalunya ke Ayaka.

“Ayah lihat Kak Ren enggak?” tanya Ayaka.

“Rendy pergi. Katanya dia ada urusan mendadak di kantor dan dia enggak sempat bilang ke kamu,” jawab Bayu.

“Yah, padahal aku mau tanya sesuatu.” Ayaka menampilkan wajah kecewa, sedangkan mata Bayu tertuju pada kertas yang Ayaka bawa.

“Itu apa?” tanya Bayu.

“Ini kertas tapi ada sesuatu yang nempel dan bentuknya kayak garam. Pas aku cium baunya kayak almond,” ungkap Ayaka.

“Jangan-jangan itu sianida?” tanya Bayu menduga-duga.

“Sianida? Buat apa Kak Ren beli sianida?” tanya balik Ayaka.

“Mungkin dia yang telah meracuni Ibu,” jawab Bayu.

Ayaka terdiam, rasanya mustahil Rendy yang meracuni Ibunya. Lagi pula, kasus sudah berakhir dan polisi menangkap pembantunya yang diduga meracuni Ibu lantaran iri hati.

“Enggak mungkin, Yah. Kak Ren kan mantan suaminya Ibu, masa Kak Ren tega sih sama istrinya sendiri?” tanya Ayaka tidak percaya.

“Bisa jadi dia melakukan kejahatan itu demi mendapatkan kamu. Pria sepertinya akan melakukan segala cara untuk mendapat yang dia mau,” jawab Bayu.

Ayaka kembali diam, perkataan Ayahnya ada benarnya juga. Sebelum Ibunya meninggal, Rendy sudah mendekatinya dan dia semakin nekat setelah Ibunya tiada.

“Kalo gak percaya, kita bisa tanya teman Ayah yang kerja sebagai dokter di rumah sakit,” kata Bayu.

“Ya udah, ayo kita cek. Daripada kita menduga-duga tapi ternyata cuman fitnah,” sahut Ayaka.

Bayu dan Ayaka bergegas pergi sebelum Rendy kembali. Mereka menuju rumah sakit menggunakan angkutan umum, Ayaka sengaja tidak mengabarkan Rendy karena takut Rendy akan menyuruh orang menutupi kejahatannya.

***

Malam pun tiba.
Rendy memberhentikan mobil di pekarangan rumah. Rendy keluar mobil dan berjalan menuju pintu. Rendy membuka pintu dan melihat Ayaka tengah duduk di sofa ruang tamu bersama Bayu.

“Selamat malam, sayang.” Rendy menyapa Ayaka dan berjalan mendekatinya, Ayaka menatap Rendy sambil tersenyum kecil.

“Darimana aja? Kenapa jam segini baru pulang?” Ayaka melontarkan berbagai pertanyaan.

“Aku ada kerjaan mendadak dan maaf aku enggak bilang dulu ke kamu,” jawab Rendy.

“Iya, enggak papa.”

Ayaka mengangguk mengerti, Rendy duduk di samping Ayaka dan bersandar di bahunya.

Ayaka membelai rambut Rendy dan mencium rambut Rendy yang basah dan lembap karena keringat.

“Aku mau tanya sesuatu sama kamu,” kata Ayaka.

“Tanya banyak juga boleh,” balas Rendy.

“Kenapa kamu racunin Ibu aku? Apa salah Ibu sampai kamu tega bunuh dia?” tanya Ayaka.

Rendy diam, matanya tertuju pada Ayaka. Ia bingung menjawab apa karena takut Ayaka membencinya.

“Jawab aku! Kenapa kamu tega bunuh Ibu? Bukankah Ibu selalu baik padamu? Bahkan dia tetap memenuhi kewajibannya sebagai istri meskipun kau meninggalkannya selama sepuluh tahun,” ungkap Ayaka dengan suara meninggi.

“Aku lakuin itu karena gak punya cara lain untuk dekati kamu. Kamu menolak cintaku karena status aku adalah Ayah Tiri kamu jadi aku menyingkirkan Rasta.” Rendy menjawab jujur, suara dan tangannya bergetar. Kepalanya menunduk, ia tidak berani menatap Ayaka yang melontarkan tatapan kebencian.

“Lo kejam! Ternyata bener kata Rehan, orang kayak lo emang gak pantas buat dipercaya!” Ayaka mencemooh Rendy sambil mendorongnya kasar.

Ayaka beranjak dari sofa dan hendak pergi meninggalkan Rendy.

“Tunggu!”

Rendy mencengkeram tangan Ayaka, ia bangun dan berdiri menghalangi langkah Ayaka.

“Tolong maafin aku. Aku sudah berubah jadi lebih baik,” tutur Rendy.

“Lo pikir kebaikan lo bisa kembalikan nyawa Ibu gue? Enggak, kan? Gue benci sama lo! Suami biadab!” pekik Ayaka.

Ayaka menepis tangan Rendy dan berlari menaiki anak tangga. Rendy menyusul Ayaka hingga depan kamar mereka, Ayaka masuk kamar dan membanting pintu kamar.

Rendy berusaha membuka pintu tapi pintu tersebut dikunci dari dalam.

“Buka Ayaka!” titah Rendy.

Ayaka mengabaikan Rendy dan mengemas seluruh pakaian serta barang-barangnya, kemudian Ayaka memasukkan ke dalam koper besar.

Ayaka menyeret koper dan membuka pintu kamar. Ayaka menatap Rendy yang berdiri tepat di hadapannya.

“Minggir!” teriak Ayaka.

“Kamu mau ke mana?” tanya Rendy.

“Mau pergi,” jawab Ayaka.

“Pergi ke mana? Aku minta maaf, sayang. Tolong jangan tinggalin aku,” pinta Rendy sambil memohon.

Rendy bersujud di hadapan Ayaka sambil memegang tangannya, sedangkan Ayaka hanya diam dan memalingkan wajah ke arah lain.

“Aku akan menebus semua kesalahan aku,” ucap Rendy.

“Menebus kesalahan enggak bisa bikin Ibu gue balik lagi,” sahut Ayaka.

Ayaka mendorong Rendy dan pergi meninggalkannya, Rendy meratapi kepergian Ayaka yang menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

Rendy terduduk lemas, kakinya tidak mampu berdiri dan membiarkan Ayaka pergi darinya. Ia menyesali perbuatannya tapi semua telah jadi bubur, menyalahkan dirinya tidak membuat Rasta hidup lagi.

Terjebak Gairah Ayah TiriOnde histórias criam vida. Descubra agora