Piknik Berdua

1.1K 5 0
                                    

Rehan bersiap-siap mengunjungi Ayaka. Ia membawa kardus berisi kembang api dan camilan untuk piknik bersama Ayaka. Selain itu, Rehan juga sudah mengubah mobilnya menjadi mobil berdesain seperti rumah.

“Kamu mau ke mana?” tanya Bunda saat melihat Rehan membawa banyak barang.

“Jalan-jalan,” jawab Rehan.

“Kamu pasti mau ketemu sama Ayaka, kan?” tanya Bunda dengan suara meninggi.

“Iya, memangnya kenapa? Bunda mau larang Rehan pacaran sama Ayaka? Rehan itu sudah besar, Bun. Rehan bisa menentukan pilihan Rehan sendiri,” jawab Rehan.

Rehan melangkah melewati Bundanya dan ia tidak peduli dengan teriakan Bundanya. Selama ini ia sudah patuh dengan Bunda dan sekarang adalah saatnya untuk menentukan pilihan dari lubuk hatinya.

Rehan memasukkan barang-barang, lalu duduk di kursi pengemudi. Rehan menancapkan pegas mobil dan pergi meninggalkan halaman rumah.

Rehan memakai earphone dan menelpon nomor Ayaka. Namun, nomor Ayaka masih tidak bisa dihubungi.

“Kayaknya gue harus nekat ke rumah Yokohama. Bagaimanapun tujuan gue adalah ajak liburan Ayaka supaya dia enggak sedih lagi,” gumam Rehan.

Rehan mempercepat laju mobilnya. Ia nekat menghampiri Ayaka ke kediaman Yokohama meskipun taruhannya adalah nyawa, dia akan melakukan apapun demi Ayaka.

Sesampainya di depan pintu gerbang, kedatangan Rehan disambut oleh para penjaga. Mereka melontarkan tatapan sinis kepada Rehan karena mereka tahu Rehan adalah anak dari musuh bebuyutan Tuannya.

“Mau ngapain Anda ke sini?” tanya mereka.

“Saya mau ketemu Ayaka,” jawab Rehan.

“Pergi! Tuan bilang Nona enggak boleh keluar sama orang asing,” ucap penjaga tersebut.

Rehan menghela napas, ia turun dari mobil dan menghampiri para penjaga.

“Buka atau gue buka otak lo?” tanya Rehan dengan nada mengancam.

“Lo pikir kita takut sama lo?” tanya balik penjaga tersebut.

Mereka bersiap-siap untuk menyerang Rehan, sementara Rehan berusaha melindungi dirinya dari penjaga yang menyebalkan itu.

“Rehan ...” Tiba-tiba Ayaka muncul, ia berdiri tidak jauh dari Rehan.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Ayaka.

Ayaka berjalan menghampiri Rehan, sedangkan para penjaga langsung menepi saat Ayaka datang.

“Aku mau ajak kamu piknik,” jawab Rehan sambil mengukir senyum.

“Aku mau daripada diam aja di rumah,” tutur Ayaka.

Ayaka berdiri di samping Rehan, lalu Rehan menggenggam tangan Ayaka dan berjalan menuju mobil. Rehan membukakan pintu untuk Ayaka, kemudian mereka masuk ke dalam.

Rehan bergegas menancapkan pegas mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman keluarga Yokohama.

Di dalam mobil, Ayaka dan Rehan hanya diam. Mereka canggung karena mereka sudah jarang berinteraksi terutama setelah Bunda Rehan melarang hubungannya.

“Kamu nggak diomelin sama Bunda?” tanya Ayaka.

“Diomelin sih tapi aku kangen banget sama kamu,” jawab jujur Rehan.

“Kenapa kamu sampai segitunya sama aku? Kan masih banyak cewek cantik yang mau sama kamu,” kata Ayaka. Ia menampilkan raut bingung.

“Mau secantik apa pun cewek yang suka sama aku kalau aku cintanya sama kamu, mereka enggak bisa berkutik.” Rehan melirik ke arah Ayaka, ia meraih dan menggenggam jari-jemari Ayaka.

“Jangan ragukan kesetiaan aku ya. Aku cuman cinta sama kamu,” tutur Rehan dengan lembut.

Ayaka mengangguk, ia percaya dengan Rehan karena sejak dulu ketulusan Rehan tidak dapat diragukan. Rehan sudah terlalu banyak mengisi kehidupannya dan tidak mungkin ada pria yang menggantikan posisi Rehan, kecuali Rehan yang mengundurkan diri.

***

Rehan memberhentikan mobilnya tepat di pintu masuk menuju danau. Rehan keluar dan membukakan pintu untuk Ayaka.

Rehan mengulurkan tangan, kemudian Ayaka keluar dan menerima uluran tangan Rehan.

Ayaka dan Rehan berjalan menjauhi mobil, mereka memasuki taman yang cukup indah. Ayaka terpanah melihat pemandangan indah di tempat itu, banyak bunga berguguran serta udara sejuk yang menyambut kedatangan mereka.

“Ini tempat apa?” tanya Ayaka.

“Ini taman kenangan,” jawab Rehan.

Rehan dan Ayaka menyusuri taman hingga mereka tiba di depan danau yang cukup luas. Ayaka tercengang melihat keindahan danau, Rehan menggelar tikar dan meletakkan barang-barang yang sudah ia bawa.

“Indah, kan?” tanya Rehan membuyarkan lamunan Ayaka.

“Iya,” jawab Ayaka mengangguk.

Rehan tersenyum, ia mendekati Ayaka dan berdiri di sampingnya. Rehan mengalungkan tangannya di leher Ayaka, lalu dia menyandarkan kepala Ayaka di bahunya.

“Jangan sedih lagi ya? Setiap kehidupan pasti ada kematian tapi hidup harus terus berjalan. Kehilangan seseorang yang kamu cinta adalah ujian dari langkah menuju kesuksesan dan aku yakin kamu bisa melewatinya,” ujar Rehan.

“Iya, aku yakin Ibu pasti bahagia di alam sana.”

Ayaka menghela napas, lalu memejamkan kedua matanya. Ia merilekskan hati yang sempat hancur karena kepergian Ibunya. Namun, ia akan coba untuk terus melangkah demi orang-orang yang menyayangi dan memberikan support padanya.

“Kita makan yuk? Aku udah siapin makanan enak buat kita,” ajak Rehan.

Rehan duduk di atas tikar, kemudian Ayaka menyusulnya. Rehan membuka kotak yang berisi ayam dan nasi, kemudian Rehan mengeluarkan pizza sebagai hidangan penutup.

“Wow, kamu siapin semua ini?” tanya Ayaka dan Rehan pun mengangguk.

“Ayo, makan.”

Rehan menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut Ayaka, sedangkan Ayaka menerima suapan itu dan memandang Rehan dengan lekat.

“Kamu kenapa, hmm?” tanya Rehan.

Ayaka menggeleng. Bibirnya mengukir senyuman bahagia membuat Rehan senang karena berhasil menghibur Ayaka.

Terjebak Gairah Ayah TiriWhere stories live. Discover now